Para ibu negara bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Asean di Bangkok, Thailand. Mereka berbagi pengalaman menangani sampah di negaranya.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
Sampah menjadi perhatian di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-35 ASEAN kali ini. Kesadaran untuk mengurangi sampah plastik, mendaur ulang sampah plastik, serta mendorong kehidupan yang lebih berkelanjutan ditampilkan.
Di pusat media KTT-35, satu gerai khusus untuk segala produk ramah lingkungan disiapkan. Ada produk berbahan daun pandan kering serta boneka-boneka dan aksesori berbahan serat alami. Sedotan plastik dan gelas plastik tentu bahan terlarang di sini. Beberapa tempat sampah beragam warna untuk menandai pemisahan sampah organik, sampah plastik, dan kertas disiapkan juga, serta panel berisi penjelasan mengenai bumi yang semakin terbebani segala macam buangan manusia. Kenang-kenangan yang diberikan kepada wartawan pun berupa kantong serbaguna berbahan hasil daur ulang botol plastik.
Para ibu negara pun mengisi kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Sementara para pemimpin negara ASEAN membahas kerja sama antarnegara di kawasan. Dalam sesi interaktif, Minggu (3/11/2019) pagi, Nyonya Iriana bersama pasangan-pasangan pemimpin negara ASEAN lain pun berbagi praktik-praktik baik yang sudah dilakukan di negara masing-masing di lokasi KTT, Impact Exhibition and Convention Center, Muang Thong Thani, Bangkok.
Kegiatannya untuk mendorong pembersihan pantai dan sungai dari sampah bersama para istri menteri Kabinet Kerja, Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja disampaikan dalam pertemuan ini. Di sekitar Jembatan Merah Putih, Hative Kecil, Kota Ambon, misalnya, Iriana memunguti sampah di pantai dan memasukkannya dalam karung goni. Aksi ini diikuti anggota OASE serta ratusan peserta lain. Aksi ini membuat pemerintah daerah ikut memperhatikan sampah yang kerap terbawa arus laut dan mengotori pantai.
”Kita harus memberi contoh sendiri dan membiasakan (pengelolaan sampah) sejak kecil,” tambahnya.
Selain itu, kebiasaan membuat lubang biopori ditanamkan pula kepada para siswa taman kanak-kanak sembari mengajak mereka mencuci tangan dengan benar. Lubang biopori yang relatif mudah dibuat ini berfungsi sebagai resapan sekaligus menjadi tempat menimbun sampah organik untuk menjadi kompos. Secara kasat mata, biopori adalah lubang silinder vertikal sedalam sekitar 1 meter dengan diameter 10 sentimeter.
”Kegiatan saya di Indonesia harus turun langsung ke bawah, sosialisasi ke daerah-daerah baik (kepada) anak-anak, ibu-ibu, dan remaja juga dengan organisasi lain khususnya perempuan Indonesia, dan juga tidak ketinggalan dengan Pramuka,” tutur Iriana.
Nyonya Naraporn Chan-o-cha, istri PM Thailand, juga berbicara disambung perwakilan pemuda Thailand Ralyn Satidtanasarn dan Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Thailand Varawut Silpa-archa. Dalam pemaparannya, Varawut menjelaskan, Pemerintah Thailand menyiapkan jaring untuk ”menangkap” sampah di laut. Awalnya, jaring penangkap sampah ini dicoba di empat kanal dan berhasil menangkap 3,1-19,1 kilogram sampah setiap hari.
Bagian-bagian dari jaring ini disiapkan supaya sampah yang sudah tertangkap tak lagi keluar dan kembali mencemari lautan. Diharapkan, sampah plastik bisa dikurangi dan betul-betul bersih dari laut.
Iriana pun menyambut gembira pemaparan dan kegiatan interaktif ini. Praktik-praktik baik ini bisa diterapkan juga di Indonesia. Dia berharap semua pihak bisa saling belajar dan bumi semakin bersih untuk ditempati para generasi penerus.