Jika Ashleigh Barty atau Belinda Bencic bisa mengalahkan lawan masing-masing di Shenzhen, China, kisah sukses debutan dalam Final WTA pun akan berlanjut.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
SHENZHEN, JUMAT — Menjadi turnamen di pengujung musim, setelah rangkaian tur yang menguras fisik, dengan format round robin dalam penyisihan grup, turnamen Final WTA tak jarang memunculkan kejutan dari para debutan. Final WTA 2019 di Shenzhen, China, juga berpeluang melahirkan kejutan itu.
Semifinal di Shenzhen Bay Sports Center, Sabtu (2/11/2019), menjadi persaingan debutan dengan petenis yang lebih berpengalaman. Salah satu ”pendatang baru”, Belinda Bencic, menantang juara bertahan, Elina Svitolina. Petenis lain yang baru kali ini lolos ke Final WTA dalam nomor tunggal, Ashleigh Barty, akan berhadapan dengan Karolina Pliskova yang merebut tiket semifinal terakhir setelah mengalahkan Simona Halep, 6-0, 2-6, 6-4, Jumat. Pliskova tampil di Final WTA sejak 2016.
Turnamen dengan hadiah total 14 juta dollar AS (Rp 196,5 miliar) ini memiliki gengsi yang tinggi karena hanya bisa diikuti delapan petenis terbaik pada setiap musim. Ini memunculkan semangat kompetitif para pendatang baru.
Format round robin (seorang petenis berhadapan dengan semua lawan di grup yang sama) pada penyisihan juga mendukung munculnya kejutan. Kekalahan pada satu laga tak berarti membuat petenis langsung tersingkir.
Itu diperlihatkan Barty dan Bencic, yang masing-masing menjadi juara dan peringkat kedua Grup Merah, dengan dua kali menang dan sekali kalah. Hanya Svitolina yang memenangi semua (tiga) pertandingan hingga menjadi juara Grup Ungu. Pliskova, peringkat kedua Grup Ungu, juga menang dua kali dan kalah sekali.
Pada penampilan terakhir di grup tersebut, Svitolina menang atas Sofia Kenin, 7-5, 7-6 (10), dalam laga selama 2 jam 10 menit. ”Saya senang bisa menyelesaikan pertandingan dalam dua set. Laga tadi sangat menguras fisik, tetapi saya berhasil bertahan,” kata Svitolina.
Kenin tampil menggantikan Bianca Andreescu yang tak meneruskan penampilan karena cedera lutut saat melawan Pliskova pada Rabu.
Ini membuat dua petenis pengganti tampil pada Final WTA untuk pertama kalinya sejak 2009. Selain Kenin, Kiki Bertens juga berlaga, menggantikan Naomi Osaka yang bersaing di Grup Merah.
Peluang berlanjutnya perjalanan debutan hingga ke laga perebutan gelar juara juga terbuka berdasarkan statistik pertemuan dengan lawan pada semifinal. Bencic, petenis terakhir yang lolos ke Shenzhen, unggul 2-1 atas Svitolina. Barty juga unggul 3-2 atas Pliskova.
Jika Barty atau Bencic bisa mengalahkan lawan masing-masing di Shenzhen, kisah sukses debutan dalam Final WTA pun berlanjut. Maria Sharapova, Petra Kvitova, dan Dominika Cibulkova menjuarai Final WTA dalam keikutsertaan pertama mereka, masing-masing, pada 2004, 2011, dan 2016.
Peran Mikhail Youzhny
Dari turnamen ATP Masters 1000 Paris, petenis 20 tahun asal Kanada, Denis Shapovalov mengatakan, konsistensi penampilan pada musim lapangan keras, sejak Agustus, didapat berkat peran pelatih barunya, Mikail Youzhny. Mantan petenis Rusia itu menjadi pelatih Shapovalov sejak pertengahan tahun ini.
”Dia banyak memberi masukan, bagaimana cara fokus dan menguasai diri saat bertanding, cara menyelesaikan reli hingga meraih poin. Dia benar-benar mengerti apa yang saya butuhkan,” ujar Shapovalov yang mengalahkan unggulan keempat, Alexander Zverev, 6-2, 5-7, 6-2, pada babak ketiga Paris Masters, Jumat dini hari waktu Indonesia.
Shapovalov, petenis peringkat ke-28 dunia, tampil baik sejak awal hingga pertengahan 2019, salah satunya dengan mencapai babak ketiga Australia Terbuka, semifinal Miami Masters. Namun, setelah itu, penampilannya menurun hingga Youzhny bergabung dalam timnya. Dalam persaingan lapangan keras pada musim panas di Amerika, Shapovalov mencapai semifinal ATP 250 Winston-Salem, babak ketiga AS Terbuka, semifinal ATP 250 Chengdu, dan juara ATP 250 Stockholm.
Dalam perempat final Paris Masters, Sabtu dini hari waktu Indonesia, Shapovalov berhadapan dengan petenis Perancis, Gael Monfils. Laga ini menentukan petenis terakhir yang berhak tampil pada Final ATP di London, Inggris, 10-17 November.
Kemenangan akan mengantarkan Monfils menuju London. Sebaliknya, jika Shapovalov menang, tempat terakhir di London didapat petenis Italia, Mattep Berrettini. Monfils atau Berrettini akan bersaing dengan Rafael Nadal, Novak Djokovic, Roger Federer, Daniil Medvede, Stefanos Tsitsipas, Dominic Thiem, dan Zverev. (AFP)