Pertumbuhan Turis Asing Kurang Agresif, Pemerintah Perlu Terobosan
Pertumbuhan kunjungan turis mancanegara ke Indonesia jelang akhir tahun ini tidak seagresif tahun-tahun sebelumnya. Terobosan pemerintah dalam bidang pariwisata yang menyokong pendapatan devisa pun dinanti.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan kunjungan turis mancanegara ke Indonesia jelang akhir tahun ini tidak seagresif tahun-tahun sebelumnya. Terobosan pemerintah dalam bidang pariwisata yang menyokong pendapatan devisa pada tahun mendatang pun dinanti.
Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (1/11/2019), mengumumkan, jumlah kunjungan turis atau wisatawan mancanegara (wisman) pada September 2019 tumbuh 2,15 persen dibandingkan dengan jumlah September 2018 yang mencapai 1,37 juta turis.
Sementara jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada September 2018 naik 8,11 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada September 2017, yaitu dari 1,25 juta kunjungan menjadi 1,35 juta kunjungan.
Kepala BPS Suhariyanto, dalam rilis BPS hari ini, berpendapat, saat ini negara memiliki tantangan untuk dapat menarik wisman lebih banyak. Selama Januari hingga September 2019, jumlah kunjungan wisman tercatat mencapai 12,27 juta atau hanya naik 2,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 11,96 juta.
”Pemerintah dan kabinet baru saat ini sudah membuat kebijakan dengan menciptakan destinasi wisata utama dari sekian banyak tempat wisata menarik. Kita berharap ada terobosan yang berkontribusi mencapai target devisa nasional,” ujarnya.
Ke depan, pemerintah akan memfokuskan industri pariwisata dengan mengembangkan lima destinasi wisata. Destinasi itu adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Daerah Istimewa Yogyakarta, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, dan Likupang di Sulawesi Utara.
Pengembangan kelima destinasi itu diharapkan menghasilkan devisa lebih dari 5 miliar dollar AS setahun. Sejauh ini, pembangunan di lima destinasi itu sudah dikerjakan dan diharapkan selesai pada akhir tahun 2020.
Menteri Pariwisata Wishnutama, dalam pertemuan dengan beberapa menteri untuk membahas pengembangan lima destinasi pariwisata prioritas pada Sabtu (26/10/2019), mengatakan, Kementerian Pariwisata akan membuat konsep atau ide acara yang disesuaikan dengan budaya setempat.
”Itu, kan, bukan hanya kegiatan, melainkan juga bagaimana mengemasnya, lalu mempromosikan destinasi itu dengan cara berbeda di era digital ini. Kira-kira perlu waktu dua bulan untuk memikirkan semua itu,” kata Wishnutama (Kompas, 28/10/2019).
Konektivitas udara
Pemerintah juga akan meningkatkan konektivitas dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kemarin, meminta maskapai penerbangan untuk mendukung destinasi wisata prioritas tersebut pada Asosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA).
Ketua Umum INACA Denon B Prawiraatmadja mengatakan, asosiasi maskapai penerbangan akan mendukung dengan memberi ruang diskusi untuk memastikan kepentingan bersama. Selain itu, INACA akan mendorong kreativitas dalam rangka meningkatkan layanan sekaligus kinerja maskapai penerbangan.
”Bentuk konkretnya, kita akan mendukung dengan meningkatkan utilitas pesawat perintis ke wilayah timur Indonesia. Misalnya, memanfaatkan operator helikopter, yang belakangan ini berkurang karena terlalu bergantung pada industri minyak dan gas bumi, bisa kita pakai untuk transportasi pariwisata atau konektivitas antarkota,” tutur CEO PT Whitesky Aviation tersebut.