Proses pencairan anggaran pelatnas selalu terlambat setiap tahun sehingga membuat keberlanjutan program pembinaan prestasi atlet tersendat. Kemenpora diharapkan membenahi hal itu, khususnya untuk cabang-cabang Olimpiade.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim angkat besi Indonesia meminta Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dapat mendahulukan dan mengutamakan proses pencairan anggaran pemusatan latihan nasional untuk cabang-cabang olahraga Olimpiade. Selama ini, keterlambatan anggaran selalu berulang sehingga menghambat kontinuitas agenda pelatnas.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono mencontohkan, keterlambatan anggaran terjadi saat tim angkat besi Indonesia hendak mengikuti Kejuaraan Angkat Besi Asia Yunior dan Remaja di Pyongyang, Korut, 19-27 Oktober 2019.
”Mau ikut kejuaraan saja, kami susah payah. Akhirnya kami meminjam uang Rp 600 juta untuk ikut kejuaraan. Hasilnya, Indonesia bisa membawa pulang medali emas. Kalau tidak ada dana talangan bagaimana bisa mendapatkan emas,” kata Djoko, saat kunjungan Menpora Zainudin Amali di pelatnas angkat besi, Senin (28/10/2019).
Keterlambatan pencairan anggaran ini sudah menjadi masalah berulang. Pada Februari 2019, Kemenpora mendahulukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pelatnas untuk tiga cabang olahraga, yaitu angkat besi, bulu tangkis, dan wushu. Namun, pencairannya memakan waktu berbulan-bulan. Padahal, pelatnas sudah berlangsung sejak Januari.
Untuk pelatnas 2019, tim angkat besi Indonesia mendapatkan bantuan anggaran Rp 11 miliar. Djoko menjelaskan, pihaknya telah melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran 70 persen kepada Kemenpora. Namun, tetap saja pencairan sisa anggaran 30 persen belum cair. Padahal, anggaran itu dibutuhkan untuk mengikuti kejuaraan sebagai kualifikasi Olimpiade.
Djoko menjelaskan, untuk mencegah keterlambatan anggaran pelatnas, tim angkat besi Indonesia sudah mengajukan proposal anggaran 2020 kepada Kemenpora. ”Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, pelatnas sudah dimulai sejak Januari, tetapi anggaran baru turun pada April. Oleh karena itu, kami sengaja mengajukan proposal anggaran lebih awal,” kata Djoko.
Persiapan Olimpiade
Untuk pelatnas tahun depan, PB PABBSI mengajukan anggaran sebesar Rp 11,926 miliar. Proposal anggaran tersebut terdiri dari, antara lain, honorarium atlet, pelatih, manajer, dan tim pendukung Rp 2,8 miliar; akomodasi dan konsumsi Rp 2,9 miliar; peralatan, perlengkapan, tes evaluasi, dan suplementasi sebesar Rp 2,3 miliar; serta training camp dan try out Rp 3,7 miliar.
Menurut rencana, tahun depan tim angkat besi Indonesia akan menggelar training camp di Kitakyhusu, Jepang. Eko Yuli Irawan dan kawan-kawan juga berencana mengikuti uji coba kejuaraan di tiga negara, yaitu di Iran, Mesir, dan Kazakhstan. Djoko menjelaskan, anggaran pelatnas tidak boleh terlambat karena tim angkat besi Indonesia mempersiapkan diri untuk meraih emas Olimpiade Tokyo 2020, sekaligus menyiapkan lifter-lifter yunior untuk bersaing di Olimpiade 2024.
Ketua Umum PB PABBSI Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, membangun prestasi olahraga tidak bisa dilakukan secara instan. Oleh karena itu, sejak 2018 tim angkat besi Indonesia mengundang lifter-lifter yunior dan senior untuk bergabung dengan pelatnas. Mereka berlatih bersama dengan atlet-atlet senior untuk mempercepat regenerasi atlet menuju Olimpiade Paris 2024.
Hasil regenerasi ini mulai kelihatan pada tahun ini. Dalam Kejuaraan Asia Angkat Besi Yunior dan Remaja 2019, misalnya, tim angkat besi Indonesia bisa membawa pulang tujuh medali emas. Lifter Indonesia, yaitu M Faathir dan Windy Cantika Aisah, juga berhasil memecahkan rekor dunia dan Asia remaja. Selain itu, Rahmat Erwin Abdullah memecahkan tiga rekor Asia yunior.
Di SEA Games 2019, tim angkat besi Indonesia akan mengirimkan 15 atlet, terdiri dari 8 atlet putra dan 7 atlet putri. Dari 15 atlet itu, hanya empat orang yang merupakan atlet senior, selebihnya merupakan lifter yunior dan remaja. ”Kami percaya membangun prestasi tidak bisa instan. Harus ada program latihan yang jelas, didukung dengan fasilitas dan sarana prasarana untuk menghasilkan prestasi,” ujar Rosan.
Menpora Zainudin Amali memahami bahwa keterlambatan anggaran menjadi persoalan yang kerap berulang. ”Keterlambatan ini terjadi karena Kemenpora menerapkan prinsip kehati-hatian untuk mencairkan anggaran. Kami harus memastikan setiap rupiah itu benar peruntukan dan tepat sasaran pemakaiannya,” ujarnya.
Menurut Menpora, tim angkat besi Indonesia beruntung karena dipimpin oleh ketua umum yang mau membantu menyelesaikan persoalan anggaran jika dibutuhkan. Tetapi, kalau dibiarkan terlalu lama, iklim olahraga seperti ini tidak bagus karena membuat pengusaha malas mengurus olahraga. Zainudin berjanji akan segera membantu untuk mempercepat proses pencairan sisa anggaran. ”Mudah-mudahan minggu ini selesai. Semua sudah dicatat,” katanya.
Kemarin, Zainudin mengunjungi sejumlah pelatnas untuk melihat kesiapan atlet menuju SEA Games 2019. Selain ke angkat besi, Zainudin juga berkunjung ke pelatnas tenis, pencak silat, dan voli. Turut hadir dalam kunjungan itu adalah Ketua Kontingen Indonesia untuk SEA Games 2019 Harry Warganegara.