Inaya Wahid menganggap keterlibatannya dalam sejumlah pementasan teater sebagai momen dolan. Dia sangat menikmati setiap proses menuju pentas, termasuk momen kedinginan di tepi panggung.
Oleh
Putu Fajar Arcana
·1 menit baca
Inaya Wahid menganggap keterlibatannya dalam sejumlah pementasan teater sebagai momen dolan. Putri bungsu Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid itu mengatakan, sangat menikmati setiap proses menuju pentas, termasuk momen kedinginan di tepi panggung.
”Saya enggak pernah bosan, mulai dari reading, latihan, bahkan pas kedinginan di pinggir panggung saat menunggu giliran naik. Semua saya nikmati,” ujar Inaya sebelum manggung dalam pementasan Pemburu Utang, Jumat (1/11/2019), di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Kesenangan Inaya bermain teater tak lepas dari kebebasan eksplorasi karakter, terutama saat membawa cerminan realitas sosial ke atas panggung pertunjukan. Perempuan kelahiran 1982 ini merasa punya tanggung jawab sebagai warga negara untuk mengawasi kinerja para pemegang kekuasaan. Ia pun memilih seni teater sebagai medium bersuara.
”Di teater ini ada persoalan dan kritik sosial, ada juga simbolisasi sesuatu yang seharusnya membuat penonton merenung soal situasi bangsa yang sedang terjadi sekarang,” tuturnya.
Meski sering kebagian karakter yang hampir mirip, yakni mbok emban alias pembantu umum atau pedagang, Inaya tak pernah bosan. Setiap karakternya di pementasan akan menjadi simbol lapisan masyarakat tertentu yang berbeda. Hal ini yang membuat proses eksplorasinya tetap menantang. (CAN/*)