Revitalisasi Pasar Induk di Batam Gusur 138 Pedagang
Pemerintah Kota Batam menggusur 138 pedagang yang masih bertahan di Pasar Induk Sei Jodoh. Bangunan pasar lama yang terbengkalai akan dihancurkan dan dibangun lagi menjadi pasar modern lima lantai senilai Rp 200 miliar.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS – Pemerintah Kota Batam menggusur 138 pedagang yang masih bertahan di Pasar Induk Sei Jodoh. Bangunan pasar lama yang sudah terbengkalai dan rawan roboh itu akan dihancurkan untuk kemudian dibangun lagi menjadi pasar modern setinggi lima lantai dengan anggaran sekitar Rp 200 miliar.
Para pedagang membakar ban dan pasang badan untuk menghalangi ekskavator yang akan membongkar lapak mereka. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena petugas yang diturunkan jumlahnya jauh lebih banyak. Sekitar 900 aparat gabungan dengan cepat berhasil masuk dan merobohkan sejumlah lapak.
“Hal ini dilakukan untuk kebaikan bersama. Kawasan kumuh perlu ditata agar cita-cita memajukan pariwisata Batam bisa segera tercapai,” kata Wakil Walikota Batam Amsakar Achmad, Rabu (31/10/2019)
Pasar Induk Sei Jodoh dibangun pada 2001 dan baru selesai dibangun setelah lima tahun menelan biaya Rp 94 miliar. Sayang, bangunan yang megah dan indah itu gagal tumbuh menjadi pusat kegiatan ekonomi warga. Empat tahun setelah diresmikan, pasar itu mulai ditinggalkan para pedagang lalu terbengkalai sampai sekarang.
Sejak 2010, rencana revitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh berulang mengemuka. Namun, penolakan dari sejumlah pedagang kaki lima yang menempati lahan di depan pasar membuat rencana itu tak kunjung terwujud. Baru sekarang Pemkot Batam dapat menepati janjinya untuk menata ulang kawasan kumuh itu.
Rencana revitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh berulang mengemuka.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Batam Gustian Riau mengatakan, revitalisasi Pasar Induk Jodoh akan menggunakan dana dari pemerintah pusat. Namun, dana itu baru akan diberikan setelah Pemkot Batam bisa memindahkan para pedagang yang mendirikan lapak-lapak liar di sekitar kawasan itu.
Setelah penggusuran, untuk sementara para pedagang akan ditampung di lokasi yang jaraknya sekitar 100 meter dari Pasar Induk Sei Jodoh. Di situ ada 200 kios yang telah dilengkapi instalasi listrik, air, dan sanitasi. Untuk menempati penampungan sementara, para pedagang harus membayar sewa Rp 1 juta per bulan.
“Belum tahu akan pindah ke situ atau enggak. Sewanya itu kan mahal, soalnya dari dulu kami enggak pernah bayar sewa kaya gitu,” ujar Aswan salah satu pedagang buah yang lapaknya terkena penggusuran.
Menanggapi hal itu, Gustian mengatakan, sewa kios pada tiga bulan pertama akan digratiskan. Adapun untuk sewa pada bulan selanjutnya, menurut dia, harganya masih mungkin diturunkan hingga setengahnya. Ia berharap hal itu akan membuat para pedagang bersedia pindah berjualan ke kios baru untuk sementara waktu.
“Rencananya, bangunan Pasar Induk Sei Jodoh ini akan dirobohkan sebelum 2020. Tahun depan pembangunan pasar yang baru harus sudah dimulai,” kata Gustian.
Bangunan pasar yang baru dirancang dapat menampung sebanyak 2.000 pedagang. Agar tidak gagal lagi seperti sebelumnya, Pemkot Batam akan menjadikan bangunan baru itu satu-satunya lokasi bagi pedagang kaki lima di kawasan Jodoh, Kecamatan Lubuk Baja, untuk dapat berjualan secara legal di Batam.
“Lokasi ini akan dibangun ulang menjadi pasar percontohan. Semua pedagang akan ditata, termasuk distributor juga akan ditempatkan di sini agar memudahkan lalu lintas barang keluar masuk,” kata Gustian.