Ajang Formula E Berpotensi Menggerakkan Ekonomi Jakarta
Pengusaha mengharap tuah dari ajang balap mobil berenergi listrik Formula E di Jakarta. Selama direncanakan dengan baik, mereka yakin ajang ini dapat menggerakkan perekonomian warga.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pelaku usaha meyakini penyelenggaraan balap mobil berenergi listrik Formula E di Jakarta pada 6 Juni 2020 mampu mendorong pertumbuhan ekonomi setempat. Karena itu, perencanaan penyelenggaraan ajang ini mesti dilakukan secara matang.
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah penyediaan penginapan dan sarana transportasi. Promosi Formula E juga perlu diintegrasikan dengan promosi tempat wisata Ibu Kota, sehingga dapat membangkitkan industri pariwisata setempat.
“Setiap ajang olahraga pasti mendatangkan efek ekonomi kepada kota penyelenggara. Uang para pengunjung akan beredar dan memutar ekonomi pelaku usaha besar hingga kecil. Tetapi, kalau tidak direncakan secara baik, ajang itu malah mendatangkan efek yang kontraproduktif,” kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta, ketika dihubungi pada Jumat (8/11/2019), di Jakarta.
Untuk memastikan Formula E sukses digelar, ia menyarankan agar pelayanan publik di Jakarta, seperti transportasi, terus diperbaiki, sehingga memaksimalkan pengalaman para pengunjung atau penonton ajang tersebut. “Kalau transportasinya enggak maksimal, pengunjung malah membawa cerita jelek soal Jakarta ke negara tempat tinggalnya. Percuma Jakarta dipromosikan, tapi pengalaman pengunjung tidak bagus,” kata Tutum.
Selain menghidupkan kegiatan ekonomi, Tutum percaya ajang internasional seperti Formula dapat mempromosikan nama Jakarta ke dunia internasional. Lomba mobil Formula One di Azerbaijan selama tiga tahun terakhir misalnya cukup berhasil memperkenalkan negara yang kurang banyak dikenal itu kepada penonton internasional.
“Kita jarang dengar soal negara Azerbaijan.Tapi, sejak beberapa tahun terakhir, berkat adanya penyelenggaraan F1 GP (Formula One Grand Prix) di sana, orang tahu bahwa Azerbaijan itu begitu indah. Orang tidak hanya melihat balap mobilnya, tetapi juga meluangkan waktu untuk berwisata di sana,” ujar Tutum.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi BS Sukamdani juga optimis, Formula E berpotensi meningkatkan jumlah wisatawan di Jakarta dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian setempat. Apalagi, acara otomotif merupakan hiburan yang digemar oleh banyak masyarakat, sehingga ia yakin acara Formula E akan sangat diminati warga Jakarta. Sayangnya, sebagian dari mereka kurang percaya dengan gubernurnya.
“Kalau pameran mobil, biasanya publik gila-gilaan, kan. Acara otomotif termasuk menarik dan digemari di mana pun. Saya optimis Formula E memiliki potensi mendatangkan wisatawan ke Jakarta. Masalahnya, orang enggak percaya dengan Gubernur DKI Jakarta. Coba gubernurnya bagus, pasti enggak ada masalah,” kata Haryadi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Anggota DPRD Jakarta fraksi Partai Solidaritas (PSI) Anthony Winza Probowo menolak usulan anggaran penyelenggaraan Formula E pada 2020 di Jakarta sebesar Rp 1,16 triliun karena dianggap tidak pantas. Sebab, penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2019 yang sebesar Rp 33,31 triliun masih Rp 11,23 triliun di bawah targetnya.
”APBD-P kita ini lagi defisit, bahkan perekonomian kita sedang tidak baik. Seharusnya, anggaran bisa mengedepankan prioritas masyarakat. Jangan ujug-ujug (Formula E) dianggarkan karena menjadi program prioritas gubernur,” ujar Anthony, Kamis (7/11/2019) kemarin.
Tingkat hunian di hotel
Di luar masalah pengelolaan anggaran Jakarta yang “enggak karuan”, Haryadi berpendapat, penyelenggaraan Formula E tetap menarik dipelajari dampaknya bakal seperti apa. Sebab, menurut pengamatannya, penyelenggaraan balap mobil Formula Satu di Singapore tahun ini misalnya berhasil menarik jumlah wisatawan yang cukup besar, sehingga tingkat hunian hotel di sana menjadi tinggi.
“Saking banyaknya pengunjung, mereka (operator hotel) sampai menggunakan kapal siar untuk menyediakan kamar hotel. Otak dagang Singapore memang hebat,” ujar Haryadi.
Menurutnya, promosi acara Formula E di Jakarta perlu disertai dengan promosi tempat wisata di Ibu Kota. Sebab, jumlah wisatawan mancanegara di Jakarta yang jumlah 2 jutaan orang pada 2018 masih sangat rendah, apabila dibanding dengan Bali yang jumlahnya lebih dari 5 juta orang.
“Kan, Jakarta Ibukota negara dan infrastrukturnya jauh lebih bagus. Tempat wisatanya punya potensi besar dan hotelnya lengkap. Pertanyaannya kenapa hanya segitu jumlah wisatawannya ? Karena belum dipromosikan secara maksimal,” tutur Haryadi.