Sekolah sepak bola yang telah berhasil menerapkan filosofi permainan sepak bola Indonesia atau filanesia siap menjalankan kembali pola permainan dengan umpan pendek pada pekan ketujuh Liga Kompas Kacang Garuda U-14.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Membangun serangan dari belakang dengan mengandalkan umpan pendek adalah bagian dari filosofi permainan sepak bola Indonesia atau filanesia. Beberapa tim telah berhasil melakukan pola tersebut dan siap menerapkannya kembali pada pekan ketujuh Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (3/11/2019).
Berdasarkan data Tim 11, SSB Bina Taruna menjadi klub yang paling banyak memainkan umpan pendek dengan 509 umpan benar dan hanya 134 umpan gagal. Pelatih Bina Taruna Dody Sahetapy mengatakan, umpan pendek adalah ciri khas dari gaya permainan mereka.
Akan tetapi, para pemain Bina Taruna belum dapat memaksimalkan strategi tersebut karena terkendala faktor lapangan. ”Permukaan lapangan tidak rata sehingga anak-anak masih takut melakukan kesalahan umpan,” ujar Dody saat dihubungi di Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Namun, Dody tetap meminta anak asuhnya menerapkan apa yang telah diajarkan saat latihan ke dalam pertandingan, yakni membangun serangan dari belakang dengan umpan pendek. Ia melarang anak asuhnya terburu-buru melakukan umpan panjang sebab akan merusak permainan.
Umpan panjang hanya akan digunakan saat melakukan transisi cepat dari bertahan ke menyerang, atau saat sepak pojok. Keputusan tetap ada pada pemain sebab mereka masih dalam proses pembentukan untuk belajar mengambil keputusan di lapangan.
Bagi Dody, permainan sepak bola akan menarik dan efektif ketika dimulai dari belakang, tengah, dan depan. Gol akan terjadi ketika lawan melakukan kesalahan dan tim berhasil memanfaatkan peluang tersebut.
Sentuhan pertama
SSB Matador Mekarsari yang merupakan pemuncak klasemen dengan memenangi enam laga pertama juga menerapkan pola permainan umpan pendek. Mereka mampu melepaskan 484 umpan tepat sasaran dan hanya 174 yang gagal.
Pelatih Matador Mekarsari Supriyono Prima mengatakan, di era sepak bola modern, sentuhan pertama menjadi kemampuan dasar yang harus dikuasai pemain.
”Kemampuan memberikan umpan adalah bagian dari sentuhan pertama itu. Kemampuan ini membutuhkan kecerdasan pemain karena umpan tidak hanya berkaitan dengan akurasi, tetapi juga menjadi bagian utama dari pola permainan filanesia,” kata Supriyono.
Ia menjelaskan, dalam pola permainan filanesia dibutuhkan penguasaan kemampuan memberikan umpan pendek dengan aliran bola bawah dan kreativitas dalam membangun serangan ataupun bertahan. Dalam hal kreativitas, Supriyono mengoptimalkannya pada sepertiga wilayah pertahanan lawan dengan mengandalkan kecepatan penyerang Malik Kaldi dan kreativitas kapten Radittia Agustin. Kedua pemain ini merupakan nyawa dari permainan Matador Mekarsari.
Malik Kaldi menjadi eksekutor karena memiliki naluri mencetak gol yang tinggi. Hal tersebut terbukti dengan 7 gol yang sudah diciptakannya dan menjadi top skor sementara. Adapun Radittia memiliki kemampuan dalam mengontrol lini tengah Matador Mekarsari. Ia bertugas memotong permainan lawan dan memulai dalam membangun serangan.
Meskipun menerapkan pola umpan pendek dan penguasaan bola, Supriyono tetap meminta anak didiknya bermain efektif dengan mengutamakan bola bawah. Ia tidak ingin timnya terlalu lama memainkan bola tanpa tujuan yang jelas.
Strategi ini membuat produktivitas gol Matador Mekarsari menjadi yang terbaik dibandingkan dengan tim peserta LKG U-14 tim lainnya. Matador Mekarasari bersama dengan SSB Intan Soccer Cipta Cendikia sama-sama telah mencetak 14 gol.
Agar lebih siap dalam menghadapi pertandingan, Supriyono juga melatih anak didiknya di GOR Ciracas dua hari sebelum laga. Jelang pertandingan melawan SSB Siaga Pratama, ia mengaku telah mengantongi kekuatan lawannya dan melakukan simulasi pada saat latihan. Cara tersebut juga ia terapkan pada pertandingan sebelumnya dan terbukti efektif sehingga berhasil memperoleh kemenangan.
Penyelesaian akhir
Tim lain yang rajin dalam membangun permainan melalui umpan pendek adalah SSB Salfas Soccer. Mereka berhasil melepaskan 484 umpan dan hanya 174 yang gagal. Akan tetapi, klub ini memiliki kelemahan dalam penyelesaian akhir sehingga mereka masih tertahan di peringkat ke-13.
Pelatih Salfas Soccer Irwan Salam mengatakan, organisasi permainan timnya telah berjalan dengan baik. Namun, ia mengakui timnya kesulitan dalam mencetak gol. ”Kami tidak memiliki striker murni sehingga memaksa pemain yang berposisi gelandang menjadi penyerang,” ujar Irwan.
Ia mencoba mencari solusi dengan membuat rotasi dengan menawarkan posisi penyerang kepada para pemain yang berminat dan terus melatih penyelesaian akhir. Namun, beberapa pemain tampak kurang nyaman saat menempati posisi aslinya sehingga ia mencoba melakukan pendekatan psikologis dengan melibatkan orangtua.
Di sisi lain, Salfas Soccer juga tidak memiliki pemain yang berpengaruh pada permaian tim. Menurut Irwan, Salfas sesungguhnya memiliki pemain dengan kemampuan individu yang bagus, yakni gelandang sekaligus kapten Ahmad Syauki Fahrezi Kholid.
Salah satu kandidat pemain terbaik di bulan Oktober tersebut memiliki kemampuan di atas rata-rata, tetapi ia belum bisa memberikan pengaruh dan mengangkat moral rekan-rekannya saat tim sedang tertinggal dari lawan agar dapat keluar dari tekanan. Karena itu, Irwan terus mendorong anak didiknya untuk meningkatkan komunikasi antarpemain.