Niko Kovac memikat Bayern Muenchen ketika ia berhasil memoles Eintracht Frankfurt pada tahun lalu. Ironisnya, ia kemudian dipecat sebagai pelatih Bayern setelah dikalahkan Eintracht.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
MUENCHEN, SENIN – Bayern Muenchen terpaksa memecat pelatihnya, Niko Kovac, karena penampilan tim ”Die Roten” ini memburuk, Minggu (3/11/2019). Gaya permainan Kovac yang dikenal dengan ”Kovanaccio” tidak lagi memukau, bahkan Kovac juga dimusuhi para pemainnya.
Keputusan untuk memecat Kovac semakin bulat setelah Bayern ditekuk Eintracht Frankfurt, 1-5, Sabtu (2/11/2019). Dengan hasil itu, sang juara bertahan Liga Jerman itu kini harus puas berada di peringkat keempat klasemen sementara. ”Melihat penampilan dan hasil yang diperoleh tim kami dalam beberapa pekan terakhir, kami merasa harus bertindak,” kata Direktur Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge.
Bersama dengan Presiden Bayern Uli Hoeness dan Direktur Olahraga Bayern Hasan Salihamidzic, Kovac pun diajak berbicara. Kovac yang pada musim lalu berhasil mempersembahkan trofi Liga Jerman dan Piala Jerman pun bisa memahami.
”Saya rasa ini keputusan tepat yang diambil klub untuk saat ini,” katanya.
Perjalanan karier Kovac masih baik-baik saja musim lalu. Namun, penampilan tim mulai tidak konsisten musim ini. Mereka bisa dikalahkan tim papan tengah Hoffenheim, 1-2, dan ditahan imbang tim zona degradasi, Augsburg, 2-2.
Pada saat tertentu, Bayern bisa menemukan permainan terbaik, seperti saat membantai finalis Liga Champions musim lalu, Tottenham Hotspur, dengan skor 7-2, pada laga penyisihan grup Liga Champions musim ini. Namun, ketika melawan tim yang tidak difavoritkan seperti Olympiakos, Bayern hanya menang tipis 3-2.
Puncaknya, Kovac harus bertemu klub yang pernah dilatihnya, Eintracht, akhir pekan lalu. Kekalahan ini mengingatkan pada laga yang mempertemukan kedua klub pada Mei 2018 ketika Kovac masih melatih Frankfurt dan mengalahkan Bayern, 3-1, untuk merebut gelar juara Piala Jerman.
Bersama Frankfurt, Kovac memeragakan permainan bola-bola panjang yang dikombinasikan dengan kecepatan para pemainnya saat itu seperti Ante Rebic. Melalui ”Kovanaccio”, Kovac menampilkan permainan yang lugas, cepat, keras, dan menekan.
Gaya permainan inilah yang membuat Bayern semakin yakin bahwa Kovac merupakan pelatih yang mereka cari. Saat laga itu berlangsung, Kovac sudah ditunjuk untuk melatih Bayern per 1 Juli 2018 untuk menggantikan pelatih sebelumnya, Jupp Heynckes. Menurut Hasan Salihamidzic pada waktu itu, Kovac merupakan eks pemain Bayern sehingga sudah mengenal dengan baik struktur dan DNA klub.
Namun, prediksi Salihamidzic rupanya meleset. Surat kabar Jerman, Bild, melaporkan, para pemain Bayern mulai berani mengkritik, bahkan memusuhi Kovac terang-terangan.
Hal serupa pernah terjadi pada era kepelatihan Carlo Ancelotti tahun 2017. Ancelotti dimusuhi oleh para pemain kunci seperti Robert Lewandowski, Arjen Robben, dan Thomas Mueller. ”Sebagai pelatih anda tidak bisa bermusuhan dengan pemain,” kata Hoeness waktu itu.
Seperti sejarah yang terulang, Frankfurt mengalahkan Bayern dan ada pelatih yang harus dipecat. Ironisnya, Frankfurt juga yang menjadi pintu masuk sekaligus pintu keluar bagi Kovac. ”Saya tahu bagaimana bisnis (di industri sepak bola) bekerja. Saya tidak naif,” kata Kovac.
Mencari pengganti
Dengan keluarnya Kovac, manajemen Bayern praktis harus bergerak cepat mencari pelatih pengganti. Nama-nama besar seperti Massimiliano Allegri (eks Pelatih Juventus), Arsene Wenger (eks pelatih Arsenal), Jose Mourinho (eks Pelatih Manchester United), dan Erik ten Hag (pelatih Ajax) sudah masuk sebagai kandidat. ”Jika Bayern memanggil, saya tidak akan menolaknya,” kata Ten Hag.
Untuk sementara, Bayern dipimpin asisten pelatih Hansi Flick. Dia akan memimpin Bayern ketika menghadapi Olympiakos pada laga Liga Champions, Kamis (7/11/2019) dini hari WIB. (AFP/REUTERS)