Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur akhirnya membuka kembali jalur pendakian Gunung Ijen.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur akhirnya membuka kembali jalur pendakian Gunung Ijen. Jalur pendakian ini sebelumnya ditutup akibat kebakaran hutan yang melanda Gunung Ijen dan sejumlah gunung di sekitarnya.
Penutupan jalur pendakian Gunung Ijen dilakukan sejak Minggu (20/10/2019) berdasarkan surat edaran yang ditandatangani Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur Nandang Prihadi. Dengan dibukanya kembali jalur pendakian Gunung Ijen, genap 18 hari jalur pendakian tersebut ditutup.
Pembukaan jalur pendakian disampaikan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur melalui surat edaran SE.1397//K2/BIDTEK.1/KSA/11/2019 tentang Pembukaan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Surat tersebut diterbitkan pada Rabu (6/11/2019).
”Hari ini kami sampaikan bahwa pendakian Gunung Ijen sudah dibuka per tanggal 7 November. Itu artinya nanti malam Gunung Ijen sudah bisa didaki,” ujar Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Nandang Prihadi.
Itu artinya nanti malam Gunung Ijen sudah bisa didaki.
Para wisatawan biasanya baru mulai mendaki Gunung Ijen setelah gerbang pendakian dibuka pukul 01.00 dini hari. Salah satu daya tarik pendakian Gunung Ijen ialah fenomena api biru.
Nandang mengatakan, pihaknya sudah melakukan survei lokasi dan memastikan bahwa jalur pendakian sudah aman untuk dilintasi para pendaki. Sebelumnya, jalur pendakian harus dibersihkan terlebih dahulu karena tertutup ranting dan batang pepohonan yang roboh.
Selain kebakaran hutan, angin kencang juga sempat melanda kawasan Gunung Ijen. Angin kencang membuat sejumlah batang pohon roboh bahkan sebuah tiang listrik juga diinfokan tumbang.
Dalam surat edaran tersebut, BBKSDA Jawa Timur juga mengimbau agar pengunjung Taman Wisata Alam Kawah Ijen tidak mendekati kawah hingga radius 1 km. Pengunjung juga diajak untuk mencegah terjadinya bencana, dalam hal ini kebakaran hutan, gas beracun, dan kecelakaan lainnya.
”Peristiwa kebakaran kemarin menjadi pelajaran bagi kita semua. Saya berharap setelah ini semua pihak menjaga hutan dan gunung dari kebakaran. Jangan sampai kebakaran kemarin terulang lagi,” ujar Nandang.
Pembukaan jalur pendakian Gunung Ijen juga didasarkan pada berakhirnya masa tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan di Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas tidak lagi memperpanjang masa tanggap darurat yang berakhir pada Senin (4/11/2019).
”Kami sepakat tidak memperpanjang masa tanggap darurat karena titik api, sumber api, dan kepulan asap sudah tidak ada. Kami juga telah mengirimkan rekomendasi pembukaan jalur pendakian Gunung Ijen ke BBKSDA Jawa Timur,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda bersyukur jalur pendakian Gunung Ijen kembali dibuka. Selama ini, pendakian ke Gunung Ijen merupakan primadona wisatawan saat berkunjung ke Banyuwangi terutama bagi wisatawan mancanegara.
”Semoga setelah ini dunia pariwisata di Banyuwangi kembali bergeliat setelah lebih dari dua minggu terguncang akibat penutupan pendakian di Gunung Ijen. Peristiwa kemarin menjadi pembelajaran penting bagi kami dan menyadarkan bahwa tidak semestinya Banyuwangi terlalu bersandar pada Gunung Ijen,” ujarnya.
Bramuda mengakui, potensi perputaran uang sekitar Rp 2 miliar hilang akibat penutupan jalur pendakian Gunung Ijen karena sejumlah pembatalan kunjungan dan pengurangan lama menginap di Banyuwangi.
Kini Banyuwangi mencoba strategi promosi wisata baru, yaitu Wisata Banyuwangi Geopark Nasional. Dalam promosi tersebut, Gunung Ijen tidak berdiri sebagai satu destinasi sendiri, melainkan bagian dari Geopark bersama sejumlah destinasi, antara lain Pulau Merah, Taman Nasional Alaspurwo, Teluk Pangpang, Situs Umpak Songo, dan Situs Kawitan.