Varietas Padi M70D Berpotensi Panen Lebih Cepat dan Produktivitas Tinggi
Panen varietas padi Moeldoko 70 Days atau M70D di lahan persawahan Karawang, Jawa Barat, Kamis (7/11/2019), menghasilkan gabah kering panen setidaknya 8 ton per hektar dengan waktu tanam lebih cepat.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Panen varietas padi Moeldoko 70 Days atau M70D di lahan persawahan Karawang, Jawa Barat, Kamis (7/11/2019), menghasilkan gabah kering panen setidaknya 8 ton per hektar dengan waktu tanam lebih cepat. Varietas hasil penelitian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas padi dan kian menyejahterakan petani.
Untuk pertama kalinya di lahan seluas 25 hektar di Desa Curug, Kecamatan Klari, varietas M70D ini ditanam. Setidaknya ada 37 petani yang terlibat uji coba penanaman varietas itu yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani "Saluyu".
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Moeldoko mengatakan, jenis padi ini merupakan bentuk pengembangan dari M400 atau padi yang dihasilkan mencapai 400 bulir per rumpun, berbeda dengan padi pada umumnya sekitar 100-150 bulir. Yang membedakan dengan jenis varietas lainnya adalah jangka waktu tanam lebih cepat, yaitu minimal 70 hari. Sementara varietas pada umumnya ditanam kisaran 90 hari—110 hari.
“Produktivitas varietas ini mencapai 8 ton gabah kering panen (GKP) per hektar. Dengan waktu panen lebih cepat, para petani dapat menanam setidaknya tiga kali dalam setahun. Peningkatan produksi dapat semakin menyejahterakan para petani,” ucapnya.
Ketua kelompok tani di Desa Curug, Uming (58), mengapresiasi varietas tersebut. Sebelumnya, para petani menanam padi varietas inhibrida padi sawah irigasi -32 (Inpari-32) dengan produktivitas 6,5 ton GKP per hektar.
“Perawatan varietas ini tergolong mudah, tidak memerlukan pupuk banyak karena cukup rentah terhadap hama,” kata Uming.
Moeldoko menambahkan, pengembangan varietas padi terus dilakukan. Penghematan waktu, ketahanan terhadap hama, dan produktivitas suatu varietas menjadi fokus utama. Adapun, pengembangan tersebut turut memperhatikan uji organoleptik atau uji sensori dari beras yang dihasilkan. Sebab, menurut dia, hasil pengembangan sehebat apapun harus diikuti dengan selera atau lidah masyarakat yang mengonsumsi.
Perawatan varietas ini tergolong mudah, tidak memerlukan pupuk banyak karena cukup rentah terhadap hama
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, masalah pertanian menjadi tanggung jawab bersama antara pemangku kepentingan dan gerakan masyarakat. Ia menyebutkan, Karawang akan menjadi salah satu daerah percontohan bagi pengelolaan pertanian di Indonesia.
Permasalahan klasik terkait saluran irigasi dan harga beras yang ditentukan oleh tengkulak, kata dia, tidak boleh terulang. Adapun, peningkatan produksi beras harus semakin digenjot dengan berani untuk mencoba pengembangan bibit unggul.
Saat ini, pihaknya tengah menyiapkan program komando strategis di setiap kecamatan. Sistem ini bertujuan memantau dan mengendalikan bagaimana rencana dan realisasi pertanian berdasarkan kondisi di setiap kecamatan. Membangun kemandirian pertanian harus dengan teknologi yang semakin modern, yaitu melalui cara dan sistem pengolahan yang lebih baik.
“Data riil sesuai kondisi di lapangan sangat penting, sehingga jika ada masalah tidak saling menyalahkan. Lewat sistem itu, kondisi kelangkaan produk pangan dapat terpantau dan bisa menentukan langkah evaluasi,” ucap Yasin.