Gerakan urun daya bisa membangun kedekatan antara donatur dan film yang akan dibuat. Film tersebut mencakup tema, antara lain, anak, keluarga, dan edukasi.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat diajak berpartisipasi dalam produksi film dalam negeri melalui gerakan urun daya. Kolaborasi masyarakat dan sineas diyakini bisa menghasilkan rasa kepemilikan terhadap film sehingga membangun relasi positif antara produsen dan konsumen.
Partisipasi publik diwadahi dalam gerakan bertajuk Produser 10.000. Melalui gerakan ini, masyarakat bisa urunan Rp 10.000 per orang untuk biaya produksi film dalam negeri secara digital melalui aplikasi Ketix.
”Selama ini masyarakat menjadi penonton pasif yang hanya menikmati tontonan di bioskop. Kami mau ajak mereka untuk memproduksi film dan menentukan sendiri cerita film yang diajukan. Gagasan ini sebenarnya sudah terpikirkan sejak 10 tahun lalu,” kata sutradara pelopor gerakan Produser 10.000, Aditya Gumay, di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Aditya mengatakan, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan gagasan tersebut. Selain telah mendapat rekan yang sesuai, industri film Tanah Air ia nilai perlu dukungan penonton lokal.
Gerakan urun daya bisa membangun kedekatan antara donatur dan film yang akan dibuat. Film tersebut mencakup tema, antara lain, anak, keluarga, dan edukasi.
Selain itu, film dalam negeri juga perlu didukung dalam menghadapi persaingan dengan film Hollywood di bioskop. Menurut data Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah penonton film Indonesia 46,6 juta orang pada 2018. Sementara jumlah penonton film asing 82,9 juta orang pada tahun yang sama.
Salah satu kendala lain yang dihadapi pelaku industri film adalah jumlah layar yang terbatas. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), ada 1.700 layar bioskop di Indonesia hingga akhir 2018. Angka itu belum sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta orang, terlebih persebaran layar bioskop masih terkonsentrasi di Jawa.
Menentukan cerita
Pengikut gerakan Produser 10.000 juga bisa menuangkan dan menentukan cerita film melalui aplikasi Ketix. Aplikasi yang diluncurkan sejak Juli 2019 merupakan wadah bagi para penulis yang hendak mengunggah naskahnya. Hingga hari ini, Ketix telah diunduh 16.800 kali.
”Cerita yang akan diangkat ke film adalah yang paling banyak dibaca di aplikasi itu. Kami juga harus memastikan bahwa cerita itu tidak ada unsur negatif, misalnya pornografi. Penulis yang ide ceritanya dipakai untuk film tentu akan mendapat komisi,” kata penulis dan inisiator Ketix, Dewa Eka Prayoga.
Ia menambahkan, orang yang mengikuti gerakan ini bisa mengakses seminar gratis secara daring di aplikasi mereka. Seminar itu meliputi, antara lain, kiat menulis naskah, promosi, dan produksi film.
Film berjudul Bus Om Bebek juga akan diluncurkan untuk mendukung Produser 10.000. Film tersebut menjadi lokomotif atau proyek percontohan gerakan ini secara keseluruhan. Bus Om Bebek diproduseri oleh artis dan pengusaha, Ruben Onsu, yang akan tayang perdana pada Januari 2020.
”Saya bukan orang (pemain industri) film, tetapi saya sangat mencintai film. Menurut saya, sangat sulit sekarang mencari film yang ramah anak di bioskop. Di sini lah saya melihat adanya kesempatan untuk menjadi bagian dalam (industri) film Indonesia,” kata Ruben.