Merawat Masa Depan Pariwisata Sulsel
Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung dianugerahi kekayaan alam berupa keanekaragaman hayati, bentang menara karst, ratusan goa yang indah, serta memiliki nilai sejarah dan arkeologi. Penetapannya sebagai ASEAN Heritage Park, Selasa (22/10/2019), menjadi tonggak pengembangan pariwisata di Sulawesi Selatan.
Kawasan wisata air terjun Bantimurung di Maros, akhir Oktober lalu, cukup ramai wisatawan. Kemarau panjang yang membuat air terjun tak sederas biasanya tidak menyurutkan niat pengunjung untuk mandi di bawah air yang jatuh. Sebagian pengunjung duduk di batu-batu besar yang tersebar di sepanjang aliran air, sebagian lagi memilih duduk di gazebo ataupun taman-taman di sekitar air terjun.
”Sengaja saya memilih hari kerja karena pengunjung tak sepadat akhir pekan. Lagi pula keluarga sedang kumpul di Makassar dan Jumat mereka kembali. Jadi, waktunya memang pas hari ini,” kata Irwandi (42), salah seorang pengunjung.
Selain keindahan air terjun dan hutan alamnya, jarak Makassar ke Bantimurung yang terbilang dekat, sekitar 40 kilometer dengan waktu tempuh berkisar satu jam, menjadi alasan Irwandi membawa rombongan keluarganya ke kawasan wisata itu. Di sini, semua keluarga bisa menikmati keindahan alam ataupun air terjun. Juga kupu-kupu yang beterbangan di area sekitar.
Pemandangan tebing dan bebatuan karst sepanjang jalan juga menjadi keindahan lain yang bisa dinikmati. Ada pula goa indah yang terletak tak jauh dari kawasan air terjun. Untuk mencapai goa ini, pengujung cukup berjalan kaki di jalan setapak beton di bawah rimbun pepohonan berbatang besar dan berdaun lebat.
ASEAN Heritage Park
Air terjun Bantimurung hanya salah satu keindahan yang bisa dinikmati di kawasan Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung (TN Babul). Taman nasional yang membentang dari Kabupaten Maros hingga Pangkajene Kepulauan yang meliputi luas 43.750 hektar itu tak sekadar taman nasional. Sejak lama kawasan ini menjadi laboratorium alam untuk berbagai penelitian, di antaranya sejarah dan arkeologi, biologi, serta geologi.
Keunikan dan kekayaannya pula yang membawa naturalis Inggris Alfred Russel Wallace datang ke Maros pada 1857. Wallace tercatat menemukan dan mengumpulkan sejumlah spesies hewan, seperti kupu-kupu, tarsius, babirusa, anoa, monyet hitam khas Sulawesi (Macaca maura), beragam burung, dan serangga. Juga beragam tumbuhan yang tumbuh subur di antara hutan dan bebatuan karst. Jejak perjalanan Wallace menjadikan TN Babul masuk dalam garis Wallacea.
Selasa (22/10/2019), TN Babul ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Park. Penetapan dilakukan pada Sixth ASEAN Heritage Park Conference di Laos, 21-25 Oktober lalu. Kepala Balai TN Babul Yusak Mangetan menerima piagam penetapan dari Executive Director of ASEAN Centre for Biodiversity Theresa Mundita S Lim.
ASEAN Heritage Park merupakan penghargaan bagi kawasan perlindungan terpilih di ASEAN yang memiliki flora dan fauna yang dinilai mempresentasikan Asia Tenggara. Ini sekaligus penghargaan tertinggi terhadap kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem yang indah.
”Penetapan melalui banyak pertimbangan, di antaranya keragaman flora dan fauna di TN Babul, keunikan, keindahan, serta kawasannya yang masih terjaga. Juga kearifan lokal masyarakat di sekitar yang turut menjaga kawasan,” kata Yusak Mangetan, Senin (4/11/2019), di Makassar.
Potensi pariwisata
Dengan segala keindahan dan keunikan yang dimilikinya, serta penetapan sebagai ASEAN Heritage Park, pihak TN Babul mendorong kawasan ini untuk menjadi destinasi wisata masa depan Sulsel. Hal ini bukan tanpa alasan karena TN Babul bisa disebut destinasi dengan paket cukup lengkap.
Selain air terjun Bantimurung dengan ikon kerajaan kupu-kupu, ada pula Gunung Bulusaraung yang berjarak sekitar 70 kilometer arah timur laut Makassar, di mana matahari terbit ataupun tenggelam bisa dinikmati. Terdapat pula goa-goa prasejarah yang berhias lukisan cap tangan, yang berusia hingga 40.000 tahun.
Di perut bebatuan karst yang membentang serupa jejeran menara memang terdapat banyak goa. Setidaknya ada 300-an goa vertikal dan horizontal dengan stalaktit dan stalagmit indah yang tersebar di kawasan ini. Separuhnya adalah goa yang menyimpan kekayaan sejarah dan arkeologi.
