Peringatan Hari Pahlawan, Minggu (10/11/2019), diharapkan tidak hanya menjadi momen untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Peringatan Hari Pahlawan, Minggu (10/11/2019), diharapkan tidak hanya menjadi momen untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Akan tetapi, juga harus menjadi momentum memperkuat kebersamaan antarsemua pihak. Kebersamaan menjadi modal penting untuk menghadapi ancaman yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketua Legiun Veteran RI Provinsi Nusa Tenggara Barat H Abdul Kadir menyampaikan hal itu saat menghadiri Upacara Peringatan Hari Pahlawan 2019 di Halaman Bumi Gora, Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat.
Menurut Abdul, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia hingga saat ini masih menghadapi berbagai ancaman, baik dalam maupun luar negeri. Ancaman dalam negeri, misalnya terkait separatisme dan intoleransi. Sementara luar negeri seperti terorisme, radikalisme, hingga narkoba. Ancaman lain adalah perkembangan teknologi informasi yang memicu beredarnya hoaks, berita bohong, dan lainnya.
Pada saat yang sama, kata Abdul, kebersamaan sebagai salah satu elemen dasar atau inti kehidupan dalam bermasyarakat cenderung lemah. ”Sekarang, misalnya di tingkat rukun tetangga, kegiatan-kegiatan yang menanamkan rasa kebersamaan baik untuk menjaga keamanan, hingga kebersihan lingkungan, kurang,” kata Abdul.
Akibatnya, masyarakat tidak siap mencegah berbagai ancaman yang datang. Kondisi itu, kata Abdul, pada akhirnya memicu perpecahan. Oleh karena itu, masyarakat harus diberi pemahaman tentang hakikat ancaman.
”Amanat para pahlawan, sistem pertahanan kita adalah sistem pertahanan keamanan rakyat semesta atau hankamrata. Sekarang, hankamrata itu kurang. Jadi harus diberikan lagi. Masyarakat harus dilibatkan karena tidak akan cukup jika bergantung misalnya pada TNI dan polisi saja,” kata Abdul.
Upaya untuk mendorong tumbuhnya rasa kebersamaan untuk mencegah berbagai ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa tidak hanya menjadi tugas lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Menurut Abdul, semua pihak harus ambil bagian. Semua pihak, bisa menjadi pahlawan dalam hal itu.
”Siapa pun bisa memelopori semua kegiatan, baik yang intinya menjaga persatuan maupun kesatuan masyarakat di mana ia tinggal. Dalam konteks yang lebih besar, kalau ia menduduki jabatan sebagai pimpinan sebuah organisasi, sekecil apa pun, misalnya ketua RT, ketua klub sepak bola, ia berusaha mengarahkan untuk menjaga kerukunan atau kebersamaan itu,” kata Abdul.
Siapa pun bisa memelopori semua kegiatan baik yang intinya menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat di mana ia tinggal.
Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah yang menjadi inspektur upacara mengatakan, kemerdekaan yang dirasakan saat ini tidak datang begitu saja. Akan tetapi, memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang luar biasa dari para pendahulu negeri. Oleh karena itu, semangat dan perjuangan yang ditunjukkan para pahlawan itu, hendaknya perlu terus ditumbuhkembangkan dalam setiap masyarakat.
Sitti mengajak semua pihak untuk menghargai jasa dan pengorbanan para pahlawan. ”Seperti yang diungkapkan salah satu bapak bangsa Bung Karno bahwa ’hanya bangsa yang mengharga jasa para pahlawannya dapat menjadi bangsa yang besar’,” kata Sitti.
Menurut Sitti, peringatan Hari Pahlawan harus dijadikan momentum dalam membangkitkan semangat berinovasi bagi anak-anak bangsa untuk menjadi pahlawan masa kini. Hal itu sesuai dengan tema peringatan Hari Pahlawan 2019 ’Menjadi Pahlawan Masa Kini”.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Abdul, menurut Sitti, menjadi pahlawan masa kini dapat dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal itu bisa diwujudkan dalam bentuk aksi-aksi nyata yang dapat memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
”Aksi-aksi nyata itu, antara lain tolong-menolong sesama yang terkena musibah, tidak melakukan provokasi yang dapat mengganggu ketertiban umum, tidak menyebarkan berita hoaks, dan tidak melakukan perbuatan anarkistis atau merugikan orang lain,” kata Sitti.
Sitti menambahkan, momen Hari Pahlawan harus menjadi motivasi dalam meningkatkan kesadaran untuk lebih mencintai dan menjaga NKRI. ”Jangan biarkan pihak yang tidak bertanggung jawab merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan biarkan negeri ini terkoyak, tercerai-berai, terprovokasi untuk saling menghasut dan berkonflik satu sama lain,” kata Sitti.
Pantauan Kompas, upacara yang turut dihadiri Gubernur NTB Zulkieflimansyah, legiun Veteran RI Provinsi NTB, TNI dan Polisi, serta pelajar itu berlangsung khidmat. Setelah upacara, dilakukan kegiatan berupaya penyerahan bingkisan kepada para veteran, bantuan rehabilitasi sosial rumah tidak layat huni, dan pelepasan tim pekan olahraga nasional Korpri NTB.