Di Tengah Kemelut Boeing, AS Lirik Industri Dirgantara Indonesia
Pemerintah Amerika Serikat memiliki intensi untuk berinvestasi pada industri penerbangan Indonesia. Intensi ini muncul di tengah memburuknya kinerja Boeing.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Amerika Serikat memiliki intensi untuk berinvestasi pada industri penerbangan Indonesia. Intensi ini muncul di tengah situasi Boeing, salah satu perusahaan penerbangan AS, yang terbukti memiliki andil dalam kecelakaan pesawat LK-PQP milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengunjungi kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Rabu (6/11/2019). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, dan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menerima kunjungan tersebut.
Kunjungan itu dilanjutkan dalam pertemuan tertutup di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. ”AS berminat kerja sama dengan Indonesia, salah satunya di sektor dirgantara,” kata Iman saat ditemui setelah pertemuan tertutup tersebut.
Minat kerja sama AS dalam industri penerbangan Indonesia itu tak sekadar bersifat jual-beli barang. Iman merinci, AS berminat bekerja sama dalam hal pembiayaan, fasilitas perawatan, transfer teknologi, beserta manajemennya.
Dalam www.export.gov, situs milik Kementerian Perdagangan AS, industri penerbangan Indonesia dinilai menjanjikan, salah satunya karena berupa negara kepulauan yang membutuhkan transportasi udara untuk mobilisasi. Kecepatan perkembangan industri penerbangan Indonesia berada di posisi kedua di dunia setelah China.
Situs itu juga menyebutkan, proyeksi potensi pasar sektor penerbangan di Indonesia pada 2019 mencapai 1,905 miliar dollar AS. Ekspor AS ke Indonesia dalam sektor ini dapat mencapai 488 juta dollar AS.
Sementara itu, Boeing masih dalam proses persidangan di AS pasca-kecelakaan pesawat Lion Air Indonesia dan Ethiopian Airlines. Pesawat yang mengalami kecelakaan itu berseri Boeing 737 MAX 8.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada Oktober 2019 menyebutkan, desain pesawat Boeing menjadi salah satu kontributor kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 PK-LQP milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610. Terdapat kesalahan pembacaan data pada sensor Angle of Attack (AOA) yang mengaktifkan Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) secara otomatis tanpa diminta pilot.
Selain itu, KNKT menyebutkan, Boeing juga tidak memberikan pelatihan bagi pilot untuk menghadapi situasi aktifnya MCAS. Boeing juga tidak menyertakan prosedur menghadapi MCAS dalam dokumen paduan pilot.
Saat ditanya soal Boeing, Wilbur mengatakan, Boeing merupakan bagian dari delegasi dalam kunjungan ke Indonesia. Boeing berkomitmen untuk berbicara dengan pihak Lion Air.
Desain pesawat Boeing menjadi salah satu kontributor kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 PK-LQP milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610.
Secara umum, Wilbur memaparkan, tujuan AS berkunjung ke Asia Tenggara ialah untuk mengakselerasi kegiatan perdagangan kawasan. AS juga ingin membuka peluang ekspor yang menciptakan lapangan kerja bagi perusahaan AS.
Asia Tenggara merupakan pasar yang penting bagi AS karena menjadi regional terbesar sebagai mitra perdagangan. Volume perdagangan AS dengan Asia Tenggara mencapai dua kali lipat volume perdagangan AS dengan Eropa atau Amerika Tengah dan Selatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Januari-September 2019, neraca perdagangan Indonesia terhadap AS mengalami surplus sebesar 6,87 miliar dollar AS. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama, yakni sebesar 6,34 miliar dollar AS.
AS juga merupakan pangsa pasar ekspor nonmigas kedua terbesar bagi Indonesia. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS sepanjang Januari-September 2019 mencapai 13 miliar dollar AS atau setara dengan 11,33 persen dari total pangsa ekspor.