Pele, legenda sepak bola Brasil, pernah berkata, kesuksesan bukan semata-mata soal kemenangan, melainkan cara menyikapi kekalahan.
Oleh
Yulvianus Harjono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pele, legenda sepak bola Brasil, pernah berkata, kesuksesan bukan semata-mata soal kemenangan, melainkan cara menyikapi kekalahan. Petuah itu bisa menjadi pedoman dari sejumlah tim menjalani pekan kedelapan Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (10/11/2019).
Salah satu tim yang perlu merefleksikan kalimat mutiara pemilik tiga trofi Piala Dunia asal Brasil itu adalah Bina Taruna. Juara bertahan Liga Kompas musim 2018-2019 itu tengah mengejar kebangkitan seusai dikalahkan tim papan bawah sekaligus pendatang baru, Metro Kukusan, pekan lalu.
Apalagi, kekalahan perdana Bina Taruna pada musim 2019-2020 itu diderita sesuai salah satu pemainnya, Dony Tri Pamungkas, dinobatkan pemain terbaik Bulan Oktober persembahan Suzuki. ”Pekan depan, kami harus tampil lebih baik. Kami tidak boleh lagi terburu-buru (membangun serangan),” ujarnya seusai kekalahan pada laga pekan lalu.
Tekad itu akan dibawa Dony dan rekan-rekannya saat menghadapi Bintang Ragunan pada pekan kedelapan. Seperti halnya Kukusan, Ragunan tidak bisa disepelekan. Tim yang kini menghuni peringkat ke-7 di Liga Kompas itu enggan dipandang sebelah mata.
”Kalian semua jangan mau hanya jadi yang kedua. Harus bisa nomor satu (menang),” ujar Pelatih Bintang Ragunan Teuku Chairul Wisal berkali-kali berpesan ke anak asuhnya menjelang pertandingan.
Menurut Chairul, faktor psikologis atau kesiapan mental terkadang lebih menentukan pada sebuah laga ketimbang hal-hal teknis seperti kepiawaian mengolah bola. ”Mental adalah hal terpenting. Jika pun kalah, kita harus bangkit pada pekan berikutnya. Karakter semacam ini harus mulai ditanamkan ke anak-anak seusia mereka,” tutur Chairul.
Dede Sulaeman, mantan pemain tim nasional yang kini menjadi pemandu bakat di Liga Kompas, berkata, aspek mental atau karakter menjadi fokus perhatian musim ini. Tim pemandu bakat tidak sekadar mencari pemain yang piawai dalam urusan mencetak gol, mengolah bola, mengumpan, atau menekel lawan, tetapi juga punya determinasi alias ngotot.
Aspek determinasi itu menjadi salah satu parameter penilaian dalam pemberian penghargaan pemain terbaik Liga Kompas yang dilakukan setiap bulan. ”Kami mencari pemain-pemain yang punya mental kuat dan mau fight (berjuang) di lapangan. Karakter ini sangat penting, termasuk halnya di timnas (Indonesia),” ujarnya.
Dengan dipilihnya pemain yang memiliki teknik bagus dan bertekad kuat, Dede berharap perwakilan dari Liga Kompas yang tampil di Piala Gothia, turnamen sepak bola akbar usia dini di Swedia—tahun depan bisa lebih berprestasi. Pada Piala Gothia 2019, Juli lalu, tim LKG-SKF terhenti dini di babak 64 besar akibat masalah mentalitas.