Industri perbankan punya peran dalam mendukung program prioritas pemerintah. Perbankan diharapkan tidak meninggalkan fungsi utama sebagai sumber pembiayaan untuk mendukung geliat ekonomi nasional.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Industri perbankan punya peran dalam mendukung program prioritas pemerintah, termasuk membangun sumber daya manusia berkualitas. Selain itu, perbankan diharapkan tidak meninggalkan fungsi utama sebagai sumber pembiayaan untuk mendukung geliat ekonomi nasional.
Presiden Joko Widodo menuntut agar sektor keuangan lebih punya kontribusi terhadap agenda utama pemerintahannya. “Sektor keuangan harus lebih kontributif untuk beberapa agenda utama pemerintah. Harus ikut berpartisipasi baik dalam bentuk investasi maupun kontribusi yang lain,” ujar Presiden Joko Widodo saat membuka Indonesia Banking Expo 2019 di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Untuk menyiapkan dan membangun sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi persaingan global, industri perbankan dituntut juga untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dengan meningkatkan akses penyaluran kredit bagi usaha berskala mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Presiden memaklumi bila tren pengetatan likuiditas dan perlambatan konsumsi membuat industri perbankan akan lebih condong untuk menyalurkan pembiayaan pada usaha besar. Namun untuk menjaga ketahanan domsetik, perbankan dituntut untuk mulai beralih untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor UMKM.
“Selama ini porsi pembiayaan bank untuk usaha di sektor mikro masih belum banyak. Saya ajak semuanya jangan hanya membiayai usaha besar-besar saja. Memang enak yang besar saja, saya tahu tapi jangan yang besar-besar saja,” ujarnya.
Untuk memastikan kerja perbankan nasional berada di jalur yang ia inginkan, Presiden mengeluarkan wacana untuk memberikan insentif dan disinsentif di sektor jasa keuangan. Hal ini bertujuan untuk mendorong sektor ini untuk mendukung sejumlah program yang menjadi prioritas pemerintah.
Selama ini porsi pembiayaan bank untuk usaha di sektor mikro masih belum banyak. Saya ajak semuanya jangan hanya membiayai usaha besar-besar saj
Selain kebijakan penyaluran kredit, Presiden juga meminta perbankan untuk mempercepat transmisi tingkat suku bunga kredit, setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan tingkat suku bunga sebanyak 4 kali pada tahun ini, dengan total mencapai 100 basis poin ke level 5 persen.
Konsolidasi
Dalam acara yang sama, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazahra memastikan sinergi dan konsolidasi akan terjalin antara pemerintah, regulator, dan industri keuangan. Hal ini penting agar sektor keuangan dapat tumbuh dengan pesat sehinga turut menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Sistem keuangan nasional yang stabil, lanjutnya, akan menopang kegiatan konsumsi masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi akan terjaga.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 tercatat hanya mencapai 5,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Posisi ini melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2018 yang masih mampu tumbuh 5,17 persen dibandingkan periode sama tahun sebelummya.
“Komunikasi antara pemerintah dan sektor keuangan harus terjalin dengan lancar supaya tetap berada dalam koridor untuk mendukung perekonomian. Jangan sampai tidak terhubung antara regulasi dan industri,” kata Suahasil.
Menanggapi dorongan Presiden, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) sekaligus Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Tigor M Siahaan memastikan industri perbankan terus meningkatkan penyaluran kredit kepada para pengusaha kecil. Keran penyaluran kredit akan terus dibuka untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
“Perbankan akan terus menyalurkan kredit terutama ke pengusaha kecil agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek kehati-hatian,” kata Tigor.
Selama ini sektor perbankan sudah berupaya meningkatkan kelas pengusaha sektor UMKM menjadi pelaku bisnis menengah besar. Hal ini, menurut dia, yang menyebabkan PDB dari sektor keuangan pada 2018 tercatat sebesar Rp 616 triliun atau mengalami peningkatan Rp 200 triliun dari 2014.
Tigor memaparkan penyaluran pembiayaan dari sektor perbankan kepada berbagai bidang usaha dan rumah tangga sudah mencapai Rp 5.300 triliun dengan dampak berganda tiga kali lipat. Upaya tersebut sejalan dengan kebijakan inklusi maupun literasi keuangan berkelanjutan agar akses masyarakat mendapatkan pembiayaan semakin besar.
Bunga kredit
Namun untuk menurunkan suku bunga kredit, Tigor mengatakan perbankan perlu waktu karena ada banyak patokan yang harus diperhatikan. Selain itu, penentuan suku bunga juga mengikuti perkembangan pasar sehingga acuannya tidak hanya cukup dari suku bunga acuan BI.
“Salah satu pertimbangannya adalah suku bunga tetap, misalnya ada bunga fix 2 tahun yang masih berjalan, harus tunggu jatuh tempo baru bisa turun (suku bunganya),” ujar Tigor.
Direktur keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ario Bimo menambahkan, sebelum memangkas suku bunga kredit perbankan secara perlahan mengupayakan terlebih dahulu untuk menurunkan biaya dana (cost of fund). Di saat likuiditas mengetat serta posisi biaya dana masih tinggi, perusahaan sulit memastikan periode penurunan bunga kredit.
“Waktu penurunan bunga kredit tidak bisa dipastikan seperti yang telah beberapa pihak perkirakan sekitar enam sampai sembian bulan. Aturan waktu seperti itu mungkin bisa diterapkan, kalau likuiditasnya ada,” ujar Ario.