Izin Terbang Pilot Habis, Bom Air di Sumsel Terhenti
Helikopter bom air di Sumatera Selatan berhenti beroperasi untuk sementara karena pilot helikopter yang sebagian besar warga negara asing belum memperpanjang izin terbangnya.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS—Helikopter bom air di Sumatera Selatan berhenti beroperasi untuk sementara karena pilot helikopter yang sebagian besar warga negara asing belum memperpanjang izin terbangnya. Selain itu, dua dari sembilan helikopter sudah ditarik ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana, karena kontraknya tidak lagi diperbaharui.
Sejauh ini, masih ada tujuh helikopter siaga di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sri Mulyono Herlambang (SMH) Palembang. Jumlah ini berkurang dibanding sebelumnya, yakni sembilan helikopter bom air.
Menurut Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori, Senin (11/11/2019) di Palembang, ketujuh helikopter itu belum bisa beroperasi karena persoalan izin terbang pilot. “Sekarang masih proses perpanjangan izin, mudah-mudahan dapat diselesaikan dalam waktu dekat dan mereka kembali diizinkan terbang,” kata Ansori.
Perpanjangan dilakukan setelah sebelumnya Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru memutuskan memperpanjang status tanggap darurat asap di Sumsel selama 20 hari, yang sebelumnya ditentukan berakhir 10 November. Perpanjangan dilakukan lantaran kebakaran di Sumsel belum mereda.
Hingga saat ini, kebakaran di Sumsel sudah menghanguskan lahan seluas 361.857 hektar. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi kabupaten dengan kebakaran lahan terluas mencapai 204.974 hektar.
Herman mengatakan, karena kebakaran masih terjadi maka petugas diimbau tetap waspada, terutama di kawasan rawan terbakar. Ia juga meminta agar peralatan pemadaman api tidak ditarik ke pusat, karena kebakaran yang masih terjadi di Sumsel. “Lebih baik kita tetap waspada, daripada kita keteteran ketika api membesar,” kata dia.
Bahkan, Herman juga memastikan pemerintah provinsi Sumsel akan mengeluarkan dana sesuai kebutuhan operasional tim pemadam di lapangan. Itu termasuk memberi insentif selama periode perpanjangan tanggap darurat ini. Perpanjangan ini juga mengacu pada prediksi BMKG yang menyatakan musim hujan akan mulai masuk ke seluruh wilayah Sumsel pada dasarian III bulan November.
Ansori menerangkan, keberadaan helikopter bom air sangat dibutuhkan untuk menjangkau kebakaran yang tidak terjangkau tim darat. Saat ini, Satuan Tugas Penanganan Karhutla Sumsel sudah ditambah sebanyak 590 personel tambahan yang dikerahkan di 20 desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Sampai saat ini masih ada titik api di beberapa kawasan, karena sebagian besar titik api berada di lahan gambut dan juga kondisi cuaca yang sangat panas. “Tim tetap bersiaga di daerah rawan,” kata dia.
Kepala Seksi Informasi dan Observasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Beni Setiaji menuturkan, dalam beberapa hari terakhir kondisi udara di Sumsel memang terasa lebih panas. Puncaknya, pada 10 November lalu, suhu udara mencapai 36 derajat celsius dengan kategori ekstrem.
Suhu ini melebihi dari kondisi suhu rata-rata normal sepanjang 30 tahun terakhir, yakni pada rentang 27 derajat celsius dan suhu maksimum normal 32 derajat celsius. Kondisi ini disebabkan karena posisi matahari yang masih berada di sekitar ekuator.
Selain cuaca ekstrem, ucap Bambang, asap masih mengancam Sumsel karena angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari arah timur–tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37 kilometer/jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya. Jarak pandang terendah akibat asap pada Senin (11/11) pagi berkisar 1.500-2.000 meter.