Pada goa-goa ini, arkeolog dan peneliti terus melakukan penelitian untuk menyingkap tabir tentang migrasi dan diaspora manusia dari berbagai ras dan penutur, kebudayaan, serta kearifan masa lalu.
Untuk kepentingan pariwisata, pihak TN Babul membenahi sejumlah area dalam kawasan, menyediakan fasilitas umum, memberikan pelatihan kepada warga sekitar, hingga membuat beragam wahana yang akan jadi pelengkap. Sedikitnya Rp 18 miliar anggaran dialokasikan untuk keperluan ini.
Salah satu yang dibenahi adalah area sekitar Pattunuang, tak jauh dari obyek wisata air terjun Bantimurung. Di area ini telah dibangun semacam shelter yang dilengkapi toilet, mushala, area parkir, juga jalan beton menuju hutan sekitar kawasan. Bahkan, pengunjung bisa melihat tarsius, salah satu hewan langka dan endemik yang ada di kawasan TN Babul.
”Kami mendorong kawasan ini menjadi destinasi wisata minat khusus. Pengunjung bisa menelusur goa, melihat penangkaran kupu-kupu, tarsius, melihat monyet khas Macaca maura, atau sekadar berjalan- jalan menikmati hutan dan tebing karst. Selama ini orang hanya mengenal Bantimurung, padahal banyak obyek lain,” kata Yusak.
Menurut rencana, pada 2020 kawasan Pattunuang akan dibuka secara resmi sebagai obyek wisata. Selain pembenahan, warga sekitar juga diberi berbagai pelatihan untuk mempersiapkan diri sebagai warga yang sadar wisata.
Selama ini memang warga sekitar taman nasional dilibatkan untuk ikut menjaga kawasan. Di beberapa area, warga bisa mengambil bambu atau rotan di hutan untuk dimanfaatkan. Sebagian warga diberi izin melakukan penangkaran kupu-kupu untuk diawetkan dan menjadi suvenir. Warga juga bisa mengambil madu di hutan, dikemas, lalu dijual. Dengan cara ini mereka diharapkan ikut menjaga kawasan
Di Desa Samaenre, Kecamatan Mallawa, misalnya, sejak empat tahun terakhir warga membudidayakan jamur tiram. Tak sekadar menjual basah, kini produk mereka juga diproduksi dalam bentuk camilan kerupuk dan abon. Kelak, produk mereka juga akan menjadi salah satu pelengkap yang bisa dibeli dan dibawa pulang pengunjung sebagai oleh-oleh. Di beberapa desa, warga dilatih membuat kerajinan bambu yang bisa menjadi cendera mata.
”Awalnya kami mencoba dan jalan sendiri. Tapi, kami kesulitan memasarkan. Lalu, pihak taman nasional membantu membuat produksi semakin punya nilai jual dan membantu pemasaran. Hasilnya lumayan,” kata Hapsah, salah seorang pengurus Kelompok Tani Hutan Samaenre.
Apa yang sedang dilakukan pihak TN Babul dengan menyiapkan taman nasional sebagai destinasi wisata sejalan dengan program agrowisata yang juga dicanangkan Pemerintah Provinsi Sulsel. Sekretaris Provinsi Sulsel Abdul Hayat mengatakan, salah satu alternatif pengembangan wisata yang punya prospek cerah sekaligus bisa menjaga kelestarian lingkungan adalah agrowisata.
”Agrowisata bisa menarik wisatawan serta memberikan nilai tambah yang signifikan dan pertumbuhan ekonomi inklusif. Dengan pelibatan masyarakat, tentu saja kelestarian lingkungan juga bisa terjaga. Ini yang akan kita dorong ke depan,” katanya.
Selama beberapa tahun, magnet pariwisata Sulsel hanya bertumpu pada sejumlah destinasi, seperti Toraja, Pantai Bira di Bulukumba, dan Taman Laut Taka Bonerate di Selayar. Adapun destinasi dan obyek lain belum begitu ramai. Bantimurung yang juga ramai dikunjungi lebih karena faktor jaraknya yang dekat dari Makassar. Begitu pun Rammang- Rammang yang walau tak masuk dalam kawasan TN Babul, termasuk daerah penyangga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulsel, selama 2017, jumlah wisatawan mancanegara ke Sulsel 18.355 orang dan pada 2018 sebanyak 14.126 orang. Sebagian besar di antaranya menjadikan Toraja, Bira, dan Taka Bonerate sebagai tujuan.
Membenahi TN Babul dan menjadikannya destinasi unggulan setidaknya akan membuat pertumbuhan pariwisata tak lagi bertumpu hanya ke Toraja, Bira, dan Taka Bonerate di Selayar, tetapi juga ke Maros dan Pangkep. Dengan demikian, penetapan TN Babul sebagai ASEAN Heritage Park juga punya manfaat bagi daerah.