Menghayati Jagat Borobudur dari Atas Kayuhan Dua Roda
Ada beragam cara menikmati Candi Borobudur dan keindahan alam di sekitarnya. Dengan mengayuh sepeda berkeliling desa, wisatawan diajak meresapi harmoni alam dan budaya di lembah Perbukitan Menoreh.
Ada beragam cara menikmati kemegahan Candi Borobudur dan keindahan alam di sekitarnya. Dengan mengayuh sepeda berkeliling desa, wisatawan diajak meresapi harmoni alam dan budaya di lembah Perbukitan Menoreh.
Belakangan, menikmati Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dari atas sepeda mulai menjadi pilihan sebagian pelancong. Selain murah, bersepeda juga dinilai menyehatkan dan lebih ramah lingkungan. Dari atas sepeda, wisatawan dapat berinteraksi dengan warga sekitar Borobudur yang akan selalu menyapa penuh keramahan.
Untuk mencoba, tak perlu repot-repot membawa sepeda dari rumah. Banyak tempat penyewaan sepeda tersedia di sana. Seperti pada Sabtu (19/10/2019) pagi, puluhan sepeda berjajar di halaman sebuah rumah di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur. Sepeda-sepeda itu disewa oleh rombongan kelompok kor salah satu gereja dari Tangerang, Banten, yang sedang berwisata ke Borobudur.
Sejak pukul 04.30, semua sepeda yang akan disewa sudah dilap bersih. Tekanan angin pada ban dan tingkat kepakeman rem juga sudah diperiksa. Tak lupa botol air minum dan topi juga diletakkan di atas sepeda untuk menunjang kenyamanan pengguna.
Baca juga : Perputaran Uang di Ajang Borobudur Marathon Ditargetkan Terus Meningkat
Tepat pukul 10.00, rombongan penyewa datang. Mereka tidak hanya menyewa sepeda, tetapi juga ingin melakukan tur menggunakan sepeda. Setelah memilih sepeda dan berfoto bersama, rombongan berangkat. Pagi itu, rombongan ini dipandu menuju beberapa tempat seperti tempat pembuatan rengginang, sanggar batik, sentra kerajinan kayu, dan ke lahan tembakau.
”Kami memberikan berbagai alternatif pilihan rute bagi para peserta tur. Mereka tinggal memilih mau rute yang mana,” kata Agus (34), salah satu pemandu sepeda wisata di Desa Wanurejo.
Para peserta diajak berkeliling desa untuk menikmati beragam potensi daerah beserta keramahan para penduduk.
Agus mengatakan, tujuan tur sepeda ialah mengajak para peserta menikmati Borobudur dengan cara lain. Sebab, kawasan sekitar Borobudur menyimpan kekayaan alam ataupun budaya yang unik. Para peserta diajak berkeliling desa untuk menikmati beragam potensi daerah beserta keramahan para penduduk.
Di sepanjang jalan, mata para pelancong dimanjakan hamparan sawah yang menghijau. Dari beberapa sudut di desa itu, puncak Candi Borobudur terlihat megah.
Baca juga : Serangga Bersepeda dan Pesawat UFO
Lebih dekat
Laurensia Novita (58), salah seorang pengunjung, mengaku sangat menikmati tur wisata sepeda ini. Biasanya dirinya hanya berkunjung untuk melihat Candi Borobudur dalam jarak dekat. Novita bercerita, dahulu, setiap datang ke Borobudur, dirinya hanya akan ke candi, foto-foto, lalu pulang.
”Setelah mengikuti tur sepeda, saya bisa mengenal rengginang Borobudur, produk kriya Borobudur, dan batik Borobudur. Saya jadi merasa benar-benar mengenal Borobudur lebih luas daripada sekadar candi,” ucap Novita.
Bersepeda juga membuat pikiran Novita yang sehari-hari stres menghadapi keruwetan kota metropolitan Jakarta menjadi kembali segar. Novita yang mengaku tidak punya waktu untuk berolahraga tersebut juga merasa beruntung karena dirinya bisa membakar lemak-lemak di tubuhnya melalui tur sepeda.
Dian Perwita Sari (36), wisatawan asal Bandung, menuturkan, pada dua kesempatan terakhir berwisata ke Borobudur, dirinya dan keluarga selalu menyempatkan diri berwisata sepeda. Menurut dia, cara paling tepat untuk melihat lebih dekat aktivitas masyarakat dan kekayaan alam di sekitar Borobudur ialah dengan bersepeda.
”Apalagi, hampir semua penginapan dan homestay bisa membantu menyediakan sepeda pinjaman berbagai jenis. Ada sepeda kumbang, sepeda lipat, sepeda gunung, sampai sepeda anak-anak,” ujarnya.
Baca juga : Demi Konservasi, Pengunjung di Candi Borobudur Dibatasi
Dian mengaku, pernah pada suatu hari saat bersepeda dengan suami dan putrinya, dirinya bertemu dengan seorang warga yang kemudian menawarkan untuk berkunjung ke dapurnya melihat proses pembuatan slondok, camilan khas Magelang. Tanpa pikir panjang, ia dan keluarganya menyambut ajakan itu dengan sukacita.
”Itu hal kecil, tetapi sangat berkesan. Coba kalau saya keliling pakai mobil, pasti enggak akan dapat pengalaman seperti itu,” ucapnya tertawa kecil.
