Nasdem Sedang Menjalankan Komunikasi Politik yang Cair
Manuver Partai Nasdem menjadi sorotan banyak kalangan. Namun langkah itu dilakukan semata-mata untuk menjalankan komunikasi politik yang cair.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menanggapi kecurigaan dari partai-partai koalisi mengenai manuver politik yang dia lakukan. Partai Nasdem menjalankan komunikasi yang cair, tak mengenal sekat kepada partai pendukung pemerintah maupun oposisi.
Lantaran gaya berpolitik itu, muncul prasangka yang menyangsikan konsistensi sikap Nasdem. Belakangan ini, Nasdem dikait-kaitkan dengan partai oposisi menyusul pertemuan antara Surya Paloh dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
Dalam pidato selama kurang lebih 20 menit sebelum pembukaan Kongres II Partai Nasdem di Jakarta, Jumat (8/11/2019), Paloh kembali mengingatkan para kader Nasdem untuk menyatukan pikiran dalam membawa misi gerakan perubahan restorasi. Di hadapan 8.000 hadirin kongres itu pula Paloh tampak menumpahkan keresahannya atas kecurigaan terhadap Nasdem.
“Bangsa ini sudah capek dengan segala intrik yang mengundang sinisme dan kecurigaan. Berkunjung ke kawan pun dicurigai. Ini diskursus politik yang paling picisan,” kata Paloh yang disambut teriakan dan tepuk tangan para peserta kongres.
Menurut Paloh, sistem demokrasi Indonesia semestinya sangat liberal, tetapi dalam kenyataannya justru begitu ortodoks konservatif. Paloh menyatakan sikap politik Nasdem yang mendukung adanya perbedaan suku dan agama. Landasan sikap itu menjadi alasan Nasdem untuk menjalankan komunikasi politik yang cair, baik kepada partai pendukung pemerintah maupun partai oposisi. Ia memastikan, komunikasi dengan seluruh partai politik tak akan dibatasi sekat dan hambatan.
“Kita mengerti betapa kompleks dan besarnya tantangan kebangsaan negeri kita. Maka syarat utama yang harus dihadirkan oleh seluruh kekuatan elemen masyarakat yang ada di negeri ini adalah menyatukan semangat kebangsaan itu sendiri,” ujarnya.
Paloh berpendapat, bangsa Indonesia tidak boleh terganggu oleh pikiran-pikiran yang memporakporandakan kehidupan yang lebih harmonis. Kehidupan harmonis, kata Paloh, bisa menjadi rujukan mengatasi perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan.
Instruksi merangkul
Dengan berada di barisan partai pendukung pemerintah, bukan berarti Nasdem hanya akan memikirkan kepentingan-kepentingan di koalisi pengusung Presiden Joko Widodo. Ia menginstruksikan seluruh kader Nasdem agar merangkul dan tidak memusuhi partai lain yang berbeda sikap atau prinsip.
“Salah. (Memusuhi partai yang berbeda sikap) itu bukan cara berpikir Nasdem,” ucap Paloh.
Paloh tak menyangkal bakal kembali menemui partai-partai di luar pemerintahan, yaitu Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat. Namun, Paloh belum mengetahui kapan persisnya ia akan bertemu dengan pimpinan kedua partai tersebut. Kendati demikian, ia menyebut Nasdem sama sekali tak berpikir untuk keluar dari koalisi partai pengusung pemerintahan. “Untuk apa (keluar) ke oposisi? Bodoh sekali,” ujarnya.
Peneliti Senior Center for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi berpendapat, fenomena pragmatisme politik kali ini makin terang benderang. Situasi yang terjadi di internal koalisi partai pengusung pemerintahan mulai menunjukkan secara jelas apa yang dimaksud dengan koalisi tanpa gagasan.
Kristiadi menilai koalisi pemerintahan terlihat seperti persekutuan elite politik yang hendak meraih kekuasaan semata. Manuver Nasdem, meski dengan alasan demi menyatukan semangat kebangsaan, hampir dapat dipastikan berkaitan dengan antisipasi, strategi, serta taktik menghadapi Pilkada 2020 dan Pemilu 2024.
“Manuver mungkin akan muncul dari partai politik lain yang tak kebagian kursi kabinet,” kata Kristiadi.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eriko Sotarduga mengatakan, kondisi koalisi saat ini sangat cair. Eriko tak menampik potensi Nasdem berkoalisi dengan PKS ke depannya. Ia mempersilakan masyarakat menilai seperti apa konsistensi masing-masing partai koalisi pemerintahan.
Kongres II Nasdem ini dihadiri Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang didaulat memberikan pidato sambutan selamat datang di Jakarta kepada para delegasi. Selain Anies, hadir pula kader-kader Nasdem yang duduk di Kabinet Indonesia Maju seperti Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.