Sistem irigasi Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah bakal dibuka pada Jumat (1/11/2019) pagi. Hal itu mengakhiri penantian petani di Kabupaten Grobogan, Kudus, Demak, dan Kabupaten Pati, yang hendak memulai musim tanam I.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Sistem irigasi Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah bakal dibuka pada Jumat (1/11/2019) pagi. Hal itu mengakhiri penantian petani di Kabupaten Grobogan, Kudus, Demak, dan Kabupaten Pati, yang hendak memulai musim tanam I.
Sistem irigasi Waduk Kedung Ombo mengalir secara berurutan melalui Bendung Sidorejo, Bendung Sedadi, dan yang utama adalah Bendung Klambu. Selain mengairi 60.000 hektar areal pertanian, pemanfaatan waduk yang dikelola Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana ini digunakan untuk membangkitkan listrik dan kebutuhan air baku.
Selain Kedung Ombo, pembukaan jaringan irigasi di sejumlah waduk lain di Jateng, seperti Wadaslintang di Wonosobo, Cacaban (Kabupaten Tegal), Sempor (Kebumen), dan Gajah Mungkur (Wonogiri) juga mundur. Kemarau panjang membuat volume dan tingkat elevasi waduk-waduk itu juga belum mencukupi.
Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng, hingga akhir Oktober 2019, volume 41 waduk se-Jateng yakni 454,58 juta meter kubik. Volume tersebut merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng Eko Yunianto, di Kota Semarang, Kamis (31/10) mengatakan, Kedung Ombo normalnya dibuka pada September-Oktober. Namun, kali ini mundur karena kemarau panjang melanda Jateng.
Menurut Eko, penentuan waktu pembukaan Kedung Ombo berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan, termasuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). “Setelah dibuka, akan terus dipantau. Rapat dilakukan setiap dua minggu untuk menyikapi perkembangan di lapangan,” ujar Eko.
Menurut data Dinas Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng, hingga minggu keempat Oktober, volume Kedung Ombo sebanyak 258,7 juta meter kubik atau sekitar 37 persen dari kapasitas total, sebesar 689 juta meter kubik.
Tingkat elevasinya ada di 78,9 meter atau masih di bawah elevasi ideal untuk keperluan musim tanam (MT) I, sebesar 87-88 meter. Elevasi itu diharapkan meningkat seiring musim hujan yang diperkirakan mulai terjadi pertengahan November 2019.
“Masyarakat perlu memahami, faktor ketersediaan air juga harus diperhatikan demi keberlanjutan. Ini menyangkut kebutuhan musim tanam selanjutnya,” kata Eko.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juana Kunarto menambahkan, pembukaan jaringan irigasi Kedung Ombo secara simbolis dilakukan Kamis siang. Acara itu disaksikan P3A, Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A), dan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A).
“Pada Kamis malam, air diperkirakan sudah sampai di Bendung Klambu. Kemudian, pada Jumat pukul 06.00, mulai didistribusikan ke masing-masing daerah irigasi,” kata Kunarto.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Tani Makmur di Desa Cabean, Demak, Sudarno (65), mengatakan, para petani sudah menanti irigasi teknis waduk ini. “Biasanya, Oktober sudah menanam, tetapi kini mundur. Embung-embung surut dan tak bisa dimanfaatkan sehingga kami berharap pada Kedung Ombo,” ujarnya.
Suratmin, dari Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Sistem Kedung Ombo, menuturkan, dari kesepakatan awal, jaringan irigasi dapat dibuka pada 15 Oktober. Namun, rencana itu mundur karena musim hujan belum kunjung tiba.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Semarang Iis W Harmoko mengatakan, hujan di Jateng baru di beberapa titik dan masih ringan. “Untuk daerah tangkapan Kedung Ombo, (hujan intens) diperkirakan pada pertengahan November,” kata Iis.