Kegagalan Masa Lalu Harus Jadi Pelajaran bagi Revitalisasi Pasar Induk Batam
Pemerintah Kota Batam akan merevitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh dengan anggaran Rp 200 miliar dari pemerintah pusat. Kegagalan Otorita Batam pada 15 tahun lalu saat melaksanakan proyek serupa harus menjadi pelajaran.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pemerintah Kota Batam akan merevitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh dengan anggaran Rp 200 miliar dari pemerintah pusat. Kegagalan Otorita Batam pada 15 tahun lalu saat melaksanakan proyek serupa harus jadi pelajaran bahwa uang dan bangunan megah saja tak cukup untuk menciptakan pasar yang ideal.
Pemkot Batam, Rabu (30/10/2019), menggusur 138 pedagang yang masih menempati Pasar Induk Sei Jodoh. Lahan di sekitar pasar harus dikosongkan karena bangunan lama akan dirobohkan. Menurut rencana, pasar akan dibangun ulang hingga lima lantai. Bangunan yang baru itu dirancang bisa menampung 2.000 pedagang.
”Pedagang tidak peduli bangunan baru itu nanti semewah atau setinggi apa pun. Yang penting, Pemkot Batam harus bisa menjamin pasar itu bakal ramai,” kata anggota Komisi I DPRD Kota Batam, Tohap Erikson Pasaribu, Jumat.
Sebelumnya, ia pernah menyewa gudang di Pasar Induk Sei Jodoh untuk menyimpan es balok sesaat setelah bangunan lama rampung dibangun Otorita Batam pada 2004. Tak sampai setahun, usaha itu gulung tikar. Pasar ditinggalkan para pedagang karena sepi pembeli. Akibatnya, ia merugi hingga ratusan juta rupiah.
Jika tidak didahului kajian matang dan komunikasi yang baik dengan pedagang, Tohap khawatir, revitalisasi pasar induk akan berakhir sama dengan pembangunan yang dulu dilakukan Otorita Batam. Dulu, Pasar Induk Sei Jodoh dibangun dengan biaya Rp 94 miliar. Setelah diresmikan pada 2006, konsesi pengelolaan lima tahun diberikan kepada PT Golden Tirta Asia (Kompas, 28/5/2004).
Ia menilai, kegagalan pengelolaan Pasar Induk Sei Jodoh sebelumnya disebabkan beragam hal, salah satunya sistem pengelolaan yang diserahkan kepada pihak swasta. Sejak hari pertama, pedagang dipungut biaya sewa los Rp 300.000-Rp 600.000 per tahun. Pengelola dinilai terburu-buru mengejar keuntungan yang akhirnya justru memberatkan pedagang.
”Sewa los seharusnya digratiskan dulu selama tiga atau enam bulan. Setelah pasar mulai ramai dan pedagang mendapat untung, baru sistem sewa bisa dijalankan,” kata Tohap.
Anggaran berlimpah dan bangunan megah saja, menurut dia, tidak menjadi satu-satunya penentu. Pasar bukan sekadar tempat jual dan beli mencari untung, melainkan juga ruang manusia untuk bertemu. Maka, perlu perencanaan matang dan komitmen panjang dari pemerintah juga warga agar ruang publik itu nantinya bisa tumbuh serta hidup bersama kota dan seisinya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam Gustian Riau menjamin, Pasar Induk Sei Jodoh yang baru nantinya akan dikelola secara penuh oleh Pemkot Batam. Hal ini untuk memastikan anggaran yang telah diberikan pusat nantinya akan memberi manfaat maksimal untuk warga.
”Saya yakin, kalau kami yang mengelola, pasti akan berhasil. Pemkot Batam sudah membuktikan mampu menjalankan Pasar TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Batam, Pasar Melayu Serumpun, dan Pasar Hang Tuah,” ujarnya.
Saya yakin, kalau kami yang mengelola, pasti akan berhasil. Pemkot Batam sudah membuktikan mampu menjalankan Pasar TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Batam, Pasar Melayu Serumpun, dan Pasar Hang Tuah
Penampungan
Sekitar 100 meter dari Pasar Induk Sei Jodoh, sebanyak 200 kios disiapkan untuk 138 pedagang yang digusur. Mereka terlihat mulai ramai memindahkan barangnya ke tempat penampungan sementara tersebut. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang mulai berjualan kembali.
Pedagang buah, Jontar (45), mengatakan bersedia menempati tempat penampungan sementara setelah tahu biaya sewa akan digratiskan selama tiga bulan pertama. Ia berharap, pembongkaran bangunan lama segera selesai agar pembeli kembali ramai seperti sebelumnya.
Akan tetapi, situasi aktivitas jual beli di sana menjadi kurang nyaman karena tempat penampungan sementara itu jaraknya tidak jauh dari bangunan lama. Deru ekskavator dan truk pengangkut tanah membuat pembeli enggan datang. Saat ini, lokasi itu penuh pemulung yang berebut menjarah besi dan sejumlah barang lain sisa-sisa bangunan lama.
Gustian menyatakan, pembongkaran bangunan lama ditargetkan rampung akhir tahun ini karena pada tahun 2020 pembangunan pasar yang baru harus sudah dimulai. Revitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh sebagai pasar sentral sekaligus ikon baru pariwisata di Batam itu direncanakan akan berlangsung setahun.