NIIS mencoba menunjukkan kepada pengikutnya tentang ketaatan pada tradisi. Walakin, banyak Muslim tidak terlalu peduli soal itu. Terutama karena pelanggaran hukum Islam secara nyata oleh NIIS.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
KAIRO, JUMAT — Negara Islam di Irak dan Suriah akhirnya mengakui kematian pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi. Kelompok teror itu telah menunjuk pemimpin dan juru bicara baru.
Pengakuan atas kematian Baghdadi disampaikan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) lewat siniar (podcast) yang beredar pada Kamis (31/10/2019) malam. Lewat siniar itu, NIIS mengumumkan penunjukan Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi sebagai khalifah baru. ”Majelis syura segera bertemu setelah memastikan tewasnya syaikh Abu Bakr al-Baghdadi. Para pemimpin pejuang setuju setelah perundingan di majelis dan menindaklanjuti wasiat (Al-Baghdadi), mereka menyatakan kesetiaan kepada Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi sebagai pemimpin baru orang beriman,” demikian pernyataan di siniar itu.
NIIS menyebut pengikutnya sebagai orang beriman. Sementara orang-orang yang tidak mengakui kelompok teror itu, Muslim atau bukan, dinyatakan sebagai kafir.
NIIS juga mengumumkan Abu Hamza al-Qurayshi sebagai juru bicara baru. Abu Hamza menggantikan Abu Hassan al Muhajjir. Baghdadi dan Muhajjir tewas dalam serbuan Amerika Serikat dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Minggu (27/10/2019) dini hari. Baghdadi tewas meledakkan diri setelah tempat persembunyiannya di Idlib diserbu, sementara Muhajjir tewas dalam serbuan SDF di Jarablus, Suriah.
Dalam siniar soal penunjukan Al-Qurayshi, Abu Hamza mendesak para pengikut dan simpatisan NIIS berbaiat kepada khalifah baru. Qurayshi dinyatakan sebagai ulama, pejuang terkenal, dan panglima perang dengan reputasi terkenal dalam melawan AS.
”Jadi, Amerika jangan gembira dulu dengan kematian syaikh Al-Baghdadi. Apa kamu tahu bahwa wilayah (NIIS) hari ini di depan pintu Eropa dan Afrika Tengah? Itu juga terus meluas ke timur dan barat,” kata Abu Hamza.
Sejak Baghdadi dinyatakan mati, NIIS beberapa kali mengeluarkan siniar yang mengklaim sejumlah serangan di Irak dan Suriah. Serangan gerilya itu untuk menunjukkan milisi mereka masih aktif.
Identifikasi
Peneliti NIIS di Universitas Swansea, Aymenn al-Tamimi, menyebut Quraishi bisa saja salah satu dari tokoh yang diidentikasi AS sebagai Haji Abdullah dan diduga jadi pengganti Baghdadi. Abdullah diketahui pernah menjadi petinggi Al Qaeda di Irak dan dikenal pula dengan nama Mohamed Said Abdelrahman al-Mawla.
Sejumlah pihak juga menduga Qurayshi adalah nama lain dari Abu Abdullah al-Jizrawi yang berkebangsaan Arab Saudi, Abdullah Qaradash yang warga Irak, atau Abu Othman al-Tunisi dari Tunisia. Pada Agustus 2019, Baghdadi pernah dinyatakan menunjuk Qaradash sebagai penggantinya.
”Mereka mencoba mengirim pesan, jangan mengira sudah menghancurkan kami dengan membunuh Baghdadi dan juru bicara,” kata Tamimi.
Peneliti pada Carnegie Endowment for International peace, HA Hellyer, menyebut penunjukan Qurayshi akan coba dikaitkan dengan statusnya sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. ”NIIS mencoba menunjukkan kepada pengikutnya tentang ketaatan pada tradisi. Walakin, banyak Muslim tidak terlalu peduli soal itu. Terutama karena pelanggaran hukum Islam secara nyata oleh NIIS,” ujarnya. (AP/REUTERS)