Siswa dan Guru di Ambon Minim Pemahaman Mitigasi Bencana
Sebagian besar siswa dan guru di Maluku belum memahami mitigasi bencana gempa dan tsunami. Banyak tindakan keliru yang dilakukan siswa maupun guru pada saat gempa yang terjadi beruntun dalam 35 hari terakhir.
Oleh
FRANSIKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS - Sebagian besar siswa dan guru di Maluku belum memahami benar mitigasi bencana gempa dan tsunami. Banyak tindakan keliru yang dilakukan siswa dan guru saat terjadi gempa beruntun dalam 35 hari terakhir.
Data yang dihimpun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Ambon, hingga Kamis (31/10/2019) pukul 20.00 WIT, terjadi gempa susulan sebanyak 1.944 kali. Sebanyak 216 kali diantaranya dirasakan warga. Gempa pertama terjadi 26 September 2019 bermagnitudo 6,5 pada pukul 08.46 WIT.
Berdasarkan pantauan Kompas, saat terjadi gempa, siswa dan guru spontan lari ke luar ruangan. Padahal, mereka sudah dibekali pengetahuan prosedur penyelamatan diri dengan berlindung di bawah kolong meja. Mereka bahkan lantas berhamburan di jalanan. Padahal, saat yang bersamaan, arus lalu lintas tengah padat dan tinggi.
Bahkan, banyak siwa dan guru langsung berlari mencari dataran tinggi karena takut terjadi tsunami. Padahal, tidak semua gempa berpotensi tsunami. Mereka termakan kabar bohong atau hoaks. Di hampir semua sekolah di Ambon, tidak tersedia informasi mengenai kebencanaan baik gempa maupun tsunami.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin mengatakan, sosialisasi dan pemahaman kepada para siswa dan guru harus terus dilakukan, terutama sekolah. Menurut data BMKG, kejadian gempa lebih dari 1.000 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2016 tercatat 1.222 kejadian, 1.392 kejadian (2017), dan 1.587 kejadian (2018). Sepanjang Januari hingga September 2019, telah terjadi 2.367 kejadian gempa.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga mencatat, dari sekitar 250 kali kejadian tsunami di Indonesia, 50 kejadian di antaranya terjadi di Kepulauan Maluku. Dari total 1.231 desa/kelurahan di Provinsi Maluku, 862 kejadian di antaranya atau 71 persen beresiko dilanda tsunami. Di sana, berdiam lebih kurang 1,6 juta jiwa penduduk.
Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke lokasi gempa di Desa Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, pada Selasa (29/10/2019), mengingatkan pentingnya mitigasi bencana. Presiden mengingatkan, Maluku merupakan bagian dari cincin api sehingga rawan dilanda bencana. Semua pihak harus segera sadar bencana (Kompas, 28/10/2019).
Maluku merupakan bagian dari cincin api sehingga rawan dilanda bencana. Semua pihak harus segera sadar bencana
Sosialisasi
Sejauh ini, Pemerintah Kota Ambon mulai aktif menyosialisasikan mitigasi bencana bagi siswa dan guru. Sekretaris Daerah Kota Ambon AG Latuheru memberi sosialisasi kepada guru dan siswa di SMA Negeri 1 Ambon pada Kamis (31/10). Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan pejabat lainnya juga melakukannya di sekolah lainnya.
Latuheru meminta sekolah menyosialisasi pengetahuan kebencanaan lewat poster atau tulisan di majalah dinding. Secara periodik, sekolah dapat melakukan simulasi penyelamatan diri pada saat gempa.
"Ini penting karena pada saat gempa beberapa waktu lalu, ada guru yang lari lebih dulu untuk mencari selamat sementara siswanya ditinggal di dalam kelas," tutur Latuheru.
Wakil Kepala SMA Negeri 1 Ambon Hengky Payara mengatakan, cara-cara penyelamatan diri diketahui semua civitas sekolah. Namun, ketika gempa terjadi, mereka panik dan langsung berlari.