Masyarakat di sekitar Stasiun Manggarai berikrar menghentikan tawuran yang berulangkali terjadi dan mengusik kenyamanan publik. Langkah ini diharapkan nyata dan betul-betul mengakhiri tawuran.
Oleh
Stefanus Ato
·4 menit baca
Tawuran berulang antarpemuda di sekitaran Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, kian meresahkan. Kawasan itu akhir-akhir ini lebih dikenal karena rekor tawuran yang terjadi hampir setiap minggu.
Pada Rabu (30/10/2019) malam, di kompleks Pasaraya Manggarai, dalam suasana temaram, ada harapan mengakhiri tawuran. Warga dari empat kelurahan berikrar menciptakan kedamaian, menjaga kampung, dan menolak segala bentuk stigma negatif yang selama ini melekat termasuk julukan sebagai kampung tawuran.
Ikrar itu diucapkan warga dengan lantang di hadapan aparat kepolisian, TNI, dan perwakilan Pemerintah DKI Jakarta. Mereka berikrar untuk bersama bertanggung jawab menjaga perdamaian, mengutuk keras para pelaku dan provokator, serta mendukung pencabutan hak mendapat fasilitas publik dari pemerintah jika masih ada warga yang terlibat tawuran.
Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali yang ikut menyaksikan, berharap komitmen warga dari Kelurahan Pengangsaan dan Kelurahan Menteng Atas, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, serta Kelurahan Manggarai dan Kelurahan Pasar Manggis, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, jadi ikrar terakhir. Sebab seperti tawuran yang terus berulang, komitmen warga untuk mengakhiri tawuran juga sudah disampaikan berkali-kali.
Terakhir, tawuran antarkelompok pemuda kembali pecah pada Selasa (29/10/2019) sore hingga malam di sekitar kawasan Manggarai.
Tawuran itu berdampak luas dan merugikan masyarakat. Arus lalu lintas terhenti yang mengakibatkan pengemudi kendaraan bermotor dan moda transportasi bus terjebak dalam kemacetan hingga berjam-jam lamanya.
Ditambah lagi, lalu lintas kereta ikut terhenti. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) berulang kali harus menghentikan perjalanan kereta rel listrik dari arah Stasiun Sudirman dan Stasiun Cikini yang akan masuk ke Stasiun Manggarai. Bisa lebih dari satu jam lalu lintas kereta terhenti.
PT Railink selaku operator Kereta Bandara juga menerapkan kebijakan yang sama.
Aparat kepolisian yang berupaya membubarkan masa juga turut menjadi sasaran amukan para pelaku. Salah satu aparat kepolisian dari Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan terluka di bagian punggung yang diduga akibat terkena benda tajam yang dikantongi para pelaku.
Tidak keren
Menurut Marullah, kampanye dan sosialisasi mengingatkan pemuda kampung mengkahiri tawuran perlu terus digiatkan. Peran itu harus dimulai dari orangtua, RT dan RW setempat, hingga tokoh masyarakat.
Para pemuda kampung harus sadar, kalau tawuran sudah tidak relevan di masa sekarang. Saat ini, eksistensi anak muda diukur dari kemampuan intelektualitasnya.
"Di era modern, sudah tidak keren anak muda terlibat tawuran. Kalau mau bersaing bukan dengan senjata, tetapi bersaing dalam intelektual. Tunjukkan apa kemampuan kita," tutur Marullah.
Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara menambahkan, pertemuan ini diharapkan jadi momentum untuk memulai tradisi damai. Saatnya pemuda-pemuda kampung menjadi pioner penggerak untuk memperbaiki citra kampung agar stigma tawuran hilang dari ingatan publik.
Di era modern, sudah tidak keren anak muda terlibat tawuran. Kalau mau bersaing bukan dengan senjata, tetapi bersaing dalam intelektual.
Indikasi narkoba
Menurut Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, Komisaris Besar Bastoni Purnama, pemicu tawuran yang terjadi pada Selasa (28/10/2019), diduga akibat saling ejek antar dua kelompok pemuda melalui media sosial. Namun, seperti tawuran-tawuran sebelumnya, polisi juga menduga ada oknum tertentu yang sengaja memprovokasi warga untuk tawuran.
Tujuannya untuk mengalihkan perhatian polisi agar transaksi narkoba bisa luput dari atensi polisi. Dugaan itu merupakan modus lama yang sering dipakai para pemasok narkoba untuk memuluskan proses jual beli narkoba di sekitaran Manggarai.
"Kami sudah melakukan pemetaan terhadap indikasi peredaran narkoba. Tentu ini masih dalam proses penyelidikan," ucap Bastoni.
Untuk menyelesaikan tawuran berulang itu, aparat kepolisian mengutamakan pendekatan preventif dengan menggiatkan sosialisasi dan imbauan untuk mengakhiri tradisi tawuran. Polisi juga akan menambah CCTV di beberapa tempat agar memudahkan pemantauan jika ada pergerakan dari para provokator atau pelaku tawuran.
Polisi juga akan berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia untuk membangun tembok di sepanjang jalur rel di Manggarai. Tujuannya agar warga tidak bisa masuk ke jalur rel saat tawuran.
Antrean KRL
Tawuran yang kian meresahkan itu juga menjadi perhatian serius PT KCI. Sebab, setiap kali terjadi tawuran, kegiatan operasional KRL terganggu.
Menurut Vice President Corporate Communication PT KCI Anne Purba, tawuran yang terus berulang sangat menggangu operasional KRL. Tawuran itu sering kali mengakibatkan antrean masuk KRL di Stasiun Manggarai.
"Ini sangat mengganggu layanan di sejumlah lintas KRL, tidak hanya di Stasiun Manggarai. Kerugian terbesar tentu masyarakat terutama pengguna KRL," tutur Anne.
Masyarakat juga perlu menyadari kalau beraktivitas di jalur rel kereta api dan merusak sarana-prasarana perkeretaapian atau mengganggu keselamatan perjalanan kereta merupakan perbuatan pidana. Hal itu diatur dalam Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
"Masyarakat kami ajak tidak beraktivitas di jalur kereta karena selain melanggar undang-undang, juga membahayakan keselamatan diri dan para petugas maupun pengguna kereta," ujar Anne.
Maka, mudah-mudahan ikrar warga mengakhiri tawuran betul-betul terwujud. Seperti pesan yang tertera di salah satu spanduk di Manggarai, "Orang lain sudah bicara era industri 4.0, kita masih tawuran, cape dehh ..."