Perdana Menteri Inggris Boris Johnson marah terhadap Ketua Partai Brexit Nigel Farage yang menyerukan dirinya membatalkan kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa, Sabtu (2/11/2019).
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Demonstran anti-Brexit berunjuk rasa di luar Gedung Parlemen di London, Inggris (30/10/2019).
LONDON, MINGGU — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson marah terhadap Ketua Partai Brexit Nigel Farage yang menyerukan dirinya membatalkan kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa, Sabtu (2/11/2019).
Pada Jumat (1/11/2019), Farage melancarkan tekanan terhadap Johnson dengan mengatakan bahwa partainya akan melawan Partai Konservatif Johnson di seluruh Inggris dalam pemilu 12 Desember 2019 nanti, kecuali Johnson mengabaikan kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa.
Farage menyampaikan hal itu sehari setelah Presiden AS Donald Trump berkomentar soal pemilu di Inggris dengan mendorong Farage untuk menjalin koalisi dengan Partai Konservatif Johnson. Dalam acara radio Euroskeptic, Trump mengatakan bahwa Farage dan Johnson akan menjadi ”kekuatan tak tertandingi”.
Johnson tidak mengindahkan komentar Trump itu dan menolak berkoalisi dengan Farage. Sebelumnya, Johnson berjanji untuk membawa Ingris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan pada 31 Oktober sebelum akhirnya dipaksa oleh parlemen untuk meminta pengunduran kepada Uni Eropa hingga 31 Januari.
Akan tetapi, kini fokus Johnson adalah memperjuangkan kesepakatan Brexit yang sudah dicapainya dengan Uni Eropa kepada parlemen Inggris setelah pemilihan umum 12 Desember mendatang.
”Dengan segala hormat saya sampaikan kepada rekan-rekan di seluruh dunia... satu-satunya jalan agar ini selesai adalah dengan memilih kami,” kata Johnson kepada ITV News. ”Apabila Anda memilih partai lain, risikonya adalah Anda akan mendapatkan Jeremy Corbyn, Partai Buruh, yang menunda.”
Sebanyak 650 kursi Parlemen Inggris akan diperebutkan dalam pemilu yang digelar lebih awal. Jika Partai Brexit hanya mendapat kursi sedikit, hal itu akan menguntungkan Partai Konservatif yang bersaing dengan Farage.
Partai Brexit menolak kesepakatan Brexit yang dicapai Johnson dengan Uni Eropa. Mereka lebih suka meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan yang mereka sebut sebagai ”clean break” Brexit. Sejauh ini, partai ini memiliki kursi di parlemen Uni Eropa, tetapi tidak di parlemen Inggris.
Saat meluncurkan kampanye pemilu Inggris Partai Brexit, Farage menyatakan bahwa kesepakatan Johnson ”bukanlah Brexit” karena artinya tetap mengikuti sejumlah aturan Uni Eropa dan negosiasi bertahun-tahun soal hubungan Inggris-Uni Eropa.
”Boris menyampaikan pada kita bahwa ini adalah kesepakatan yang luar biasa. Ini adalah kesepakatan yang buruk. Secara sederhana, itu bukanlah Brexit,” ujar Farage.
Farage, yang memainkan peran penting dalam referendum 2016 agar Inggris keluar dari Uni Eropa, mengatakan, jika Johnson setuju mengabaikan kesepakatannya dengan Uni Eropa, partai Brexit akan membentuk ”pakta non-agresi” dengan Partai Konservatif.
”Saya percaya satu-satunya cara menyelesaikan ini adalah dengan membangun aliansi \'keluar\' di seluruh wilayah,” ujar Farage. ”Jika ini dilakukan, Boris Johnson akan menang mayoritas.”
Farage memperingatkan, jika Johnson menolak tawarannya, ”kami akan melawan setiap kursi yang diperebutkan di Inggris, Skotlandia, dan Wales.” Menurut dia, Johnson harus memutuskan sebelum nominasi kandidat ditutup pada 14 November 2019.
Pada siaran radio di Inggris, Trump menyebut Johnson ”fantastis”, tapi sekaligus meremehkannya dengan menyebut bahwa ”sejumlah aspek” kesepakatan Brexit yang dicapainya dengan Uni Eropa akan membuat Inggris mustahil melakukan perjanjian dagang dengan AS.
Sejumlah analis mengatakan bahwa Brexit tanpa kesepakatan akan memiliki dampak yang justru lebih parah pada ekonomi Inggris dan juga negara-negara Eropa. (REUTERS/AP)