Misi Mustahil ”The Saints” Mengembalikan Kepercayaan Diri
Dua pekan ini menjadi waktu yang menyedihkan bagi Manajer Southampton Ralph Hasenhuttl. Belum sembuh dari kekalahan memalukan 0-9 di kandang sendiri dari Leicester City pekan lalu, ia harus menghadapi Manchester City.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
MANCHESTER, SABTU — Dua pekan ini menjadi waktu yang menyedihkan bagi Manajer Southampton Ralph Hasenhuttl. Belum sembuh dari luka akibat kekalahan memalukan 0-9 di kandang sendiri oleh Leicester City pada Sabtu pekan lalu, ia harus menghadapi juara bertahan Manchester City dua kali berturut-turut.
Pada Rabu (30/10/2019), Southampton bertemu dengan City di ajang Piala Liga Inggris, di Stadion Etihad, Manchester. Tanpa ada perlawan berarti, ”Saints”, julukan Southampton, takluk dengan skor 1-3. Tak perlu menunggu waktu yang lama, pada Sabtu (2/11/2019) pukul 22.00 WIB Hasenhuttl harus bertemu dengan klub yang sama dan di tempat yang sama pada pertandingan Liga Inggris.
Ia tak bisa membohongi dirinya, kekalahan telak dari Leicester cukup mengguncang pikiran dan jiwanya. Hasenhuttl berusaha tetap tegar dan menatap pertandingan berikutnya, tetapi bayang-bayang kekalahan tersebut tak bisa lenyap dari pikirannya.
”Aku belum pernah mengalami situasi dalam hidupku atau dalam karierku seperti ini. Itu masih ada dan tak bisa melupakannya. Ketika seseorang tidak bisa melakukan banyak hal, mereka harus melihat ke cermin dan memikirkan pertandingan tersebut,” tutur Hasenhuttl.
Seusai kekalahan telak tersebut, Hasenhuttl berusaha berbicara dengan timnya. Manajer asal Austria tersebut berharap timnya tidak mengalami kekalahan serupa dari City. Namun, pada akhirnya, usahanya sia-sia. Timnya tetap kalah dari City meskipun hanya selisih dua gol.
Berada di zona degradasi dan menjadi tim dengan pertahanan terburuk bukan perkara mudah bagi Hasenhuttl. Kini, ia terancam dipecat manajemen Southampton.
Sejak menangani Southampton pada Desember 2018, catatan Hasenhuttl cukup buruk. Dari 38 pertandingan yang ia mainkan di seluruh kompetisi, Hasenhuttl hanya memperoleh 12 kemenangan, 9 imbang, dan 17 kalah. Timnya hanya mampu mencetak 54 gol dan kebobolan 73 gol. Musim lalu, Southampton harus bersusah payah lolos dari jurang degradasi dan bertahan di peringkat ke-16.
Di musim ini, hasil yang ditorehkan Hasenhuttl juga tidak lebih baik. Southampton baru memperoleh dua kemenangan dari 10 pertandingan. Mereka baru mengumpulkan delapan poin dan berada di peringkat ke-18.
Meskipun demikian, ia merasa lebih baik daripada manajer Southampton sebelumnya, Mark Hughes, yang dipecat pada 3 Desember 2018. Saat itu, Hughes hanya mampu memberi satu kemenangan dan enam hasil imbang dalam 14 pertandingan. Posisi Southampton saat itu sama dengan peringkat saat ini, yaitu 18 di klasemen sementara.
Kemenangan menjadi satu-satunya cara agar posisi Hasenhuttl aman. Southampton harus segera keluar dari zona degradasi dan melupakan cap buruk yang mereka sandang sebagai tim paling banyak kebobolan di kandang dalam satu pertandingan. ”Jika pada akhirnya kami berjuang dalam pertempuran di zona degradasi, itu akan mengerikan,” ujar Hasenhuttl.
Akan tetapi, usaha Hasenhuttl tidak akan mudah. Manchester City tetap akan mengejar poin penuh agar dapat terus menekan Liverpool di posisi puncak klasemen. Saat ini Manchester City masih duduk di peringkat ke-2 dengan selisih 6 poin dari Liverpool.
Manajer Manchester City Pep Guardiola tidak akan melihat Southampton berdasarkan pertandingan melawan Leicester. Ia menganggap Southampton pasti akan bangkit untuk memberikan yang terbaik. ”Saya tidak akan menyiapkan permainan berdasarkan apa yang terjadi saat (Southampton) melawan Leicester,” ujar Guardiola seperti dikutip dari BBC Sport.
Ia juga tidak akan melihat pertandingan di Piala Liga Inggris sebab kompetisi Liga Inggris lebih bergengsi. Alhasil, setiap klub akan berusaha membawa pemain terbaik untuk meraih kemenangan. (REUTERS)