Hari Ini Arab Saudi Luncurkan IPO Aramco
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dilaporkan jadi menggelar penawaran saham perdana atau IPO perusahaan minyak Saudi, Aramco. Dana yang ditargetkan dari langkah tahap pertama ini berkisar 20-40 miliar dollar AS.
DUBAI, SABTU - Pihak manajemen dan penasihat Aramco sepanjang akhir pekan ini disibukkan pertemuan dengan para calon investor kakap sebagai persiapan terakhir menjelang pengumuman IPO Aramco. Sesuai target perseroan dan Kerajaan Arab Saudi, akan dipastikan valuasi Aramco sesuai yang ditetapkan selama ini, yakni mencapai 2 triliun dollar AS.
Sejumlah sumber di Kerajaan Arab Saudi mengungkapkan, kepastian Pangeran Mohammed bin Salman—akrab disapa MBS—akhirnya mengizinkan dan memerintahkan gelaran IPO Aramco diperoleh pada Jumat (1/11/2019). Meski pihak Aramco belum berkomentar tentang rencana aksi korporasi itu, para sumber mengungkapkan bahwa pengumuman secara resmi terkait IPO itu akan dilakukan Minggu (3/11/2019) ini.
Bagi MBS, pemimpin de facto Arab Saudi, IPO Aramco merupakan komponen sangat penting bagi visi yang dia rancang, ”Visi 2030”. Visi ini dibuat untuk memandu Arab Saudi dalam mendiversifikasi ekonominya dari ketergantungan pada minyak dan—menurut laman Pemerintah Arab Saudi—mengubah Aramco dari ”perusahaan penghasil minyak menjadi konglomerat industri global”.
Visi ini dibuat untuk memandu Arab Saudi dalam mendiversifikasi ekonominya dari ketergantungan pada minyak.
Pada awal 2016 MBS sesumbar mengungkapkan valuasi Aramco senilai 2 triliun dollar AS. Namun, para bankir dan orang dalam perusahaan mengatakan bahwa nilai Aramco saat ini mendekati 1,5 triliun dollar AS. Pada harga itu, Aramco akan bernilai setidaknya 50 persen lebih tinggi daripada perusahaan paling berharga di dunia, Microsoft dan Apple. Dua perusahaan itu masing-masing berkapitalisasi pasar sekitar 1 triliun dollar AS.
Riyadh rencananya berkeinginan melepas 1-2 persen saham Aramco di pasar saham Arab Saudi dengan target perolehan dana 20-40 miliar dollar AS pada tahap pertama. Jika dana perolehannya melebihi 25 miliar dollar AS, IPO Aramco akan jadi IPO terbesar di dunia, melampaui IPO Alibaba tahun 2014 yang meraup dana 25 miliar dollar AS.
Jika terealisasi dalam tahap berikutnya, target perolehan dana dari IPO Aramco mencapai 70-80 miliar dollar AS. Pangeran Mohammed dilaporkan ingin menawarkan total 5 persen dari saham perusahaan itu. Penjualan saham secara internasional diharapkan mengikuti proses IPO secara domestik di bursa saham Arab Saudi.
Pertemuan para analis dengan investor institusional besar kemungkinan akan dimulai hari Minggu ini seiring pengumuman IPO secara resmi. Para sumber itu mengungkapkan, manajemen Aramco telah mendekati pemerintah di Teluk dan Asia, termasuk China. Riyadh ingin memastikan sebagian besar aksi korporasi itu berjalan baik.
Selalu mundur
Wacana IPO Aramco sudah didengungkan perseroan dan Kerajaan Arab Saudi sejak pertengahan tahun 2017. Target awalnya, IPO itu akan dilakukan pada paruh pertama tahun 2018. Namun, rencana itu belum juga terealisasi karena sejumlah hal.
Selain karena merosotnya harga minyak mentah global, dinamika politik keamanan di Timur Tengah secara umum ikut memengaruhi tertundanya rencana itu. Teraktual, serangan pesawat nirawak atas kilang minyak Aramco di Khurais dan Abqaiq, 14 September lalu, sempat membenamkan harapan terkait IPO itu.
Minyak bumi adalah darah dan air mata perekonomian Arab Saudi
Kini, IPO Aramco sepertinya tidak dapat ditunda lagi, khususnya dalam rangka reformasi perekonomian Arab Saudi. Merosotnya harga komoditas ternyata telah membebani perekonomian Arab Saudi. Stagnasi sebagai kondisi normal baru secara global plus kekhawatiran terjadinya resesi global di masa mendatang semakin merisaukan.
Harga minyak bumi yang pernah menyentuh 120 dollar AS per barel pada awal paruh kedua dekade ini kemudian anjlok hingga 30 dollar AS. Harganya kemudian menanjak ke level 40-an dollar AS dan belakangan relatif stabil di harga 50-an dollar AS per barel.
Minyak bumi adalah darah dan air mata perekonomian Arab Saudi. Warganya mendapat subsidi besar dari pendapatan minyak. Akibatnya, defisit yang harus ditanggung Arab Saudi semakin besar di tengah merosotnya cadangan devisa negeri itu.
Berkembang pesat
Beroperasi sejak 1938, Aramco berkembang pesat dan menjadi perusahaan raksasa sesuai dengan motonya, yakni membawa kesejahteraan bagi Arab Saudi. Mau tidak mau kondisi itu menjadikan minyak via Aramco menjadi sumber ketergantungan bagi Kerajaan Arab Saudi atas laju perekonomiannya.
Selama beberapa dekade, perseroan telah tumbuh dan menjadi perusahaan energi terbesar dan paling menguntungkan di dunia. Aramco menghasilkan sekitar 10 persen dari pasokan minyak mentah global dan pendapatan senilai triliunan dollar AS.
Perusahaan ini berawal dari perjanjian konsesi 1933 yang ditandatangani Kerajaan Saudi dengan Standard Oil Company of California. Pengeboran dimulai pada 1935, dan minyak pertama mulai mengalir tiga tahun kemudian. Nama Aramco diperoleh dari anak perusahaan yang dibuat guna mengelola sebuah entitas, yakni Saudi American Oil Company, pada akhir 1940-an.
Pengeboran dimulai pada 1935, dan minyak pertama mulai mengalir tiga tahun kemudian.
Pada 1949, produksi minyak Aramco mencapai tonggak sejarah, yakni 500.000 barel per hari dan pada tahun berikutnya Aramco membangun megaproyek Pipa Trans-Arab sejauh 1.212 kilometer untuk mengekspor minyak Saudi ke Eropa melintasi Laut Tengah.
Produksi Aramco meningkat pesat setelah ditemukannya ladang minyak lepas pantai dan darat besar, termasuk Ghawar—terbesar di dunia dengan kandungan sekitar 60 miliar barel minyak—dan Safaniya, ladang minyak lepas pantai terbesar dengan kandungan 35 miliar barel.
Pada 1973, dengan kondisi harga yang melonjak di puncak embargo minyak Arab, Kerajaan Arab Saudi mengakuisisi 25 persen Aramco untuk meningkatkan bagiannya menjadi 60 persen dan menjadi pemilik mayoritas. Tujuh tahun kemudian, perusahaan itu dinasionalisasi dan 1988 menjadi Perusahaan Minyak Arab Saudi alias Saudi Aramco.
(AFP/REUTERS)