Kegiatan filantropi atau kedermawanan anak muda Indonesia semakin marak dan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Peran dan keterlibatan anak muda dalam berbagai aksi sosial itu perlu terus didukung.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kegiatan filantropi atau kedermawanan anak muda Indonesia semakin marak dan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Peran dan keterlibatan anak muda dalam berbagai aksi sosial itu perlu terus didukung dan didorong agar semakin banyak kaum milenial yang mau terlibat dan melakukan aksi nyata.
Untuk memfasilitasi sekaligus mempromosikan berbagai kegiatan filantropi dan inisiatif sosial kaum muda, perhimpunan Filantropi Indonesia menggelar Next GENEROUSion Fest atau Festival Filantrop Muda 2019 di Jakarta, 2-3 November 2019. Festival yang baru pertama kali digelar itu mengusung tema ”Muda, Peduli, Memberi Solusi”.
Co Chair Badan Pengarah Filantropi Indonesia Erna Witoelar mengatakan, anak muda Indonesia, khususnya kaum milenial, mulai menjadikan kegiatan filantropi sebagai gaya hidup dalam beberapa tahun terakhir. Mereka mendirikan yayasan atau komunitas untuk mengembangkan berbagai program sosial yang menjadi minat dan perhatiannya.
Anak muda Indonesia, khususnya kaum milenial, mulai menjadikan kegiatan filantropi sebagai gaya hidup dalam beberapa tahun terakhir.
”Peran dan keterlibatan anak muda, khususnya kaum milenial, dalam kegiatan filantropi perlu didorong karena mereka berpotensi menjadi donatur, sukarelawan, dan pendukung kegiatan filantropi di masa depan,” kata Erna pada acara pembukaan Festival Filantrop Muda 2019, di Jakarta, Sabtu (2/11/2019).
Menurut Erna, potensi anak muda Indonesia perlu digarap karena 60 persen profil demografis Indonesia adalah kamu muda berusia di bawah 30 tahun. Mengutip hasil riset Visa mengenai milenial Indonesia pada 2015, total penghasilan anak muda itu diperkirakan mencapai 38,2 miliar dollar AS atau Rp 534,8 triliun per tahun, dengan kurs 1 dollar AS sama dengan Rp 14.000. Sebuah potensi yang sangat menggiurkan.
”Melalui festival ini, kami ingin mengedukasi dan menginspirasi kaum muda bahwa untuk menjadi seorang filantrop atau dermawan itu tidak perlu menunggu tua dan kaya. Setiap orang bisa menjadi filantrop sejak muda dengan terlibat dan mendukung berbagai inisiatif sosial,” tuturnya.
Festival Filantrop Muda diikuti oleh komunitas filantropi anak muda, yayasan atau organisasi filantropi, serta organisasi nirlaba, perusahaan, dan kementerian/komisi/badan negara yang mendukung inisiatif sosial anak muda. Beragam aktivitas yang disajikan antara lain pameran atau selasar filantrop muda, panggung inspirasi filantropi, bedah aksi dan solusi, kampanye penggalangan dana digital, pojok donasi, dan pemberian penghargaan kepada filantrop muda Indonesia.
”Kami berharap festival ini mampu mendorong keterlibatan, partisipasi, dan kontribusi anak muda dalam kegiatan filantropi dan kerja-kerja sosial kemanusiaan,” ujar Erna.
Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda, dan Olahraga Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengatakan, jumlah anak muda Indonesia berusia 16-30 tahun mencapai 60 juta. ”Mereka diharapkan tidak hanya jadi penerima manfaat program-program pembangunan, tetapi juga harus ikut terlibat dalam pembangunan,” katanya.
Jumlah anak muda Indonesia berusia 16-30 tahun mencapai 60 juta. Mereka diharapkan tidak hanya jadi penerima manfaat program-program pembangunan, tetapi juga harus ikut terlibat dalam pembangunan.
Woro Srihastuti mengatakan, pemerintah sedang menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Salah satu prioritas pembangunan adalah peningkatan kualitas pemuda. ”Ini adalah saatnya pemuda untuk bergerak. Maka, kualitas pemuda perlu terus ditingkatkan,” ujarnya.
Berubah
Bersamaan dengan pembukaan Festival Filantrop Muda, perhimpunan Filantropi Indonesia bersama layanan uang elektronik GoPay meluncurkan PEDOELI Indonesia (Pekan Donasi Online Indonesia), sebuah program kampanye dan aksi penggalangan donasi online nasional.
Menurut Direktur Filantropi Indonesia Hamid Abidin, program PEDOELI Indonesia bertujuan untuk membantu organisasi dan yayasan nonprofit dalam mengatasi masalah sosial serta meningkatkan pengumpulan donasi publik melalui pemanfaatan donasi digital yang lebih aman, mudah, dan transparan.
”Masuknya kaum milenial telah mengubah wajah filantropi Indonesia menjadi lebih interaktif, tanpa batas, dan menyenangkan. Mereka umumnya bergerak dengan basis komunitas dan bertemu di media sosial. Karena anak muda sangat peka dengan perkembangan teknologi, maka digunakan juga donasi digital,” tuturnya.
Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani mengatakan, banyak organisasi dan yayasan dengan misi sosial di Indonesia masih bergantung pada donasi publik. ”Dengan program GoPay for Good, kami tidak hanya memudahkan masyarakat untuk berdonasi, tetapi juga membantu lembaga dan yayasan dalam mengumpulkan donasi publik lewat donasi digital,” katanya.
Menurut Winny, GoPay for Good telah bekerja sama dengan 400 lembaga non-profit dan rumah ibadah di 21 provinsi dan 41 kota di seluruh Indonesia. Sejak Desember 2018 hingga Oktober 2019, kenaikan donasi digital menggunakan GoPay mencapai 1.300 kali lipat. Jumlah donasi terkumpul mencapai Rp 63 miliar.
Hamid menambahkan, pihaknya bersama Kementerian Sosial telah mengusulkan revisi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang. Usulan revisi sudah masuk ke DPR, tetapi belum masuk Program Legislasi Nasional (prolegnas) prioritas pada periode 2015-2019. ”Filantropi digital tetap perlu diatur untuk transparansi dan akuntabilitas,” ujarnya.