Berkeliling Borobudur dengan sepeda juga dilakukan Presiden Joko Widodo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, dan sejumlah menteri dalam kunjungan kerja ke Candi Borobudur, Jumat (30/8/2019). Saat itu, Jumat pagi, Jokowi berkeliling menggunakan sepeda gunung, sedangkan Iriana mengayuh sepeda kumbang dengan keranjang anyaman rotan di bagian depan.
Mereka bersepeda dari Hotel Manohara di dalam kompleks candi, berkeliling mengitari candi searah jarum jam. Jokowi dan para menteri bersepeda selama sekitar 30 menit, kemudian berhenti, dan berjalan kaki menuju bangunan candi.
Baca juga : Jalur Kereta Api Yogyakarta-Borobudur Bakal Dibangun Ikuti Jalan Tol
Berkembang
Tren wisata sepeda mulai tumbuh dan berkembang di sekitar Borobudur sejak 2011. Awalnya, hanya ada satu tempat yang menyediakan jasa penyewaan sepeda. Seiring waktu, tempat penyewaan sepeda menjamur. Bahkan, homestay dan hotel juga mulai membuka penyewaan sepeda bagi tamunya. Tidak sekadar menyewakan sepeda, mereka juga menyediakan paket-paket tur sepeda.
Pramono (70), pemilik salah satu tempat penyewaan sepeda terlama di Borobudur, memulai usaha penyewaan sepeda sejak awal 2000. Awalnya, dia hanya memiliki sekitar 40 sepeda. Usaha itu terus berkembang hingga saat ini dirinya punya sekitar 3.000 sepeda.
Pemandu inilah yang nanti akan mengarahkan wisatawan agar mendapatkan pengalaman bersepeda yang lebih berkesan.
Pramono mematok harga Rp 15.000 untuk sewa sepeda saja selama satu hari. Jika si penyewa ingin didampingi pemandu, biaya bertambah menjadi Rp 50.000. Meski biaya jauh lebih mahal, menurut Pramono, mayoritas penyewa memilih paket tur sepeda yang didampingi pemandu. Sebab, selain menjelaskan seluk-beluk kampung-kampung di sekitar candi, pemandu inilah yang nanti akan mengarahkan wisatawan agar mendapatkan pengalaman bersepeda yang lebih berkesan.
”Kalau si penyewa menginginkan paketnya ditambah dengan makan pagi atau makan siang di tempat kami, biayanya juga ditambah lagi menjadi Rp 70.000. Nanti kami akan menyajikan menu-menu masakan desa tempo dulu,” kata Pramono.
Baca juga : Target Kunjungan 2 Juta Wisatawan Mancanegara di Borobudur
Melihat bahwa bisnis tur sepeda banyak diminati, Dwi Harjanti (43), salah satu pemilik homestay di Dusun Ngaran, Desa Borobudur, juga mulai melirik bisnis ini. Sebelumnya, sepeda hanya disediakan oleh Dwi untuk para tamu yang menginap di homestay-nya. Pada 2015, dirinya mulai memperluas usaha dengan membuka paket-paket tur sepeda.
”Ketika melihat bahwa antusiasme tamu terhadap wisata sepeda ini tinggi, saya akhirnya juga membuka tur sepeda. Dengan demikian, orang-orang yang tidak menginap di homestay saya tetap memiliki kesempatan untuk mengikuti tur sepeda,” tutur Dwi.
Setelah menelusuri beberapa tempat melalui tur sepeda, sebagian pengunjung tertarik untuk memperpanjang waktu tinggalnya.
Lebih dari sekadar meraup keuntungan pribadi, menurut Dwi, tur sepeda juga merupakan salah satu upaya membuat waktu tinggal wisatawan di Borobudur lebih lama. Dari data Pemerintah Kabupaten Magelang, rata-rata waktu menginap wisatawan di daerah itu baru 1,2 hari.
Nyatanya, setelah menelusuri beberapa tempat melalui tur sepeda, sebagian pengunjung tertarik untuk memperpanjang waktu tinggalnya. Dengan begitu, mereka bisa mengeksplorasi desa-desa lainnya dan membuat perekonomian masyarakat sekitar terdongkrak.
Dongkrak perekonomian
Yatin (58), salah seorang pemilik usaha pembuatan rengginang di Desa Wanurejo, mengaku perekonomiannya cukup terbantu dengan kehadiran tur sepeda. Ia bercerita, saat hari biasa, setidaknya ada empat rombongan tur sepeda yang mampir ke tempatnya untuk mencicipi dan membeli rengginang. Saat libur atau akhir pekan, jumlah rombongan yang mampir ke tempatnya bertambah menjadi 7-8 rombongan.
”Tur sepeda cukup membantu mendongkrak perekonomian masyarakat desa, salah satunya kami, pengusaha rengginang. Tidak hanya membeli saat tur, biasanya, saat sudah kembali ke tempat asal, para peserta tur kembali menghubungi saya dan minta dikirimi lebih banyak rengginang,” tutur Yatin.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso mengatakan, tur sepeda merupakan salah satu sarana yang tepat untuk memecah wisatawan. Wisatawan yang sebelumnya hanya terkonsentrasi di candi diharapkan bisa menyebar hingga desa-desa wisata di sekitar Borobudur. Selain tur menggunakan sepeda, di sekitar Borobudur juga ada tur-tur menggunakan moda lain seperti andong, mobil jip, dan mobil klasik Volkswagen (VW).
Selain itu, bersepeda tentu juga akan lebih menyehatkan tubuh. Jiwa dan raga sama-sama mendapat penyegaran selama liburan. Jadi, yuk, ramai-ramai gowes di Borobudur….