Kebijakan JPO Tanpa Kanopi di Jakarta Hanya Mengejar Aspek Keindahan
Hingga tahun depan akan ada setidaknya empat jembatan penyeberangan orang yang kanopinya bakal dibongkar. Padahal, JPO sebagai sarana penyeberangan semestinya berfungsi memberi rasa aman.
Oleh
Aditya Diveranta dan Nikolaus Harbowo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pencopotan kanopi di salah satu jembatan penyeberangan orang di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, semata-mata agar warga bisa menikmati keindahan Ibu Kota. Hingga tahun depan, kanopi di setidaknya empat JPO lain di Jalan Jenderal Sudirman hingga Dukuh Atas juga akan dibongkar. Sejumlah warga mengkritik kebijakan ini.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho di Jakarta, Rabu (6/11/2019), mengatakan, kanopi jembatan penyeberangan orang (JPO) di dekat Gedung Wisma Bumiputera, kawasan Sudirman, sengaja dicopot untuk menambah pengalaman baru bagi publik Jakarta. Hal yang dimaksud adalah masyarakat bisa melihat pemandangan gedung-gedung tinggi yang menjulang di seputaran kawasan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin tanpa terhalang oleh kanopi.
”JPO itu tidak hanya untuk sarana menyeberang, tetapi juga sarana untuk menambah pengalaman baru. Orang menyeberang, melihat kiri-kanan, trotoarnya bagus, lihat gedung-gedungnya bagus. Mungkin barangkali ingin narsis selfie ria, foto-foto karena suasana bagus,” ujar Hari.
Ia menambahkan, kanopi JPO itu dibuka karena berada di kawasan terbuka. Hal berbeda apabila fungsi JPO itu menyambungkan antara trotoar dan halte.
”Yang dikhawatirkan orang-orang, kan, kehujanan dan kepanasan. Lah, kan, trotoar kita memang sudah terbuka. Kalau kehujanan otomatis orang enggak akan menyeberang, dong? Kan, hujan. Kalau (JPO) menghubungkan ke halte, itu tetap kanopinya harus ditutup. Masak orang mau naik Transjakarta basah kuyup,” tutur Hari.
Dinas Bina Marga berencana mengecat ulang JPO dan menambah lampu di bawah JPO guna mempercantik JPO yang dicopot kanopinya. Lampu-lampu akan dibuat warna-warni seperti di simpang susun Semanggi sehingga semakin menarik bagi pejalan kaki.
Hari menyampaikan, hingga tahun depan ada empat JPO di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman hingga Dukuh Atas yang juga dicopot kanopinya. JPO di Hotel Le Méridien, Karet Tengsin, Jakarta, misalnya, secara khusus akan diperbaiki fisiknya dan diperlebar hingga 5 meter.
”Nanti konsepnya juga terbuka. Lagi pula, pemandangannya bagus kalau lihat ke bawah,” katanya.
Namun, kebijakan Dinas Bina Marga DKI Jakarta itu dikritik sejumlah warga. Yuni (19), warga Setiabudi, yang bekerja di kawasan Sudirman, misalnya, terbiasa memanfaatkan JPO untuk berteduh sewaktu hujan.
”Saya rutin lewat JPO karena memudahkan saat naik ojek daring pulang ke arah Setiabudi. Kemarin sempat kaget juga karena setelah dicat, kanopi JPO ini tiba-tiba sudah dipotong,” ucap Yuni yang bekerja di sana selama tujuh bulan terakhir.
Yudhi (34), pejalan kaki lain, juga heran dengan fungsi JPO yang kini lebih condong untuk ajang swafoto daripada sebagai sarana penyeberangan. ”Ini kalau lagi panas terik pas tengah hari orang juga jadi malas lewat sini,” ujarnya.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyayangkan pencopotan kanopi di JPO yang hanya mengejar aspek keindahan kota. Padahal, JPO sebagai sarana penyeberangan semestinya berfungsi memberi rasa aman. Kehadiran kanopi pada JPO turut mendukung rasa aman bagi pejalan kaki, terutama dari hujan dan panas terik.
Jika memang mengejar estetika keindahan, lanjut Yayat, kanopi di JPO tidak semestinya dicopot. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengganti kanopi dengan model transparan.
”JPO merupakan salah satu sarana pelayanan publik. Maka, fasilitas ini harus memanusiakan pejalan kaki. Kita perlu renungkan lagi, tujuan adanya JPO itu untuk menyeberang atau untuk swafoto?” katanya.
Dia pun mengingatkan, pencopotan kanopi jangan sampai membuat warga enggan berjalan kaki. Hal ini kontras dengan kebijakan Pemprov DKI yang sedang giat mendorong warga berjalan kaki.
”Orang-orang yang berkantor di kawasan Sudirman-MH Thamrin ada yang rela naik kendaraan pribadi untuk menyeberang ke gedung sebelah. Kalau ingin menarik minat mereka untuk berjalan kaki, mestinya jangan dihalangi dengan fasilitas JPO seperti itu,” ujarnya.