Dorong Warga Pakai Angkutan Umum, MRT Sediakan Jalur Pejalan Kaki yang Nyaman
Pengelola moda raya terpadu (MRT) berupaya mendorong warga menggunakan angkutan umum dengan menyediakan jalur pejalan kaki yang lebih nyaman di jalan sempit yang tidak disediakan trotoar.
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pengelola moda raya terpadu (MRT) berupaya mendorong warga menggunakan angkutan umum dengan menyediakan jalur pejalan kaki yang lebih nyaman di jalan sempit yang tidak disediakan trotoar. Selain meningkatkan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki, hal tersebut juga membantu menertibkan lalu lintas di jalan.
Salah satu jalan tanpa trotoar yang sarana pejalan kakinya diperbaiki itu berada di Jalan Teladan, Jakarta Selatan, tepatnya di samping Stasiun MRT Cipete Raya. Sejak dua bulanan ini, sebagian jalan dengan lebar kurang lebih lima meter itu dicat warna hijau dan ditandai dengan marka jalur khusus pejalan kaki. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan rasa aman untuk para pejalan kaki, serta meningkatkan perhatian pengemudi kendaraan bermotor untuk mengurangi kecepatannya.
Meskipun cukup sederhana, upaya tersebut diapresiasi warga sekitar. “Sejak ada jalur khusus pejalan kaki itu, lalu lintas lumayan lebih tertib dibanding sebelumnya. Pengendara motor dan mobil juga mengerti jalur dikhususkan untuk pejalan kaki dan pesepeda,” kata Tuti (41), warga Kelurahan Gandaria Selatan, ketika ditemui pada Senin (4/11/2019).
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Budi, penjaga Sekolah Dasar Negeri Gandaria Selatan 01 yang lokasi sekolahnya berada di jalan tersebut. Di sekolah itu, ada cukup banyak murid yang pergi-pulang sekolah dengan sepeda. Sejak adanya, jalur khusus pejalan kaki yang dicat warna hijau itu, murid lebih teratur bersepeda dengan mengikuti jalur tersebut.
“Suasana jalan lebih teratur sekarang dengan adanya jalur hijau ini. Pelajar yang naik sepeda juga lebih tertib dan mengikuti jalur itu,” ucap Budi.
Pantauan Kompas, di depan sekolah itu, Senin siang, sebagian besar murid tertib jalan dan naik sepeda dengan mengikuti jalur hijau yang dikhususkan untuk kendaraan tidak bermotor. Masih ada beberapa pejalan kaki dan pesepeda yang jalan di luar jalur tersebut.
Ada juga pengendara motor yang jalan dan memarkirkan motornya di jalur khusus pejalan kaki. Namun, karena suasana jalan tidak ramai, hal tersebut tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Pejalan kaki diutamakan
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar pekan lalu sempat menyatakan pentingnya menata kawasan sekitar stasiun MRT, sehingga ramah pejalan kaki, dan meningkatkan kenyamanan warga dalam mengakses stasiun MRT. Saat ini, penataan kawasan seperti itu baru diterapkan di Stasiun MRT Cipete Raya, dan rencana dilakukan juga di kawasan sekitar Stasiun MRT Blok M dan Haji Nawi.
“Kami membuat jalur khusus pejalan kaki dengan cat warna hijau untuk memudahkan masyarakat menjangkai MRT. Akses pejalan kaki harus diutamakan. Upaya tersebut akan dilakukan di area dalam radius 500 meter sekitar stasiun MRT,” ujar William.
Kami membuat jalur khusus pejalan kaki dengan cat warna hijau untuk memudahkan masyarakat menjangkai MRT. Akses pejalan kaki harus diutamakan. Upaya tersebut akan dilakukan di area dalam radius 500 meter sekitar stasiun MRT,
Pendanaan sarana pejalan kaki itu, lanjut William dibantu dengan dana tanggung jawab sosial (CSR) PT MRT Jakarta. Untuk penataan jalur pejalan kaki di sebagian jalan dekat Stasiun MRT Cipete Raya, biayanya yang dikeluarkan sekitar Rp 50 juta. Selain untuk cat jalan, dana itu juga digunakan untuk pembelian lampu penerang jalan.
“Kalau masyarakat mau, kita siap bantu dengan pendanaan. Yang penting mereka harus berinisiatif,” tambah William.
Program bertajuk #JalanJakarta itu dilakukan dengan kerja bersama warga setempat, Institute for Transportation & Development Policy (ITDP), serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain pejalan kaki, kenyamanan pesepeda juga diperhatikan dengan menyerdiakan parkir sepeda gratis di stasiun MRT.
Meningkatkan konektivitas
Mengutip rilis yang dipublikasikan ITDP dalam situsnya, “Audit Aksesibilitas Stasiun MRT” yang dijalankan pada Juli 2019 menyimpulkan bahwa kualitas jalur pejalan kaki di seluruh stasiun MRT Jakarta belum memenuhi target yang ideal. Misalnya, sarana penyeberangan belum tersedia di semua lokasi dan sebagian jalur pejalan kaki tidak terlindungi oleh peneduh.
“Peningkatan konektivitas penumpang dari/ke stasiun angkutan umum massal sekurang-kurangnya harus dilakukan dalam radius 500 meter dari lokasi stasiun. Radius 500 meter diambil dari asumsi kerelaan masyarakat Jakarta untuk berjalan kaki menuju stasiun transportasi publik terdekat,” demikian kutipan sebagian rilis tersebut.
Peningkatan konektivitas penumpang dari/ke stasiun misalnya diterapkan dengan meningkatkan kualitas infrastruktur atau jalur pejalan kaki dan pesepeda. Hal tersebut dianggap penting karena sebagian besar penumpang angkutan umum adalah pejalan kaki.
“Hal ini berkaitan dengan kenyamanan pengguna dan juga dapat mendorong lebih banyak warga untuk menggunakan angkutan umum massal dalam kegiatan sehari-hari,” ujar rilis itu.