Lari maraton tidak hanya menyehatkan badan. Olahraga ini juga bisa menjadi media untuk membangun karakter positif pelari.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Berlari tidak hanya menyehatkan badan, tetapi juga menjadi latihan untuk membentuk karakter, seperti pantang menyerah, berani melawan rasa malas, dan berkomitmen pada diri sendiri. Bahkan, melalui kegiatan lari, misi sosial juga dapat disuarakan, seperti kepedulian terhadap lingkungan.
Menurut anggota komunitas lari Indo Runners Serang, Narman (30), berlari membuatnya berani melihat potensi yang ada di dalam dirinya. Narman selalu memasang target agar berlari dengan kecepatan yang telah ia tentukan sebelum mengikuti lomba.
Ia tidak memasang target harus menang atau naik ke podium di setiap lomba. Bagi Narman, berlari sesuai dengan target yang telah ia tentukan dapat melatih dirinya untuk belajar berkomitmen pada diri sendiri.
Cara tersebut ternyata cukup ampuh sehingga pada saat mengikuti Astra Half Marathon yang diadakan di Astra Biz Center, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Minggu (3/11/2019), kategori 5 kilometer, Narman berhasil finis di urutan ketiga. Adapun perlombaan ini memiliki tiga kategori, yakni 5 kilometer, 10 kilometer, dan 21 kilometer (separuh maraton).
”Berlari tidak hanya menyehatkan badan, tetapi juga melatih mental untuk berani mengejar target yang ditetapkan diri sendiri,” ujar Narman yang merupakan peraih penghargaan Satu Indonesia Award 2018 bidang kewirausahaan.
Karakter yang dibangunnya lewat kegiatan lari itu berpengaruh dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai anggota masyarakat suku Baduy Luar di Lebak, Banten, Narman berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat di lingkungannya dalam mengembangkan tenun Baduy.
Sementara itu, anggota komunitas lari Police Run, Mardani Tohenes (39), menargetkan akan selalu mengikuti lomba lari maraton dua hingga tiga kali dalam sebulan. Pada bulan ini ia telah mengikuti Astra Half Marathon dan akan berpartisipasi pada Borobudur Marathon, Minggu (17/11/2019), di Magelang, Jawa Tengah.
”Saya akan mencari kegiatan lomba lari minimal separuh maraton. Dalam sebulan saya bisa mengikuti dua hingga tiga lomba lari,” ujar Mardani yang merupakan anggota Polda Riau ini.
Demi mencapai target yang sudah ditentukannya itu, ia rela keluar dari Riau hanya untuk mengikuti kegiatan lari karena di daerahnya masih minim lomba lari maraton. Meskipun memiliki target yang tinggi, ia tidak berambisi untuk selalu naik podium di setiap lomba. Ia hanya memiliki target pribadi agar dapat berlari kurang dari dua jam.
Desainer busana Didiet Maulana yang ikut lomba kategori 10 kilometer mengaku kegiatan berlari sama seperti dengan meditasi karena dirinya memiliki waktu untuk sendiri. Ia merasa santai ketika berlari.
Olahraga sangat dibutuhkan Didit karena dapat menyegarkan fisik. ”Saya sering keluar kota untuk mencari inspirasi sehingga butuh fisik yang kuat. Sebagai desainer, saya harus punya inspirasi. Karena saya bekerja dari ide dan kreativitas, saya butuh tubuh yang sehat untuk mendukung semua itu,” ujarnya.
Peduli lingkungan
Astra Half Marathon juga memiliki misi untuk mengampanyekan peduli lingkungan, yakni dengan mengurangi sampah plastik. Head of Corporate Communications PT Astra International Boy Kelana Soebroto mengatakan, setiap peserta lomba lari ini secara otomatis berdonasi Rp 50.000 untuk membantu membersihkan pantai di sekitar Kampung Berseri Astra di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Ia mengatakan, sampah di laut sangat banyak. Menurut riset McKinsey, 80 persen sampah di laut diakibatkan oleh ulah manusia. Masyarakat di dunia menghasilkan 3,5 juta ton sampah padat per hari. Indonesia sendiri menghasilkan 67 juta ton sampah dan 20 persen di antaranya sampah plastik.
”Sampah plastik di Indonesia cukup besar sehingga kami mengajak masyarakat luas untuk ikut terlibat membantu mengurangi sampah plastik,” kata Boy.
Menurut Kapten Astra Runners Maryo Silalahi, kegiatan seperti lomba lari sangat efektif untuk mengampanyekan peduli lingkungan sebab pesertanya cukup banyak. Pada Astra Half Marathon ini ada 4.000 peserta yang ikut terlibat. Jumlah tersebut cukup besar mengingat kegiatan ini baru pertama kali dibuka untuk umum. Sebelumnya, mereka hanya mengadakan untuk kalangan dalam perusahaan.
Untuk menunjang kampanye pengurangan sampah plastik, mereka juga tidak menggunakan perlengkapan berbahan plastik. Khusus untuk botol minuman, mereka menggunakan bahan plastik daur ulang.