Iran meminta pencabutan sanksi sebagai syarat untuk tetap mematuhi kesepakatan nuklir 2015. Eropa tidak berani mencabut sanksi, tetapi ingin Iran patuh pada kesepakatan.
PARIS, SELASA— Untuk keempat kalinya, Iran mengurangi komitmen pada kesepakatan nuklir 2015. Kesepakatan ini tragis. AS ikut menyepakatinya, tetapi tahun 2018 keluar dari kesepakatan itu. Lewat pengurangan itu, Teheran kembali meminta Eropa dan para pihak lain peneken kesepakatan itu turut memenuhi kewajiban.
Uni Eropa, AS, Rusia, China, Perancis, Inggris, Jerman, dan Iran menyepakati Rencana Aksi Komprehensif Bersama (The Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) di Vienna pada 2015 untuk meredam ambisi nuklir Iran. AS keluar dari JCPOA pada 2018. Ini mendorong Iran melonggarkan komitmen.
Langkah pengurangan komitmen terbaru diumumkan Presiden Iran Hassan Rouhani di Teheran, Selasa (5/11/2019). Mulai Rabu, Teheran mengalirkan gas uranium heksafluorida ke 1.044 mesin pemutar ekstracepat di reaktor Fordo. Dalam mesin pemutar, gas itu dapat diolah menjadi uranium, bahan bom nuklir.
”Pengumuman Iran itu melanggar kesepakatan Vienna,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Agnes von der Muhll, seraya menyatakan, Paris tetap berkomitmen pada kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama itu. ”Kami mendesak Iran membatalkan tindakan yang tidak sesuai dengan JCPOA. Sekarang semakin sulit menjaga JCPOA,” kata Maja Kocijancic, jubir untuk Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini. UE tetap berkomitmen pada JCPOA.
Dalam JCPOA, Iran tetap boleh mengoperasikan mesin pemutar jenis tertentu tanpa mengalirkan gas uranium heksafluorida di Fordo. Kini, Iran mengoperasikan mesin IR-6, yang dilarang JCPOA, dan mengalirkan gas uranium heksafluorida ke mesin-mesin itu.
Pembatalan
Rouhani mengatakan, keputusan itu bisa dibatalkan jika para pihak memenuhi kewajiban dan Iran mendapat haknya. ”Cabut sanksi, dan Iran boleh menjual minyak dengan mudah dan menggunakan uang di bank,” ujarnya. Ia mengatakan, Iran bersedia berunding dalam dua bulan ke depan. Jika tidak ada perubahan soal sanksi Iran, Teheran sepenuhnya mundur dari JCPOA.
Kepala Badan Tenaga Atom Iran Ali Akbar Salehi mengatakan, mesin IR-6 bisa memperkaya uranium 10 kali lebih cepat dibandingkan mesin IR-1. Produksi uranium yang diperkaya sudah mencapai 5 kilogram per hari. Dua bulan lalu, Teheran hanya menghasilkan rata-rata 450 gram uranium per hari.
Iran menargetkan pengayaan uranium segera menembus aras 20 persen. Aras itu masih jauh di bawah kemampuan pembuatan bom nuklir yang minimal 90 persen. Teheran menegaskan tidak akan membuat bom.
Sanksi
JCPOA bermasalah setelah AS keluar dari kesepakatan pada Mei 2018. AS bahkan kembali menerapkan serangkaian sanksi terhadap Iran. Sanksi AS membuat Eropa, Rusia, dan China kesulitan menjalankan bisnis dengan Iran. Para pebisnis Eropa khawatir ikut terimbas sanksi AS. Sanksi terbaru diumumkan pada Senin (4/11) dan menyasar, antara lain, keluarga Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Rusia, yang dekat dengan Iran, menyatakan memahami keputusan Iran untuk kembali mengurangi komitmen terhadap JCPOA gara-gara sanksi AS. Meskipun demikian, Moskwa meminta semua pihak tetap berusaha menjaga JCPOA.
Sebelum pengumuman kemarin, Iran sudah tiga kali mengurangi komitmen pada JCPOA. Pertama, Teheran melanggar batas maksimal cadangan uranium yang ditetapkan 300 kilogram. Selanjutnya, Iran menaikkan aras pengayaan melebihi 3,67 persen yang ditetapkan JCPOA. Kemudian, Iran mengoperasikan mesin-mesin pemutar berspesifikasi lebih tinggi daripada yang diizinkan JCPOA. (AFP/REUTERS/RAZ)