logo Kompas.id
UtamaIroni Upah Rendah dan...
Iklan

Ironi Upah Rendah dan Kemiskinan di ”Provinsi Istimewa”

Daerah Istimewa Yogyakarta kerap dianggap salah satu daerah paling nyaman ditinggali dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Pulau Jawa. Di balik itu, ada persoalan mendasar, mulai upah rendah hingga kemiskinan.

Oleh
HARIS FIRDAUS/GREGORIUS M FINESSO
· 7 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/u1ekwDu9FUpQ0WIw06SlV383-Ps=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2Fburuh3_1556688387.jpg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Ratusan buruh menggelar demonstrasi untuk memperingati Hari Buruh Internasional, Rabu (1/5/2019), di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Dalam aksi itu, para buruh antara lain menuntut kenaikan upah minimum provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kerap dianggap sebagai salah satu provinsi paling nyaman untuk ditinggali dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Pulau Jawa. Nyatanya, di balik itu, ada sejumlah persoalan mendasar mulai dari upah pekerja rendah hingga tingkat kemiskinan tinggi.

Selama bertahun-tahun, upah minimum provinsi (UMP) DIY menjadi yang terendah di Indonesia. Kondisi itu tampaknya belum akan berubah dalam waktu dekat. Hal ini terlihat dari besaran UMP DIY tahun 2020 yang telah diputuskan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, yakni sebesar Rp 1.704.608,25.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000