Pengerjaan Proyek LRT Jabodebek Capai 67,3 Persen Per November 2019
Perkembangan proyek kereta ringan semakin maju. Hingga awal November 2019, pengerjaan proyek sudah mencapai 67,3 persen. Sebagian kendala yang masih mengganjal adalah persoalan pembebasan lahan.
Oleh
AYU PRATIWI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pembangunan prasarana kereta ringan atau LRT Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) mencapai 67,3 persen per awal November 2019. Pelaksana proyek menargetkan, LRT Jabodebek sepanjang 44,43 kilometer akan beroperasi pada pertengahan 2021.
Perkembangan lebih rinci, proses pembangunan prasarana LRT Jabodebek mencapai 86,2 persen untuk lintas Cawang-Cibubur, 60,5 persen untuk lintas Cawang-Bekasi Timur, dan 58,3 persen untuk lintas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas. Salah satu hambatan pembangunan LRT Jabodebek yang dimulai sejak 2015 itu terkait urusan pembebasan lahan.
"Saat ini, tinggal menyisakan beberapa bidang di Bekasi Timur yang akan digunakan untuk depo (kereta LRT). Kita targetkan akhir bulan (November) ini, (pembebasan lahan) selesai semua," kata Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harto menyatakan, saat pengecoran terakhir jembatan lengkung LRT Jabodebek di persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin(11/11/2019).
Salah satu kendala pembebasan lahan yang dimaksud ada di Bekasi Timur, Jawa Barat. Meski tidak terlalu luas, namun lahan di sana penting artinya bagi kelangsungan proyek. "Pada umumnya, (pemilik lahan) sudah setuju. Yang konsinyasi, nanti berapa nilai dana yang harus diganti diputuskan di pengadilan," kata Budi.
Seperti diberitakan Kompas awal 2019, masalah terkait pembebasan lahan menghambat proyek pembangunan depo LRT di Bekasi Timur. Pada Maret 2019, dari sekitar 10 hektar lahan yang diperlukan untuk membangun depo dan stasiun, baru tiga persen yang sudah dibebaskan, (Kompas, 30/3/2019)
"Proses pembebasan lahan butuh waktu panjang. Mulai dari pendataan, pengukuran, appraisal, hingga musyawarah verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan memakan waktu lama. Sekarang prosesnya sudah 70 persen, tetapi tanah yang dibebaskan baru 10 persen," kata Direktur Operasi II PT Adhi Karya, Pundjung Setya Brata, pada Februari 2019. (Kompas, 16/2/2019)
Turut hadir dalam acara itu, Menteri Koordinatir Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Tohir, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Di acara itu, Menteri Budi Karya Sumadi menyampaikan tarif LRT Jabodebek berdasarkan rencana sementara sebesar Rp 12.000 per orang sekali perjalanan rute Cibubur-Dukuh Atas. Tanpa subsidi, tarif LRT Jabodebek untuk perjalanan rute tersebut mencapai Rp 25.000.
"Proyek ini akan kita selesaikan dalam waktu dua tahun mendatang. Kita harapkan, LRT bisa alternatif angkutan masal Indonesia. Kalau berhasil di sini (Jabodebek), kita bisa laksanakan di kota lain, seperti Surabaya, Bandung, Makasar, dan Medan," kata Budi Karya.
Project Manager pembangunan Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan, Ujang Ramdan, menjelaskan, beberapa prasarana LRT Jabodebek yang belum selesai dibangun adalah yang terkait dengan rel, telekomunikasi, pelistrikan, dan sinyal. Selain itu, satu set kereta LRT yang terdiri dari enam gerbong dan diproduksi oleh PT INKA sudah tiba pada awal Oktober 2019 di Stasiun Cibubur.
Sejak itu, kereta LRT itu hanya bisa diujicoba di sebagian lintasan di Cibubur. Sebab, konstruksi rel belum selesai di sebagian besar lintasan LRT Jabodebek.
Rekor MURI
Sementara itu, sebagian infrastruktur LRT Jabodebek berhasil mencatat rekor pada Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan (Long Span Kuningan) LRT Jabodebek yang terletak di persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta, tercatat sebagai jembatan kereta dengan bentang (jarak antara tiang jembatan) terpanjang di Indonesia.
Jembatan layang atau flyover LRT biasanya didukung dengan tiang jembatan yang dipasang setiap 30 meter. Namun, untuk lokasi yang disebut di atas, desain seperti itu tidak memungkinkan, karena adanya flyover untuk jalan tol dan jalan biasa untuk kendaraan umum.
Tiang jembatan tidak bisa dibangun di antara flyover karena risiko infrastruktur flyover itu dapat rubuh. Akibatnya, khusus di lokasi tersebut, tiang jembatan LRT berjarak 60 meter, sehingga tidak menyentuh infrastruktur flyover di kawasan tersebut.
"Ke depan, uji beban jembatan itu akan dilakukan dengan kereta LRT. Nanti akan dikasih beban pasir yang merepresentasikan beban penumpang. Sertifikasi layak desain sudah keluar. Sementara itu, sertifikasi layak fungsi akan dikeluarkan setelah uji beban," kata Desainer Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan (Long Span Kuningan) LRT Jabodebek, Arvila Delitriana.
Ujang menambahkan, pembangunan jembatan itu berlangsung selama sekitar dua tahun. Secara keseluruhan, ada total 10 jembatan semacam itu yang dibangun pada LRT Jabodebek lintas satu, dua, dan tiga. Sembilan di antaranya telah selesai dibangun. Jembatan bentang panjang terakhir berada di kawasan Dukuh Atas yang pada tahun ini baru diselesaikan proses penetapan lokasi oleh Gubernur DKI Jakarta. "Kawasan itu sebelumnya terkendala karena pembebasan lahan," kata Ujang.