Pemerintah Kota Pasuruan, Jawa Timur, akan mengevaluasi seluruh proyek pembangunan fisik sekolah, sebagai buntut ambruknya atap SDN Gondang beberapa waktu lalu. Mereka mengancam memblacklist rekanan proyek nakal.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
PASURUAN, KOMPAS – Pemerintah Kota Pasuruan, Jawa Timur, akan mengevaluasi seluruh proyek pembangunan fisik sekolah, sebagai buntut ambruknya atap SDN Gondang beberapa waktu lalu. Selain mengecek bangunan fisik, pemkot juga memperketat pengawasan dan mengancam memasukkan rekanan nakal ke dalam daftar hitam pengerjaan proyek.
“Sudah saya perintahkan langsung kepada jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) untuk memperketat pengawasan terhadap rekanan proyek pemerintah. Bagi rekanan nakal, diinstruksikan untuk tidak segan-segan memasukkannya ke dalam daftar hitam dan jangan digunakan lagi,” kata Pelaksana Tugas Wali Kota Pasuruan Raharto Teno Prasetyo, saat dihubungi Rabu (06/11/2019).
Bagi rekanan nakal, diinstruksikan untuk tidak segan-segan memasukkannya ke dalam daftar hitam dan jangan digunakan lagi
Evaluasi terhadap rekanan proyek pembangunan tersebut, menurut Teno, harus dilakukan untuk mencegah kejadian ambruknya SDN Gentong terulang. Rekanan nakal, yang bermain-main dengan kualitas bangunan misalnya, menurut Teno nantinya juga akan merugikan pemkot.
“Evaluasi akan dilakukan segera. Namun saat ini Pemkot Pasuruan fokus terlebih dahulu menangani kondisi korban. Akan ada pendampingan psikis yang saat ini sedang disiapkan oleh Dinas Kesehatan dan DP3A-KB Kota Pasuruan. Hal ini akan menjadi fokus pertama kami,” kata Teno.
Upaya pemulihan siswa dan guru SDN Gentong dari trauma pascabencana, menurut Teno harus ditangani dengan serius. Sebab, jika hal itu tidak dilakukan, maka proses belajar mengajar pun dinilai tidak akan berhasil baik. “Tidak mungkin bisa belajar dalam kondisi trauma. Untuk itu, pemulihan psikis harus diprioritaskan,” katanya.
Sambil itu berjalan, Teno mengatakan, pemkot juga akan mengecek seluruh kondisi bangunan sekolah yang ada. Rencana pengecekan kondisi seluruh sekolah di Pasuruan itu dilakukan untuk menepis kekhawatiran masyarakat dan memberikan rasa aman bagi pelajar dan orang tua siswa dalam menempuh pendidikan di Kota Pasuruan.
“Pemkot segera akan mengecek dan mengevaluasi kondisi semua sekolah di Kota Pasuruan, untuk memastikan bahwa kejadian seperti ini tidak akan terjadi di sekolah lain. Ini penting untuk mencegah kekhawatiran orang tua murid bahwa sekolah anaknya juga mungkin terjadi seperti itu,” kata Teno.
Teno mengatakan, saat ini pemerintah sedang mencarikan alternatif tempat belajar sementara bagi siswa SDN Gentong. Ditambah lagi dengan diperlukannya pemulihan psikis siswa dan guru, maka untuk sementara sekolah diliburkan selama beebrapa hari.
Adapun hingga saat ini, penyelidikan ambruknya atap empat ruang kelas SDN Gentong pada Selasa (05/11/2019) masih dalam tahapan meminta keterangan saksi. “Saat ini kami masih meminta keterangan para saksi. Belum muncul tersangka. Sabar saja,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera. Penyelidikan kasus ambruknya atap sekolah SDN Gentong saat ini ditangani oleh Polda Jatim.
Baca juga; Atap SD Gentong Ambruk, Polisi Temukan Unsur Kelalaian
Selasa (05/11/2019), atap ruang kelas 2A, 2B, 5A, dan 5B dari SDN Gentong ambruk setelah pada 2017 lalu direnovasi. Atap saat kelas 2 tengah berlangsung kegiatan belajar. Adapun siswa kelas 5A dan 5B tengah mengikuti kegiatan olahraga di luar ruang, namun ada siswa dan seorang guru pengganti yang berada di dalam kelas 5A karena alasan sakit.
Akibat kejadian itu, dua orang tewas. Korban tewas adalah Irza Almira (8) siswa kelas 2B dan Sevina Arsy Wijaya (19), guru pengganti yang saat peristiwa terjadi berada di kelas 5. Sedangkan korban luka adalah Zidan (8), Wildalmul (11), Abdul Muktim (11), Hilda Salsa (11), Alisah (7), Kina (8), Zahra Salsabilla (9), Akbar (8), Siti Rohmania (8), Aisyah (8), dan Ahmad Gerhana (8). Semua korban merupakan warga Kelurahan Gentong.
Eko Wijaya, ayah korban Sevina, mengaku pasrah dengan meninggalnya anaknya. “Saya berharap anak saya kembali ke pada Tuhan dalam kondisi suci. Mohon soanya. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” katanya. Rabu siang, Eko Wijaya mengambil sepeda motor Sevina yang masih terparkir di halaman sekolah.
Adapun sehari setelah ambruknya sekolah, para orang tua siswa mulai berdatangan ke sekolah. Selain berniat mengambil barang-barang anaknya yang tertinggal, mereka juga mengajak anaknya untuk bisa menghadapi kejadian tersebut dengan sabar, sehingga mempercepat proses menyembuhkan diri dari trauma.
Prasita (40), seorang pengajar asal Universitas Merdeka Pasuruan, Rabu siang sekitar pukul 10.00 WIB datang ke SDN Gentong bersama dua anak berusia 8 tahun. Keduanya adalah anaknya, Vista, dan keponakannya bernama Nina. Nina adalah siswi kelas 2A di SDN Gentong, yang berhasil selamat dari reruntuhan atap kelas. Ia menyaksikan temannya tertimpa reruntuhan atap.
“Sebagai paman Nina, saya berharap musibah ini jangan lagi terulang. Hal ini membuat trauma pada anak sekecil itu. Proses pemulihan anak dari traumanya harus diupayakan terus. Kemarin waktu saya jemput Nina di sekolahan, dia seperti orang bingung dan begitu ketemu saya langsung memeluk saya erat-erat. Setibanya di rumah pun ia tidak mau masuk ke rumah. Selama satu jam ia ketakutan, sebelum kemudian mau masuk rumah,” kata Prasita.
Saat itu, Prasita mengajak Nina dengan ditemani anaknya, jalan-jalan keliling kota dan akhirnya menengok SDN Gentong. Ia mengajak dua anak itu melihat kondisi sekolah dari luar. “Saya berharap Nina bisa menerima kondisi itu dan semakin kuat mentalnya. Saya harap rasa takutnya berkurang. Dan ternyata saya benar. Awalnya dia masih ragu-ragu, tapi lama-lama enggan diajak pulang. Saya harap ini menjadi salah satu cara mempercepat pemulihan mentalnya,” katanya.