Kebakaran di Gunung Ijen membuat sejumlah wisatawan membatalkan kunjungan. Pemkab Banyuwangi mulai mempromosikan destinasi wisata alternatif di wilayahnya.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
Kebakaran di Gunung Ijen membuat sejumlah wisatawan membatalkan kunjungan. Pemkab Banyuwangi mulai mempromosikan destinasi wisata alternatif di wilayahnya.
BANYUWANGI, KOMPAS— Kebakaran di Gunung Ijen membuat Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu menyusun strategi agar tidak terlalu bersandar pada Gunung Ijen. Jika Gunung Ijen harus ditutup, pariwisata yang selama ini menjadi sektor unggulan tidak terguncang.
Hasil penjualan tiket ke Kawah Ijen mencapai Rp 5 miliar per tahun. Demikian data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Rata-rata, pemasukan per hari Rp 400.000-Rp 500.000 pada hari biasa dan Rp 1 juta pada akhir pekan.
Selain akibat kebakaran hutan, jalur pendakian Gunung Ijen sempat ditutup pada 22 Maret-5 April 2018 akibat semburan gas beracun Kawah Ijen.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Banyuwangi Zaenal mengatakan, selama ini, Gunung Ijen jadi tujuan utama wisata di Banyuwangi. ”Destinasi lain hanya menjadi pelengkap. Saat pendakian Gunung Ijen terganggu, pariwisata ikut terdampak,” ujarnya.
Pariwisata Banyuwangi memang terlalu bersandar pada Gunung Ijen.
Zaenal berharap ada strategi promosi wisata baru agar destinasi wisata lain bukan hanya menjadi pelengkap.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda mengakui, Gunung Ijen memang menjadi primadona di Banyuwangi. ”Pariwisata Banyuwangi memang terlalu bersandar pada Gunung Ijen. Wisatawan mancanegara, kalau ke Banyuwangi, tujuan utamanya memang ke Ijen,” kata Yanuarto di Banyuwangi, Kamis (31/10/2019).
Pada awal penutupan Gunung Ijen, pariwisata Banyuwangi tidak terlalu terpengaruh. Namun, lamanya penutupan jalur pendakian, yaitu 12 hari, membuat wisatawan membatalkan jadwal atau rencana liburan ke Banyuwangi.
Promosi
Wisatawan yang sudah di Banyuwangi, kata Bramuda, diberi informasi destinasi wisata alternatif. Harapannya, wisatawan berkunjung ke destinasi lain sembari menunggu pembukaan jalur pendakian.
Namun, pihaknya tidak bisa mencegah wisatawan membatalkan kunjungan karena mengetahui penutupan jalur pendakian Gunung Ijen.
”Ada dampak positif penutupan pendakian Gunung Ijen. Destinasi yang selama ini jarang dilirik, kini dikunjungi wisatawan. Kami segera membuat promosi destinasi-destinasi wisata lain untuk dikunjungi ketika jalur pendakian Gunung Ijen ditutup,” ujarnya.
Promosi dilakukan dengan mengunggah destinasi wisata alternatif di laman dan akun resmi Banyuwangi Tourism. Pihaknya juga menggandeng sejumlah influencer pariwisata untuk mem-posting informasi.
”Ke depan, kami ingin mendorong promosi wisata Geopark Nasional yang terdiri dari Pulau Merah dan Taman Nasional Alas Purwo. Harapannya, Geopark Nasional menjadi tujuan utama kunjungan ke Banyuwangi,” ujarnya.
Djoko Subagio, pemilik Didu’s Homestay, mengatakan, saat beberapa orang tamu kebingungan karena Gunung Ijen tidak bisa diakses, ia lantas mengajak tamunya keliling kota dan membawa mereka ke lokasi yang memiliki atraksi budaya.
Harapannya, Geopark Nasional menjadi tujuan utama kunjungan ke Banyuwangi.
”Saya mengajak mereka ke sebuah kampung yang warganya hendak menggelar pernikahan tradisional. Para wisatawan mancanegara senang karena mereka melihat bahkan terlibat dalam persiapan. Mereka masuk ke dapur dan ikut membuat jenang,” tutur Djoko.
Menurut dia, upaya itu bisa menjadi solusi. Namun, yang dibutuhkan adalah antisipasi dan keberlanjutan. (GER)