Indonesia terbantu pengembangan nilai bersama oleh perusahaan yang beroperasi di area yang jauh. Tak mengherankan apabila pada 15 Oktober lalu, Proper masuk dalam 15 program inovasi terbaik di Indonesia.
Oleh
Agnes Aristiarini
·3 menit baca
Berbagi dengan membentuk nilai bersama bukanlah sekadar tanggung jawab sosial, filantropi, atau demi suatu keberlanjutan. Berbagi adalah cara baru perusahaan untuk mendapatkan kesuksesan ekonomi.
(Michael Porter dan Mark Kramer)
Michael Porter dan Mark Kramer merupakan penulis buku Creating Shared Value terbitan Harvard Business Review University, 2011. Menurut mereka, penciptaan nilai bersama menjadi bagian tak terpisahkan dari keuntungan dan daya saing perusahaan.
Nilai bersama menjadi strategi untuk mendapatkan peluang bisnis dengan mengatasi persoalan sosial, sementara filantropi dan tanggung jawab sosial fokus pada minimalisasi dampak dan mengembalikan keuntungan pada komunitas.
Sejak buku yang memopulerkan bisnis model baru itu terbit delapan tahun lalu, makin banyak perusahaan mendefinisikan kesuksesan bukan semata keuntungan finansial, melainkan seberapa signifikan perusahaan membuat perubahan sosial. Muncul kemudian Shared Value Initiative yang melibatkan lebih dari 60 perusahaan, dari Shell sampai Cevron, dari IBM sampai Intel, dari Nestle sampai Abbott.
Di Indonesia, model pendekatan nilai bersama itu dikembangkan lewat Proper. Singkatan dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan, Proper adalah suatu instrumen kebijakan yang mendorong perusahaan agar taat aturan sekaligus melaksanakan bisnis secara beretika.
Berawal dari Program Kali Bersih (Prokasih) tahun 1995-1997, program yang sempat berhenti lima tahun karena krisis itu berjalan lagi dengan nama Proper, tahun 2002. Parameter penilaian menjadi lebih lengkap: tidak hanya pengendalian pencemaran air, tetapi juga udara, limbah padat, serta bahan beracun berbahaya.
Pekan ini aktivitas Proper memasuki masa sibuk. Setelah berminggu-minggu Sekretariat Proper di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memelototi laporan Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL), sumber utama penilaian, kini saatnya penentuan peringkat.
Setelah lebih dari 20 tahun berjalan, tingkat kepesertaan Proper naik berlipat-lipat. Tahun ini total 2.058 perusahaan turut serta. Paradigma litigasi yang berdampak pada perbaikan berkelanjutan dipandang lebih menarik daripada model penegakan aturan yang sedikit-sedikit menghukum.
Perusahaan tidak lagi gamang dikunjungi secara periodik karena litigasi justru berbuah penyediaan data yang teratur dan terstruktur. Sistem yang terbangun akhirnya memicu inovasi dan efisiensi: dari sistem produksi, penggunaan energi listrik, hingga metode pengolahan limbah. Data Sekretariat Proper KLHK menunjukkan, saat ini total penghematan perusahaan lewat inovasi Proper mencapai Rp 287 triliun.
Dari sisi sosial, Rp 3,8 triliun dana pembangunan komunitas berkontribusi pada 17 tujuan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). ”Menjadi peserta Proper tak hanya membuat perusahaan memiliki produk unggul, tetapi juga sistem baik dan reputasi,” kata Sigit Reliantoro, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Indonesia dengan begitu banyak daerah terluar terbantu pengembangan nilai bersama oleh perusahaan yang beroperasi di area yang jauh. Tak mengherankan apabila pada 15 Oktober lalu, Proper masuk dalam 15 program inovasi terbaik di Indonesia.