JAKARTA, KOMPAS — Pada 2020, pengembangan destinasi wisata superprioritas diutamakan. Kesiapannya bukan hanya berupa infrastruktur, melainkan juga ekosistem.
Ekosistem yang dapat mewujudkan keberhasilan destinasi wisata, antara lain, budaya, kreativitas, dan keramahan.
”Dengan terbangunnya ekosistem, masyarakat di sekitar destinasi wisata tidak hanya jadi penonton,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio dalam Dialog Nasional Ekonomi Kreatif yang digelar dalam Rapat Kerja Nasional Bidang Ekonomi Kreatif Kamar Dagang dan Industri Indonesia di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, pariwisata adalah penyumbang devisa terbesar kedua bagi Indonesia. ”Kami yakin dalam beberapa waktu mendatang pariwisata akan jadi penyumbang nomor satu devisa Indonesia,” katanya.
Dengan terbangunnya ekosistem, masyarakat di sekitar destinasi wisata tidak hanya jadi penonton.
Pada 2018, ada 15,8 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Jumlah ini masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura (18 juta kunjungan), Malaysia (26 juta kunjungan), dan Thailand (40 juta kunjungan).
”Dari sisi rata-rata belanja, kita juga masih tertinggal,” kata Rosan.
Wakil Ketua Umum Bidang Industri Kreatif Kadin Indonesia Erik Hidayat mengatakan, sumbangan ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2017 sebesar Rp 1.000 triliun. Sumbangan ekonomi kreatif meningkat menjadi Rp 1.105 triliun pada 2018. ”Pada 2019 diprediksi menjadi sekitar Rp 1.200 triliun,” kata Erik.
Pembangunan infrastruktur untuk memadukan konektivitas di lima destinasi wisata superprioritas diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisman. Dengan demikian, dampak ekonomi bagi masyarakat dan secara nasional dapat lebih cepat dirasakan.
Mendatangkan wisman
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pembangunan infrastruktur di lima destinasi pariwisata superprioritas jadi fokus pemerintah agar segera dapat mendatangkan wisman.
Kelima destinasi itu adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, serta Manado-Bitung-Likupang.
”Kalau kita bicara mengenai sumber devisa, yang paling besar memang masih dari minyak dan gas. Akan tetapi, pada saat kita melakukan intensifikasi potensi alam kita yang indah, dalam waktu lima tahun lagi pariwisata akan jadi unggulan devisa negara kita,” kata Budi Karya dalam diskusi Forum Perhubungan, Kamis.
Pada 2020, Kementerian Perhubungan menganggarkan Rp 2,9 triliun untuk membangun infrastruktur terkait konektivitas di lima destinasi superprioritas. Infrastruktur itu berupa bandara dan pelabuhan di tujuan wisata.
Devisa Indonesia dari sektor pariwisata pada 2016 sebesar 13,46 miliar dollar AS, yang naik menjadi 15,24 miliar dollar AS pada 2017 dan 19,29 miliar dollar AS pada 2019.
Dalam diskusi, Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indra Ni Tua mengatakan, pada prinsipnya pengembangan pariwisata mesti memenuhi tiga hal, yakni bermanfaat secara ekonomi, lingkungan tetap terjaga atau berkelanjutan, dan memberdayakan masyarakat.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyebutkan, sektor industri pariwisata menghasilkan dampak berganda terhadap perekonomian. Ia mencontohkan, ketika industri pariwisata tumbuh baik, sektor industri lain akan turut tumbuh, seperti makanan dan minuman serta kerajinan.
Akan tetapi, ukuran keberhasilan sebaiknya diarahkan pada kualitas wisatawan yang datang, seperti lama kunjungan dan nilai belanja mereka.