Kerja Sama Pembangunan RSU Syubbanul Wathon Jadi Model
Kerja sama pembangunan RSU Syubbanul Wathon di Magelang, Jateng, antara Lippo Group, PBNU, Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, dan pemerintah pusat akan menjadi model kerja sama pembangunan RS.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kerja sama sejumlah pihak dalam pembangunan Rumah Sakit Umum Syubbanul Wathon di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, akan dijadikan sebagai model kerja sama pembangunan rumah sakit di Indonesia. Dengan pola kerja sama itu, kebutuhan akan rumah sakit di sejumlah daerah bisa tercukupi.
”Pola kerja sama semacam ini adalah terobosan yang sepatutnya dilakukan sebagai upaya mempercepat pembangunan, tanpa perlu lagi mengandalkan dana APBN,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat ditemui di sela-sela peresmian Rumah Sakit Umum (RSU) Syubbanul Wathon, Kamis (7/11/2019).
RSU Syubbanul Wathon dibangun atas kerja sama Lippo Group, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, dan pemerintah pusat. RS bertipe C itu mulai dibangun pada 2017 dengan kapasitas 122 tempat tidur.
Ma’ruf mengatakan, bentuk kerja sama ini juga mencerminkan gotong royong, kearifan lokal, yang memang sejak lama sudah ada dan tumbuh di tengah masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, bentuk-bentuk kemitraan, kerja sama ini, sepatutnya juga terus dijaga.
Bentuk kerja sama ini juga mencerminkan gotong royong, kearifan lokal, yang memang sejak lama sudah ada dan tumbuh di tengah masyarakat Indonesia.
”Kita harus bangga untuk menjaga dan melanjutkan kearifan lokal ini. Bentuk kearifan lokal gotong royong membangun rumah sakit ini belum pernah dilakukan oleh negara-negara lain,” ujarnya. Bekerja sama semacam itu, lanjut Ma’ruf, perlu dilanjutkan karena membangun rumah sakit dan memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat adalah bentuk perilaku yang luhur.
Tidak hanya berhenti di pembangunan rumah sakit, Ma’ruf mengatakan, ke depan, pihaknya berharap Lippo Group juga bersedia diajak bekerja sama di bidang pembinaan sumber daya manusia, terutama untuk kalangan santri. Pembinaan yang dimaksudkan antara lain dalam hal kewirausahaan.
”Tidak hanya pintar mengaji, santri, dengan pembinaan yang tepat, nantinya diharapkan juga bisa menjadi pengusaha,” ujarnya.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan, kerja sama ini adalah bentuk terobosan besar yang dilakukan oleh Lippo Group dan PBNU. ”Jika melihat pada konteks agama, maka inilah bentuk kerja sama, penyatuan antara non-Muslim dan Muslim untuk membangun fasilitas kesehatan bagi masyarakat umum,” ujarnya.
Dengan kerja sama ini, Said mengatakan, pihaknya sekaligus ingin menegaskan bahwa tidak ada lagi jarak, sekat, ataupun batas dalam hubungan Muslim dan non-Muslim di Indonesia. Kerja sama ini bahkan terus terjaga dan akan dilanjutkan dengan membangun rumah sakit-rumah sakit selanjutnya di Wonosobo, Kendal, Cirebon, dan Jepara.
Tidak ada lagi jarak, sekat, ataupun batas dalam hubungan Muslim dan non-Muslim di Indonesia.
Terkait dengan kerja sama Muslim dan non-Muslim tersebut, Said, dalam kesempatan itu, juga mengingatkan umat Islam untuk selalu berada pada posisi kontraradikalisme. ”Pada tahap selanjutnya, untuk gerakan deradikalisasi, silakan dilanjutkan dilakukan oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan polisi,” ujarnya.
Mengatasi kemiskinan
Pendiri dan Presiden Komisaris Lippo Group Mochtar Riady mengatakan, pembangunan rumah sakit di pelosok desa di Kecamatan Tegalrejo adalah bagian dari upaya untuk turut serta, berkontribusi, membantu pemerintah mengatasi kemiskinan di desa-desa. ”Semoga rumah sakit ini kelak dapat menjadi contoh baik untuk mengembangkan fasilitas kedokteran di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Mochtar mengatakan, keinginan untuk bekerja sama membangun rumah sakit juga berangkat dari kepeduliannya sendiri. Program pengurangan kemiskinan sudah sering kali dibicarakan, tetapi masih banyak kendala terjadi di lapangan.
Ia mencontohkan, sekolah-sekolah di desa tidak diampu oleh guru-guru yang kompeten. Fasilitas kesehatan di daerah minim sehingga banyak penyakit ringan berubah menjadi penyakit serius. Mengacu pada kondisi tersebut, dia pun mencoba membangun rumah sakit dengan teknologi digital di Kecamatan Tegalrejo.