Khairul Ikhwan Dirikan Sekolah bagi Anak TKI di Lombok Timur
M Khairul Ikhwan sejak lama prihatin melihat banyak anak keluarga TKI dan keluarga tidak mampu di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, tidak terurus pendidikannya.
Oleh
Khaerul Anwar
·4 menit baca
M Khairul Ikhwan sejak lama prihatin melihat banyak anak keluarga TKI dan keluarga tidak mampu di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, tidak terurus pendidikannya. Ia kemudian merancang program pendidikan kejuruan yang bisa mereka akses secara gratis. Bahkan, dari program itu, mereka mendapat uang saku.
Sampai hari ini, relatif sedikit keluarga miskin di Lombok Timur yang mendapat akses pendidikan. Salah satu penyebabnya, ketidakmampuan membayar biaya pendidikan. Ikhwan mencoba menjawab kenyataan itu dengan membangun sekolah menengah kejuruan/SMK Ondak Jaya dan bengkel kerja di kampungnya, Dusun Desa Dalem Utara, Desa Pringga Jurang, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur.
Ini lahir dari idealisme.
Sebagian besar siswanya berasal keluarga petani, buruh tani, dan anak-anak para tenaga kerja Indonesia. Mereka dibebaskan dari kewajiban membayar biaya pendidikan dan praktik di bengkel kerja yang kemudian menjadi teaching factory atau unit usaha SMK itu. Siswa dilibatkan dalam merakit rangka dan memasang mesin teknologi tepat guna (TTG) untuk proses pengolahan komoditas pertanian dan perkebunan. Para siswa bahkan mendapat upah kerja Rp 20.000 per hari.
”Ini lahir dari idealisme,” kata Ihwan. Idealisme itu muncul sejak menjadi siswa STM (kini SMK 3) Mataram. Ia ingin mendirikan SMK yang melahirkan lulusan hebat agar terserap pasar kerja dan membangun usaha mandiri. Untuk mencapai itu, siswa memerlukan proses: membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang digambarkan tangga (ondak).
Kondisi kemiskinan para siswa SMK dan realitas sosial ekonomi masyarakat di kampungnya menjadi pertimbangan menyediakan akses pendidikan. Anak desa yang menempuh pendidikan SMK di perkotaan umumnya keluarga kurang mampu secara ekonomi. Mereka memilih SMK dengan harapan bisa bekerja dan mengubah nasib dengan keterampilan yang diajarakan di sekolah.
Di SMK Ondak, dari 72 siswa kelas 1 sampai kelas 3, ada 36 yang orangtuanya menjadi TKI di Malaysia dan Arab Saudi, selebihnya keluarga petani, buruh tani, dan buruh serabutan.
Ia aktif membimbing siswa mengikuti lomba karya tulis dan penelitian, lalu mengajak siswa praktik di luar jam sekolah, dan mendidik siswa berwira usaha.
Mereka yang menjadi TKI itu terkadang suami-istri, lalu meninggalkan anak-anaknya yang diasuh oleh nenek-kakeknya. karena lemahnya pengawasan sang nenek, anak-anak ini menjadi sering bolos sekolah dan memilih kesibukan yang menyenangkan dirinya.
Soal idealisme pula yang membuat Ihwan berbuat maksimal sewaktu menjadi Guru Kejuruan Teknik Mesin di SMK Negeri 1 Selong, Lombok Timur, tahun 2003. Ia aktif membimbing siswa mengikuti lomba karya tulis dan penelitian, lalu mengajak siswa praktik di luar jam sekolah, dan mendidik siswa berwira usaha dengan memelopori berdirinya toko—milik sekolah—yang menjual berbagai kebutuhan, seperti beras, gula, ataupun minyak goreng, di SMK itu.
Para siswa juga diajari membuat konstruksi baja berat, pembuatan tower antena information communication technologies (ICT) untuk kebutuhan internet se-Lombok Timur, membangun instalasi biogas, listrik minihidro, dan mesin teknologi tepat guna lainnya. Kegiatan itu terhenti tahun 2009 karena kepala sekolah yang baru memiliki kebijakan lain dalam mengembangkan sekolah.
Tahun 2010, Ihwan mendirikan Nolen Training Center, yang aktivitasnya melakukan pemberdayaan dan peningkatan kompetensi masyarakat, di antaranya para TKI melalui pelatihan. Tahun 2014, Ihwan mendirikan perusahaan Ondak Jaya Teknik, yang merupakan usaha jasa pembuatan alat dan mesin pengolahan pangan, mesin olah tanam komiditi pertanian, jasa konstruksi baja berat, menara, dan beragam pengerjaan pengelasan.
Bengkel kerjanya berada di areal kebun lahan seluas 8 are di Dusun Desa Dalem Utara, Desa Pringga Jurang. Ia menyisihkan gaji, tabungan, dan hadiah hasil-hasil risetnya untuk membeli tanah itu seharga Rp 76 juta. Riset pertamanya tahun 2009 adalah ”Mengubah Asap Sekam Pembakaran Batu Bata Menjadi Pestisida Organik”.
Setelah usahanya jalan, Ihwan mendirikan SMK tahun 2017. Ia membeli tanah seluas 1,2 hektar seharga Rp 1,3 miliar di Dusun Joben, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Pringga Jurang, yang berjarak sekitar 7 km dari bengkel kerjanya.
Di atas tanah itu ada bangunan yang difungsikan sebagai gudang gabah, yang kemudian dibenahi sebagai ruang belajar. Sasaran murid SMK ini adalah anak anak desa yang tidak mampu dan tidak memiliki akses sekolah ke SMK Negeri. Untuk mendapatkan siswa, Ihwan mencari dari pintu ke pintu rumah warga. Ia meyakinkan warga, siswa yang belajar di SMK itu tidak dipungut biaya.
SMK menerima siswa baru tahun 2019 dengan satu jurusan: Teknik Permesinan, dengan 24 siswa. Atas saran Dinas Pendidikan NTB, jurusan bertambah satu, Jurusan Teknik Elektronika Industri. Tenaga guru SMK (16 orang) ini antara lain lulusan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, DI Yogyakarta dan beberapa perguruan tinggi di Mataram.
Kami bersyukur ada anak muda seperti kepala sekolah, ketua jurusan dan gurunya, yang bergabung di sekolah ini bukan karena uang, tetapi ada kesamaan misi membangun anak bangsa.
Biaya operasional SMK dari Usaha Ondak Jaya Teknik, seperti gaji guru, pembelian bahan praktik dan mebeleur, pemagangan siswa, pembayaran listrik, selain untuk menyantuni 280 janda tiap Idul Fitri di desa itu. Pemerintah mengalokasi dana Bantuan Operasional Sekolah bagi siswa SMK, kata Ihwan–ini diperbantukan mengelola Science Technology & Industrial Park NTB.
”Kami bersyukur ada anak muda seperti kepala sekolah, ketua jurusan dan gurunya, yang bergabung di sekolah ini bukan karena uang, tetapi ada kesamaan misi membangun anak bangsa,” ujar Ihwan. Bahkan, kini tiga perusahaan alat pertanian di Mataram siap mempekerjakan siswa kelas 3 jurusan teknik mesin selepas dari SMK itu.
M Khairul Ihwan
Lahir: Lombok Timur, 31 Desember 1978
Isteri: Wahyuningsih (39)
Pendidikan:
SD (tamat tahun 1991)
Madrasah Tsanawiyah(1994)
Sekolah Teknik Menengah (kini SMK 3) Mataram (1997)