Menjelang musim hujan, potensi longsor di sejumlah daerah patut diwaspadai. Masyarakat diharapkan mengenali ancaman bencana sebagai bekal untuk mengurangi dampaknya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Menjelang musim hujan, potensi longsor di sejumlah daerah di Indonesia patut diwaspadai. Masyarakat diharapkan mengenali ancaman bencana sebagai bekal untuk mengurangi dampaknya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi telah merilis peta potensi gerakan tanah untuk November 2019. Peta itu dapat menjadi gambaran daerah-daerah dengan potensi tinggi longsor sehingga harus lebih diwaspadai.
”Dengan mengenali ancamannya, warga menjadi lebih waspada sehingga dapat mengurangi dampaknya,” ujar Kepala Subbidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat PVMBG Sumaryono di Bandung, Jawa Barat, Selasa (29/10/2019).
Sumaryono mengatakan, curah hujan tinggi rentan memicu longsor di lahan berlereng. Apalagi di lahan tanpa pepohonan yang berfungsi menahan tanah sehingga tidak mudah tergerus air hujan. Masyarakat disarankan melakukan mitigasi mandiri. Salah satunya dengan menutup rekahan di tebing, lereng, dan gawir.
Kemarau panjang rawan menyebabkan retakan-retakan. Saat diguyur hujan, retakan itu akan menjadi bidang gelincir sehingga berpotensi longsor.
Lebih dari 40 juta warga Indonesia tinggal di kawasan rawan longsor. Jika warga tidak menyadari ancaman bencana di sekitarnya, longsor sangat berpotensi menimbulkan kerugian besar dan korban jiwa.
PVMBG Badan Geologi telah merilis peta potensi gerakan tanah untuk November 2019. Peta itu dapat menjadi gambaran daerah-daerah dengan potensi tinggi longsor sehingga harus lebih diwaspadai.
”Sulit merelokasi semua warga di kawasan rawan longsor. Jadi, warga harus beradaptasi dengan memahami dan mengantisipasi potensi bencana di sekitarnya,” ujarnya.
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi rawan longsor, terutama di bagian tengah dan selatan. Sebab, wilayah tersebut didominasi lahan perbukitan.
Sejumlah 23 dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat mempunyai daerah berpotensi longsor dengan tingkat kerentanan tinggi. Hampir setiap musim hujan terjadi longsor di perbukitan selatan Jawa Barat.
Berdasarkan peta potensi gerakan tanah PVMBG untuk November 2019, sebanyak 41 dari 42 kecamatan di Kabupaten Garut mempunyai potensi longsor dengan tingkat menengah hingga tinggi. Hal itu menjadi perhatian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
”Sosialisasi mengenai ancaman longsor terus dilakukan. Kami juga melatih relawan di tingkat kecamatan,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Garut Tubagus Agus Sofyan.
Ia mengingatkan masyarakat yang bermukim di sekitar tebing lebih agar berhati-hati saat musim hujan. Apalagi jika kawasan tersebut pernah terjadi longsor, seperti Kecamatan Banjarwangi dan Samarang.
Selain Garut, wilayah di selatan Jawa Barat lainnya juga berpotensi tinggi terjadi longsor saat musim hujan. Longsor di Cisolok, Kabupaten Sukabumi, pada 31 Desember 2018 menyebabkan 33 orang tewas dan merusak puluhan rumah.
Sebelumnya, Kepala Bidang Layanan Informasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ana Oktavia Setiowati mengatakan, puncak musim hujan diprediksi Januari sampai Februari 2020. Namun, hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi sudah terjadi pada Desember sehingga ancaman banjir dan longsor harus diantisipasi lebih awal.