Tradisi Ba’ayun Maulid di Banjarmasin Tetap Dilestarikan
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/11/2019) berlangsung semarak dan khidmat. Pada peringatan tahun ini, warga kembali menggelar tradisi Ba’ayun Maulid.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/11/2019) berlangsung semarak dan khidmat. Pada peringatan tahun ini, warga kembali menggelar tradisi Ba’ayun Maulid. Dengan mengayun anak sambil membaca syair maulid, warga berharap anak bisa mengikuti teladan Nabi Muhammad.
Tahun ini, Pemerintah Kota Banjarmasin menyelenggarakan tradisi Ba’ayun Maulid dalam rangka memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kompleks Kubah Basirih atau Makam Habib Basirih. Sebanyak 418 orang terdaftar sebagai peserta dan mengikuti kegiatan berayun di ayunan yang dihiasi berbagai ornamen.
Warga yang mengikuti tradisi Ba’ayun Maulid mulai dari bayi dan anak-anak hingga dewasa dan lanjut usia. Peserta termuda kali ini adalah seorang bayi laki-laki berusia 3 hari bernama Sayid Ahmad Kahbir Bahasyim. Sedangkan peserta tertua adalah seorang nenek Rusminah berusia 70 tahun.
Sayid Afdul Galif Bahasyim (41), ayah Sayid Ahmad Kahbir menuturkan, mengayun anak yang baru lahir sambil membaca selawat atau doa sudah menjadi tradisi orang Banjar. ”Semua anak ulun (saya) diayun seperti ini. Doa dan harapannya supaya mereka panjang umur, murah rejeki, dan penuh berkah,” kata bapak lima anak itu.
Menurut Jarkasi (56), warga Banjarmasin, tradisi mengayun anak biasanya dilakukan di rumah masing-masing. Namun, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad, tradisi itu dilakukan secara massal di suatu tempat.
”Ini pertama kali ulun membawa cucu mengikuti Ba’ayun Maulid. Harapannya, supaya cucu bisa mengikuti teladan nabi dan menjadi anak yang saleh,” tuturnya.
Antusiasme warga mengikuti kegiatan Ba’ayun Maulid cukup tinggi. Rusminah (70), warga Banjarmasin, tetap berusaha ikut berayun meskipun sudah kesulitan berjalan dan naik ke ayunan. Seorang anak perempuannya bersama beberapa warga harus membopong Rusminah untuk berjalan dan duduk di ayunan.
Jamilah (40), anak ketiga Rusminah mengatakan, ibunya baru tahun ini mengikuti Ba’ayun Maulid. Hal itu dilakukan untuk memenuhi niat setelah ibunya lama sakit. Hampir dua tahun Rusminah tidak bisa berjalan akibat terjatuh dari tempat tidur.
”Doa dan harapan ulun semoga diberi kesehatan, umur panjang, dan kawa (bisa) berjalan lagi,” ucap Rusminah lirih.
Doa dan harapan ulun semoga diberi kesehatan, umur panjang, dan kawa (bisa) berjalan lagi
Agenda wisata
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Muhammad Ikhsan Alhak mengatakan, gelaran tradisi Ba’ayun Maulid sudah menjadi agenda tahunan. Acara ini juga masuk kalender kegiatan pariwisata Kota Banjarmasin dan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya dan religi.
”Tahun ini, pesertanya lebih banyak dari tahun lalu. Selain dari Kalimantan Selatan, juga ada dari Kalimantan Tengah, Riau, dan Jakarta. Kami berharap jumlah yang datang terus meningkat setiap tahun,” katanya.
Menurut Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, tradisi Ba’ayun Maulid merupakan tradisi masyarakat Banjar yang harus dilestarikan. Sejak dini, anak-anak sudah dikenalkan kepada Nabi Muhammad SAW agar mereka mencintai nabi dan mengikuti teladan hidup sang nabi.
”Kegiatan budaya ini juga adalah agenda pariwisata yang diharapkan bisa menarik pengunjung dari luar,” ujarnya.
Nehry Mangkuto Ameh (64), warga dari Pekanbaru, Riau, kagum dengan tradisi Ba’ayun Maulid yang memadukan nilai budaya dengan nilai religius. ”Ini kegiatan luar biasa. Kegiatan semacam ini harus diangkat ke tingkat nasional, bahkan dicari akses untuk menjadi kegiatan budaya dan religius tingkat internasional,” katanya.