Pembukaan Pendakian Geliatkan Kembali Pariwisata di Rinjani
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, mulai Rabu, kembali membuka pendakian Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Sebelumnya, sejak 20 Oktober 2019, pendakian ditutup karena kebakaran hutan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/KHAERUL ANWAR
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Rabu (6/11/2019), kembali membuka pendakian Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Sebelumnya, sejak 20 Oktober 2019, pendakian ditutup karena gunung api dengan tinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu dilanda kebakaran hutan. Pembukaan pendakian mendapat sambutan positif dari pemandu dan penyelenggara pendakian karena menggeliatkan kembali pariwisata di kawasan Gunung Rinjani.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriady, Rabu siang, di Mataram, mengatakan, pembukaan kembali pendakian ke Rinjani berdasarkan rapat pembahasan hasil survei jalur pendakian Senaru dan Sembalun pasca-kebakaran hutan, Selasa (5/11/2019).
Rapat dihadiri Balai TNGR dan pemangku kepentingan lainnya, baik di tingkat provinsi NTB maupun kabupaten/kota, antara lain Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) NTB. Selain itu ada Dinas Pariwisata Lombok Timur, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Utara, TNI-Polri, serta asosiasi pemandu dan pendakian Rinjani.
Dalam rapat, mereka membahas kondisi jalur pendakian berdasarkan hasil survei lapangan pascagempa 2018 dan pasca-kebakaran hutan Oktober 2019. Dari survei pascagempa (9-13 September 2019), masih ditemukan titik jalur berbahaya karena longsor.
Misalnya, tiga titik di jalur Pelawangan Sembalun-Puncak Rinjani. Sedangkan di puncak, masih ada sekitar 40 persen longsor. Selain itu, titik longsor juga terpantau berada di jalur Pelawangan Sembalun-Danau Segara Anak dan di jalur Danau Segara Anak-Torean.
Jalur Senaru relatif aman untuk pendakian.
Sementara itu, berdasarkan survei pasca-kebakaran, tidak ditemukan lagi titik api pada jalur pendakian Senaru, termasuk dahan atau batang pohon yang dapat membahayakan pengunjung. ”Jalur Senaru relatif aman untuk pendakian,” kata Dedy.
Dedy menambahkan, kondisi serupa terjadi di jalur pendakian Sembalun-Puncak Rinjani. Sudah tidak ditemukan lagi titik api mulai dari Jalur Jebak Gawah Sembalun hingga Pelawangan Sembalun.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil survei tersebut, kata Dedy, mereka menyepakati pembukaan semua jalur pendakian resmi TNGR, yakni jalur Senaru di Lombok Utara, jalur Sembalun dan jalur Timbanuh di Lombok Timur, dan Jalur Aik Berik di Lombok Tengah. Pendakian hanya diperbolehkan hingga Pelawangan, sedangkan ke puncak dan Danau Segara Anak belum.
Menurut Dedy, untuk menjamin pendakian berjalan aman, nyaman, dan bertanggung jawab, pelaku wisata diminta untuk memastikan pendakian dilakukan sesuai dengan prosedur operasi standar yang berlaku.
Melalui aplikasi
Selain itu, pelaku wisata dan pengunjung juga diminta mendaftar melalui aplikasi e-Rinjani. Aplikasi tersebut bisa dibuka melalui laman eRinjani.id atau diunduh melalui aplikasi berbasis Android.
”Kami juga meminta agar pendakian didampingi oleh pemandu gunung yang legal dan melalui jasa trekking organizer yang memiliki izin usaha penyediaan jasa wisata alam,” kata Dedy.
Sejalan dengan itu, perbaikan dan rekonstruksi jalur pendakian Rinjani juga akan dilakukan. Hal itu dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi NTB serta Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.
Selain itu, akan dilakukan juga pemulihan ekosistem, pemetaan daerah rawan kebakaran hutan, dan survei sumber mata air. Pihak Balai TNGR bersama BMKG juga akan memasang papan informasi cuaca di semua pintu masuk jalur pendakian.
Respons positif
Pembukaan kembali pendakian Rinjani mendapat respons positif dari pemandu dan penyelenggara pendakian. Ketua Rinjani Women Adventure di Desa Senaru (pintu masuk Rinjani) Katni (35) mengaku bersemangat lagi. Sebelumnya, penutupan pendakian selama 15 hari karena kebakaran hutan membuat sumber penghasilannya hilang.
Katni mengaku, sejak kebakaran hutan di TNGR, sedikitnya tujuh grup pendaki (20 orang) membatalkan kunjungan. Akibatnya, uang deposit yang sudah mereka terima harus dikembalikan ke calon tamu. Padahal, mereka sudah memesan pada Mei-Agustus 2019.
Dengan dibukanya kembali pendakian, Katni yang mengorganisasi 60 perempuan pemandu, terbuka kembali sumber nafkahnya. Hal serupa dialami pemilik penginapan, pedagang pengepul yang menyediakan bahan makanan untuk trekking, serta pedagang dari Mataram yang menjual daging ayam, telur ayam, dan makanan siap saji. Bahkan, kebutuhan sayur-mayur untuk trekking dipasok dari Kecamatan Sembalun.
”Selama dua minggu pendakian Rinjani ditutup, Desa Senaru sepi, tidak terlihat pedagang sayur atau pedagang telur yang mondar-mandir. Nah, ketika mendengar informasi pendakian mulai dibuka hari ini,terlihat beberapa pedagang dari Mataram memasok telur ayam ke pengepul,” ucap Katni.
Bersamaan dengan itu, Katni juga mulai menerima booking tamu sebanyak empat grup (meliputi 3-6 orang per grup) dari Inggris. Mereka dijadwalkan mendaki Selasa (12/11/2019). Bahkan, pada musim pendakian April 2020, Katni menerima 70 tamu dari Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Perancis.
Ketua Asosiasi Trek Organizer Senaru (ATOS), Desa Senaru, Sumatim, juga menyambut gembira dan mengapresiasi Balai TNGR yang memberikan izin pendakian walau sampai Pos Pelawangan Senaru. ”Pendakian ke puncak belum diperbolehkan menyusul jalur-jalur pendakian masih dalam proses perbaikan,” kata Sumatim.
Selama dua minggu pendakian Rinjani ditutup, Desa Senaru sepi, tidak terlihat pedagang sayur atau pedagang telur yang mondar-mandir. Nah, ketika mendengar informasi pendakian mulai dibuka hari ini, terlihat beberapa pedagang dari Mataram memasok telur ayam ke pengepul.
Meski demikian, Sumatim mengaku, pembukaan pendakian itu menjadi ”obat” setelah dua minggu tidak mendapat tamu. Sebelumnya, banyak tamu yang membatalkan kedatangannya. ”Ada empat grup yang batal sewaktu kebakaran Rinjani,” tutur Sumatim. Ia terpaksa memgembalikan uang deposit kepada para calon tamunya.
Sumatim menambahkan, setelah dibuka, berarti masih ada dua bulan kesempatan menjual paket sampai Desember 2019. Hal itu karena selama Januari-Maret, pendakian Rinjani ditutup akibat alasan cuaca.
”Begitu pendakian dibuka, saya langsung dapat tamu hari ini. Insya Allah, besok, ada enam tamu kami asal Australia dan Amerika Serikat mau trekking hari Kamis besok,” kata Sumatim.