Panggung Kuliner Lokal Borobudur
Sinergi dan harmoni, slogan Borobudur Marathon 2019 mewujud dalam Pasar Harmoni. Kekayaan pangan lokal dikemas agar naik kelas. Pelaku kuliner dibekali ilmu demi masa depan.
Ernalia Masli (35) canggung mengoperasikan mesin pembayaran nontunai (EDC) saat pelatihan UMKM oleh Bank Jateng di Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Selasa (22/10/2019). Tiga tahun merintis usaha, transaksi nonkonvensional yang dikenalnya baru sistem transfer. ”Insya Allah bisa,” ucapnya.
Ernalia, pemilik usaha Legondo Bu Suad di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu mengatakan, pelanggannya masih di seputar desanya. Pembeli dari luar kota difasilitasi transfer bank.
Awalnya ia tak percaya diri saat Legondo Bu Suad terpilih dalam 25 usaha kuliner yang akan disajikan dalam Pasar Harmoni. Pasar ini digelar beberapa kali dalam rangkaian acara menuju Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng, 17 November.
Pada ajang lomba lari internasional itu, legondo akan bersanding dengan penganan lokal pilihan lain, yang disajikan bagi belasan ribu pelari lokal dan asing. ”Banyak juga warga Borobudur yang belum tahu legondo,” ucap Ernalia.
Legondo tak lain penganan manis berbahan pisang, ketan, gula pasir, dicampur santan kelapa. Makanan ini semula hanya dinikmati keluarga dan tetangga. Tiga tahun lalu dijual dan dipromosikan ke media sosial oleh keluarga Suad.
Setelah terpilih, Ernalia dan 24 pelaku UMKM kuliner lokal lain sejak September mendapat pendampingan empat chef hotel terkemuka di Magelang. Mereka dilatih lebih baik mengemas penganan.
Jika kotak terkecil lazim berisi 10 legondo, ia diminta membuat berisi dua saja. ”Legondo termasuk makanan ringan, maka 10 buah dalam satu kemasan terlalu berat dan mengenyangkan. Menurut chef pendamping, snack jangan terlalu mengenyangkan. Apalagi konsumennya pelari,” ujarnya.
Sri Lestari (45), pemilik usaha Tari Snacks di Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, sebelumnya juga tak terlalu hirau dengan kemasan plastik pembungkus lempernya. Ia diberi masukan mengganti kemasan lemper dengan kertas. ”Ini bagian dari semangat cinta lingkungan dan gerakan antisampah plastik,” kata Sri.
Pendampingan para chef membuka cakrawala para pelaku UMKM. Wanto (35), warga Dusun Ngaran yang merintis usaha tempe mendoan jumbo, misalnya, tak pernah paham teori pemanfaatan daun pisang pada makanan.
”Saya baru tahu bahwa untuk alas lebih baik pakai sisi luar daun atau yang warnanya hijau tua. Bagian dalam mengeluarkan semacam bercak putih. Enggak enak dilihat,” kata Wanto yang juga petugas keamanan Candi Borobudur. Ia juga diberi ilmu menghitung lebih rinci biaya produksi. Ini agar ia bisa tepat menetapkan harga jual.
Pendampingan
Dua puluh lima ragam kuliner itu dijaring dari blusukan empat chef hotel terkemuka di Magelang, yakni Hotel Plataran, Puri Asri, Grand Artos, dan Villa Borobudur Resort. Menurut Iqbal Batubara, chef Plataran Hotel & Resort, mereka mengurasi lebih dari 40 kuliner di sekitar Candi Borobudur. Selain legondo, lemper, dan mendoan, kuliner lain di antaranya mangut beong, pempek ikan, soto lesah, slondok rintik, keripik talas, hingga wedang uwuh.
Iqbal kagum, banyak produk kuliner bercita rasa tinggi. ”Enggak ada komplain rasa. Lebih soal kemasan, penampilan, higienitas, dan penghitungan ekonomi,” ucapnya. Para pebisnis UMKM diajari menakar semua bahan secara proporsional sehingga tidak boros. Menurut Indah Suprapti, chef Hotel Puri Asri, selama berbisnis, banyak UMKM hanya memadukan bumbu dan bahan berdasarkan perkiraan. Akhirnya, biaya membengkak.
Selain itu, pelaku usaha kerap memakai suatu bahan berlebihan dengan pertimbangan membuat cita rasa masakan jadi lebih enak. Mereka baru sadar penambahan itu sia-sia. Selain itu, Ganang Tri Sutaryo, chef Grand Artos Hotel and Convention Magelang, menambahkan, para pelaku UMKM biasanya merasa untung saat omzet melebihi modal. Perhitungan biaya modal sering luput. ”Mereka merasa tidak perlu menghargai diri sendiri. Ini keliru,” ujarnya.
Ekonomi digital
Selain akselerasi mutu produk, Bank Jateng juga mengenalkan UMKM pada transaksi nontunai digital. Sekretaris Perusahaan Bank Jateng Djoko Sudiatmo mengatakan, demi pegiat UMKM yang melek ekonomi digital, Bank Jateng meminjamkan puluhan mesin EDC dan menyediakan 5.000 gelang elektronik yang bisa diisi nominal uang, pada Festival Sinergi dan Harmoni, serta
sejumlah pameran kuliner rangkaian Borobudur Marathon 2019. GoPay dan OVO juga dimungkinkan.
”UMKM mesti melek teknologi dan memahami tren masyarakat,” ujarnya. Catharina Rini, Project Leader Borobudur Marathon 2019, menuturkan, Pasar Harmoni bagian program Pawoné Borobudur Marathon 2019.
Perhelatan ini diharapkan bisa menggerakkan ekosistem sosial yang progresif dan menyatukan para pemangku kepentingan, terutama warga lokal. Pasar Harmoni diharapkan menjadi panggung kuliner lokal Borobudur. Denyutnya semoga berkelanjutan.