DKI Kesulitan Tertibkan PKL di Seputaran Pasar Senen
Para pedagang kaki lima memilih menduduki trotoar hingga sebagian badan Jalan Stasiun Senen, Jakarta Pusat, karena sewa tempat di Pasar Senen mahal. Adapun opsi pasar lain tidak dikehendaki karena pasar sepi pembeli.
Oleh
Wisnu Wardhana/Stefanus Ato
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih kesulitan menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar hingga badan jalan di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Keberadaan mereka di tempat itu menghambat lalu lintas kendaraan. Mereka sebagian besar merupakan pedagang yang sebelumnya berjualan sebelum pasar itu terbakar tahun 2017.
Namun setelah pasar tuntas direnovasi, mereka enggan kembali berjualan di dalam pasar. Pantauan Kompas, Senin (11/11/2019), bahu jalan yang diokupasi pedagang kaki lima (PKL) itu berada di Jalan Stasiun Senen, tepatnya di depan PD Pasar Jaya Senen atau bersebelahan dengan jalan layang Pasar Senen. Di jalan itu, lapak para pedagang di bangun di atas trotoar hingga mengambil separuh badan Jalan Stasiun Senen.
Panjang badan jalan yang diokupasi sekitar 100 meter. Akibatnya, ruas jalan selebar enam meter yang seharusnya bisa dilalui dua mobil, hanya bisa dilintasi satu mobil.
Okupasi badan Jalan Stasiun Senen itu dikeluhkan pengguna jalan karena sering kali terjebak kemacetan, terutama setiap sore hari. Misalnya, Riski Alwi (20), salah satu pengendara yang setiap hari melintas di Jalan Stasiun Senen.
Lelaki yang bermukim di Cempaka Putih itu mengatakan, keberadaan PKL di bahu jalan sangat mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan bermotor. Mereka menimbulkan kesemrawutan lantaran berjubel bersama pembeli saat transaksi. "Kalau pagi sampai siang masih lancar. Tetapi kalau sore, ampun dah, macetnya panjang banget. Butuh 20 menit untuk melewati para pedagang," katanya, saat ditemui di sekitar Pasar Senen, Senin (11/11/2019) siang.
Aris (30), salah satu PKL di lokasi itu, mengatakan, mereka mulai berjualan di tempat itu pukul 14.00 hingga pukul 19.00. Jumlah pedagang yang berjualan di trotoar Jalan Stasiun Senen mencapai ratusan.
"Selama ini tidak macet kok. Kecuali hujan, atau saat hari Minggu," kata lelaki asal Medan, Sumatera Utara, itu. Lapak dan barang dagangan mereka dibungkus terpal dan diletakkan di trotoar ketika tidak berdagang.
Aris menambahkan, sebagian PKL yang berjualan di tempat itu merupakan pedagang yang terdampak kebakaran Pasar Senen, pada awal Januari 2017. Setelah kebakaran, sebagian pedagang ramai-ramai berjualan di Jalan Stasiun Senen hingga kini. "Mau masuk lagi ke dalam (Pasar Senen), tetapi di dalam sepi. Sewa lapaknya juga mahal, paling murah Rp 4 juta per bulan," ucap Aris.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengakui kesulitan menata PKL yang berjualan sampai ke bahu Jalan Stasiun Senen. Berulang kali ditata, berulang kali pula pedagang kembali berjualan di bahu jalan.
Namun, kali ini pihaknya akan berlaku tegas dan menertibkan para pedagang. "Akan di relokasi ke Pasar Paseban dan Pasar Kenari. Rencananya dalam minggu ini akan ditertibkan," ujar Irwandi.
Pasar Paseban di Jalan Kramat Raya dan Pasar Kenari di Jalan Salemba Raya dikelola oleh PD Pasar Jaya. PKL bisa menempati kios-kios yang tersedia di gedung pasar sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku.
Menanggapi wacana itu, Awang (40), PKL yang berjualan di Stasiun Jalan Stasiun Senen, mengatakan, mereka menolak direlokasi. Sebab, Pemerintah DKI pernah merelokasi pedagang di sana pada zaman Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Saat itu, sebagian dari mereka direlokasi ke Pasar Kenari. Akan tetapi, para PKL itu kembali berjualan di Jalan Stasiun Senen pada masa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan.
"Di pasar (Kenari) sepi, tidak ada yang mau beli. Kami kembali ke sini tahun 2017 karena tempat ini lebih laris," ucap penjual pakaian bekas itu.