Tarif impor sawit Indonesia disetarakan dengan tarif produk asal Malaysia. Sawit Indonesia menjadi lebih kompetitif.
Bangkok, Kompas India kini memperlakukan tarif yang sama bagi minyak sawit mentah (CPO) dan refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), baik dari Malaysia maupun Indonesia. Hal ini akan membuat sawit Indonesia semakin kompetitif.
Kepastian itu disampaikan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-35 ASEAN dan KTT lain yang berkaitan di Impact Exhibition & Convention Center, Bangkok, Thailand, Minggu (3/11/2019). Demikian seperti diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dalam pertemuan, Presiden Jokowi juga didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. ”Sekarang tarif sawit CPO dan refine biodiesel blended RBD sudah sama,” ujar Airlangga.
Modi siap memberi perlakuan adil terhadap sawit Indonesia.
Sebelumnya, tarif impor CPO adalah 45 persen dan 50 persen untuk RBDPO. Namun, per akhir Desember ini, tarif diturunkan menjadi 37,5 persen dan 45 persen. Tarif ini diberlakukan sama untuk Indonesia dan Malaysia.
Menurut Retno, hal ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kerja sama ekonomi Indonesia-India, yang merefleksikan kerja sama politik kedua negara yang sudah sangat baik. Dalam kerja sama ekonomi ini, Modi siap memberi perlakuan adil terhadap sawit Indonesia.
Airlangga menambahkan, India mengharapkan Indonesia membeli beras dan gula dalam bentuk raw dari India. Pemerintah Indonesia mengatakan akan mengimpor secara bertahap dan bisa ditingkatkan kemudian sesuai kebutuhan.
Mitra utama
India adalah salah satu mitra dagang penting Indonesia. Neraca perdagangan Indonesia surplus setidaknya 8 miliar dollar AS pada 2018. Februari lalu, Kementerian Perdagangan melobi India untuk menurunkan tarif masuk produk turunan minyak kelapa sawit Indonesia.
Menteri Perdagangan kala itu, Enggartiasto Lukita, di sela-sela Pameran dan Pertemuan India-ASEAN Ke-4 di New Delhi, India, Kamis (21/2/2019), mengatakan, tanpa upaya ekstra, penurunan ekspor produk turunan CPO ke India akan lebih tajam.
Berdasarkan catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, ekspor CPO dan produk turunan CPO Indonesia ke India mencapai 6,71 juta ton pada tahun lalu. Angka itu turun sekitar 12 persen dibandingkan dengan 2017 yang mencapai 7,63 juta ton.
Tanpa upaya ekstra, penurunan ekspor produk turunan CPO ke India akan lebih tajam.
Penurunan dipicu keputusan India menaikkan bea masuk CPO dan turunannya. Pada 2018, India menaikkan bea masuk CPO dari 30 persen menjadi 44 persen, sementara bea masuk produk turunannya naik dari 40 persen menjadi 54 persen (Kompas, 22/2/2019).
Terkait isu sawit, Malaysia sedang berupaya mengatasi perselisihan dengan India yang memboikot produk sawit negara itu setelah pernyataan PM Mahathir Mohamad soal langkah India di Kashmir. Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok mengatakan, negara itu mempertimbangkan untuk mengirim delegasi guna menemui badan perdagangan minyak sayur utama India (Kompas, 25/10/2019). (JOS)