Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat pada perdagangan Selasa (5/11/2019) di tengah minimnya sentimen positif. Di penghujung tahun, ketidakpastian global sebabkan gejolak pasar modal semakin tinggi.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat pada perdagangan Selasa (5/11/2019) di tengah minimnya sentimen positif. Di penghujung tahun, ketidakpastian global sebabkan gejolak pasar modal semakin tinggi.
Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 83,80 poin atau 1,36 persen ke posisi 6.264,15. Adapun kelompok 100 saham unggulan Kompas atau indeks KOMPAS100 bergerak naik 1,98 persen atau 24,51 poin menjadi 1.264,94.
Pada hari sebelumnya, IHSG ditutup melemah 0,43 persen pada level 6.180,34. Padahal, sepanjang sesi perdagangan pagi kemarin, IHSG bergerak nyaman di zona hijau.
Kepala Riset Narada Asset Manajemen, Kiswoyo Adi Joe mengatakan investor cenderung responsif terhadap kondisi ekonomi makro domestik dan global. Sedikit saja sentimen yang muncul dapat memengaruhi persepsi investor untuk menentukan akan membeli atau menjual portofolio.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) triwulan III-2019 yang mencapai 5,02 persen. Walau ukuran pertumbuhan ini jadi yang terendah dalam empat tahun terakhir, investor masih menilai positif data ini.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia bertahan di atas lima persen, membuat ekonomi masih dinilai stabil di tengah perlambatan global," ujar Kiswoyo.
Sepanjang perdagangan hari ini, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp 56,23 miliar. Adapun sepanjang tahun, bila diakumulasikan maka investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp 48,1 triliun.
Pada perdagangan hari yang sama, bursa regional Asia bergerak variatif di antaranya indeks Nikkei Jepang menguat 401,19 poin ke level 23,252, indeks Hang Seng di Hong Kong menguat 74 poin (27.621,30), dan indeks Straits Times Singapura melemah 12,23 poin (3.248,63).
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan kelanjutan drama perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi sentimen utama pertimbangan investor, yang dapat membuat IHSG bergerak bervariasi.
"China tampaknya masih meragukan kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang dengan AS menyusul ketidakpercayaan terhadap Presiden Donald Trump yang memiliki sikap impulsif," ujarnya.
Di sisi lain sentimen yang berkaitan dengan laporan laba perusahaan, dinilai Alfiansyah mulai terbatas. Padahal mayoritas emiten telah merilis laporan keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan ekspektasi.
"Saat ini minim katalis untuk mendorong indeks lebih tinggi," ujarnya.
Kelanjutan drama perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi sentimen utama pertimbangan investor, yang dapat membuat IHSG bergerak bervariasi
Ia juga mengatakan, sentimen mengenai kebijakan The Fed untuk menurunkan suku bunga pada pekan lalu diharapkan memberikan dorongan bagi BI untuk meneruskan pemangkasan suku bunga.
Suku bunga rendah tengah diperlukan untuk mendorong investasi, karena investasi menjadi penyumbang 31 persen dari PDB Indonesia. Adapun biaya dana murah dibutuhkan investor untuk ekspansi.