Inovasi Perlindungan Siber untuk Mengantisipasi Serangan
Keamanan siber menjadi salah satu fokus utama dalam mengantisipasi era digitalisasi. Sejumlah inovasi untuk menangkal serangan siber dilakukan sejumlah perusahaan teknologi
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Keamanan siber menjadi salah satu fokus utama dalam mengantisipasi era digitalisasi. Sejumlah inovasi untuk menangkal serangan siber dilakukan sejumlah perusahaan teknologi, salah satunya dengan memadukan perlindungan data konvensional dengan pengamanan siber.
Perusahaan perangkat lunak Acronis meluncurkan program perlindungan siber versi terbaru yang disebut Acronis True Image 2020. Bila dibandingkan dengan versi sebelumnya, perlindungan berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) lebih ditingkatkan. Teknologi ini memantau indikasi serangan pada sistem. Akibatnya, pencegahan serangan siber akan lebih efektif.
“Masyarakat biasanya melindungi datanya dengan sistem backup (duplikasi untuk cadangan). Dengan program proteksi ini, konsumen bisa menggunakan fasilitas backup dan restore (pemulihan). Data kemudian disimpan di cloud (teknologi komputasi awan) sehingga bisa diakses di mana pun,” kata Acronis Channel Sales Manager Southeast Asia Florence Wong di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Menurutnya, publik semakin membutuhkan mekanisme keamanan siber yang mumpuni. Pasalnya, masing-masing orang diperkirakan akan membuat rata-rata 147 gigabita data setiap hari pada 2020. Selain itu, akan ada 200 miliar perangkat atau device yang saling terhubung pada 2020.
Acronis bekerja sama dengan PT Optima Solusindo Informatika (Optima) dan Bhinneka untuk distibusi produk. Wong menyebut Acronis True Image 2020 memenuhi lima aspek keamanan siber yang disebut SAPAS. Kelimanya adalah keamanan (safety), aksesibilitas (accessibility), privasi (privacy), keaslian (authenticity), dan keamanan data (security of data).
Dalam melakukan proses backup, pengguna akan mendapat notifikasi jaringan Wi-Fi (wireless fidelty) yang aman. Pengguna juga bisa mengatur pemilihan sumber daya serta ketersediaan daya minimum untuk melakukan backup. Perangkat dengan daya baterai di bawah 40 persen tidak bisa melakukannya.
Ancaman serangan siber
Managing Director Optima Refany Iskandar mengatakan, backup data dan proteksi siber menjadi prioritas yang penting. Sebab, era digitalisasi adalah sebuah keniscayaan. Ancaman kehilangan data dan serangan siber pun perlu diantisipasi.
Laporan Cyber Attack Trends: 2019 Mid-Year Report oleh Check Point Software Technologies menyebut bahwa Indonesia menghadapi lima ancama siber. Kelimanya berbentuk malware, seperti ransomware, cryptominers, seluler, botnet, dan perbankan. Serangan ini tidak hanya menyasar surat elektronik dan situs, namun juga cloud (Kompas.id, 3/11/2019).
Saat ini, Indonesia ada di peringkat ketujuh sebagai negara yang paling banyak diserang malware berupa ransomware. Ransomware adalah perangkat lunak yang mengunci sistem data disertai pemerasan. Pengguna yang perangkatnya yang terjangkit ransomware akan diminta membayar agar bisa mengakses sistem datanya kembali.
Ada 545.231 ransomware yang teridentifikasi sepanjang 2018. Dari angka itu, sebanyak 2,6 persen atau sekitar 140.000 ransomware ditemukan di Indonesia.
Saat ini, Indonesia ada di peringkat ketujuh sebagai negara yang paling banyak diserang malware berupa ransomware
Menurut Laporan Tahunan Honeynet Project Tahun 2018 oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), jumlah serangan siber yang menimpa Indonesia pada 21 sensor yang tersebar adalah 12.895.554. Dari jumlah itu, serangan malware adalah yang terbanyak, yaitu 513.863 serangan. Sementara itu, secara umum, sumber serangan tertinggi berasal dari Rusia (2.597.256 serangan), China (1.871.363), dan Amerika Serikat (1.428.440).
Acronis mencatat, perkiraan kerugian yang didapat akibat serangan ransomware secara global pada 2021 adalah 20 miliar dollar AS atau sekitar Rp 279,7 triliun. Angka ini 57 kali lebih banyak dibanding perhitungan pada 2015.
Untuk meningkatkan keamanan siber dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia di bidang teknologi, BSSN menandatangani nota kesepahaman dengan Huawei, perusahaan teknologi asal China, Oktober 2019. Kerja sama itu di sisi lain juga membuka peluang serangan siber. Namun, BSSN memastikan akan menjaga keamanan ruang siber dalam negeri.
Sementara itu, untuk menjamin keamanan siber, Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah menggarap Rancangan Undang-Undang Perindungan Data Pribadi (RUU PDP). Draf RUU akan segera diserahkan ke DPR agar bisa disahkan pada 2020. Hingga berita ini diturunkan, BSSN dan Kemkominfo belum memberi tanggapan.