Penemuan lokasi persembunyian pemimpin NIIS Abu Bakar al-Baghdadi dan operasi pemburuannya melibatkan dinas intelijen dan otoritas beberapa negara.
Presiden AS Donald Trump, Minggu (27/10/ 2019), mengumumkan, pemimpin dan pendiri kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) Abu Bakar al-Baghdadi tewas dalam serbuan malam hari oleh pasukan komando AS, Sabtu dini hari.
Kantor berita telah banyak memberitakan proses operasi pasukan komando AS yang menggunakan delapan helikopter serbu Apache dan bertolak dari pangkalan udara Ain al-Asad di Provinsi Al-Anbar, Irak barat, yang dikontrol AS.
Pihak AS pun harus berkomunikasi dengan Irak, Rusia, dan Turki. AS menyampaikan sekaligus meminta izin penggunaan teritorial udara Irak, serta Suriah yang dikontrol Turki dan Rusia untuk jalur penerbangan konvoi helikopter serbu Apache itu.
Harian berbahasa Arab, Al Quds Al Arabi, mengungkapkan, konvoi helikopter Apache yang membawa pasukan komando AS lepas landas dari pangkalan udara Ain al-Assad. Konvoi melintasi teritorial udara Nineveh, Irak barat laut, kemudian berbelok ke Suriah timur laut yang dikontrol Pasukan Demokratik Suriah (SDF) loyalis AS, lalu melewati wilayah udara Jarablus yang dikontrol Turki.
Setelah itu, konvoi masuk ke wilayah udara Manbij yang dikontrol Rusia. Mereka kemudian menyisir wilayah udara Provinsi Aleppo dekat perbatasan Suriah-Turki yang dikontrol Turki, lalu masuk ke wilayah udara Provinsi Idlib.
Konvosi akhirnya mencapai Desa Barisha, tempat persembunyian Baghdadi. Desa ini terletak di puncak perbukitan berjarak sekitar 5 kilometer dari perbatasan Turki-Suriah.
Trump dalam konferensi pers mengklaim, AS telah menerima informasi intelijen tentang keberadaan Baghdadi di Idlib sekitar sebulan lalu. Ia menyampaikan terima kasih kepada Irak, Rusia, Turki, dan Kurdi yang berandil membantu pemburuan Baghdadi.
PM Irak Adil Abdul Mahdi dalam keterangan pers, Minggu lalu, di Baghdad mengungkapkan, titik terang dalam pencarian tempat persembunyian Baghdadi terjadi ketika pemimpin NIIS itu mengunduh rekaman video kepada publik pada 29 April lalu.
Rekaman video
Dari rekaman video itu, dinas intelijen Irak mendeteksi tempat persembunyian Baghdadi dengan melihat latar belakang pemandangan dalam rekaman video tersebut. Dari rekaman video itu, mereka menetapkan Baghdadi bersembunyi di salah satu dari dua tempat: Gurun Al-Anbar, Irak barat, atau Gurun Provinsi Hama, Suriah, yang berbatasan dengan Idlib dan Aleppo.
Dinas intelijen Irak kemudian berkoordinasi dengan Badan Pusat Intelijen AS (CIA) dan SDF untuk memburu Baghdadi di Suriah. Harian The New York Times melansir, CIA mulai mengetahui bahwa Baghdadi bersembunyi di Idlib setelah menangkap salah seorang istri Baghdadi dan tukang jasa pos, Agustus lalu.
Bagaimana Baghdadi bisa mencapai Idlib?
Menurut harian Al Quds Al Arabi, jaringan Halabi-Shalanti diyakini sebagai arsitek yang membawa Baghdadi dan keluarganya ke Idlib setelah tempat persembunyian Baghdadi di gurun Hama terdeteksi.
Jaringan tersebut dikenal loyalis NIIS di Suriah. Namun, jaringan itu menyamar dengan nama gerakan lain untuk menghindari kelompok radikal lain yang bermusuhan dengan NIIS, khususnya Hayat Tahrir Al-Sham pimpinan Abu Mohamed al-Golani.
Pimpinan Halabi-Shalani adalah Abu Bara’ al-Halabi. Dalam media sosial, ia dijuluki Mayjen Mouhib al-Shalati. Ia di kalangan penduduk lokal dikenal sebagai salah seorang pemimpin kelompok Hurras ad-Din, salah satu kelompok garis keras di Idlib yang dekat dengan NIIS. Hurras ad-Din adalah kelompok yang membelot dari Hayat Tahrir al-Sham dan merapat ke NIIS.
Dalam tiga bulan terakhir ini, Halabi tiba-tiba menghilang dan menutup akun media sosialnya yang diduga kuat dalam kurun itu menemani Baghdadi di Barisha.
Jaringan Halabi memberi perlindungan kepada Baghdadi dan anggota NIIS yang lari dari Mosul, Raqqa, dan Deir el Zor setelah NIIS kalah dan lari dari wilayah tersebut. Jaringan Al-Halabi mengevakuasi Baghdadi dan anggota teras NIIS dari Irak ke Idlib dengan melewati Deir el Zor, Hama, dan Jarablus yang dikontrol Turki, lantas masuk ke Idlib.
Baghdadi memilih bersembunyi di Idlib karena menjadi tempat paling aman bagi NIIS setelah wilayah lain, seperti Mosul, Gurun Al-Anbar di Irak, serta Raqqa dan Deir el Zor di Suriah sudah lepas dari kontrol NIIS. Banyak anggota NIIS bisa menyeberang ke Turki dengan memakai identitas samaran. Hal itu yang mendorong Baghdadi berupaya mengirim keluarganya ke Turki untuk keamanan.
Namun, menurut majalah Newsweek, upaya Baghdadi menyusupkan keluarganya ke Turki tercium CIA. Ini membuka jalan bagi CIA untuk mengetahui bahwa Baghdadi berada di Suriah dan bersembunyi di wilayah dekat perbatasan Turki-Suriah. Semula diyakini, rumah yang ditempati Baghdadi di Barisha adalah milik Halabi. Belakangan diketahui bahwa rumah yang ditempati Baghdadi adalah rumah sewaan yang disewa dari teman Halabi di Idlib.